Surat Cinta

966 12 1
                                    

Pagi ini aku bangun dengan suasana berbeda dan status yang berbeda pula, dimana dulu aku seorang gadis sekarang status baruku yaitu sebagai seorang istri. Aku melihat kearah sampingku dan menemukan laki laki tengah tidur dengan lelap. Ia memiliki tubuh yang tinggi tegap berbeda denganku yang mungil, hidung mancung, bibir yang tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, disekitaran daguna terdapat bulu bulu halus, matanya yang teduh dan tajam selalu menatapku dingin. Seperti saat ini saat aku tengah memperhatikanya tiba tiba ia membuka matanya, aku sempat gugup saat ketahuan tengah memperhatikanya, namun ia langsung berlalu menuju kamar mandi yang ada didalam kamar ini.

Aku tau pernikahan ini hasil perjodohan, tapi semenjak kakek ku dan ayahnya menjodohkan kami ia yang dulunya selalu menatapku dengan ramah kini hanya mempilkan wajah dingin dengan tatapan tajam. Bukan hanya dia yang tidak menginginkan perjodohan ini akupun sama, dalam imipianku aku akan menikah saat umurku memasuki usia matang sekita 25 tahun keatas dan memndapatkan suami yang romantis dan tidak terlalu sibuk dengan pekerjaanya. Tapi memang kenyataan tak selalu sama dengan keinginan, kini aku menikah saat usiaku baru menginjak 22 tahun aku mendapatkan suami pengabdi negara. Aku tau risiko menjadi suami pengabdi negara yaitu harus rela menjadi yang kesekian dari perioritasnya. Bahkan saat akan menjadi istrinya saja sangat sulit harus melalukukan tes ini, tes itu huhu sunguh membuatku pusing.

Mas Anjar, itulah biasa nama yang kupanggil. Setelah keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai kaos putih ketat dan celaca kolor, hanya melintasiku yang masih duduk di tepi kasur, ia menuju lemari yang ada di depanku dan langsung memekai pakaian dinasnya. Keningku berkerut, bukanya hari ini dia masih cuti.

"Mas mau kemana, bukanya masih cuti ya?" Tanyaku dan dia tak mengidahkan apa yang aku tanyakan malah melanjutkan dengan membereskan baju baju kedalam tas ranselnya. Saat tak mendapatkan jawaban darinya, aku hanya diam memperhatikanya.'sabar' dewi batinku berkata, kemarin saja aku bertanya padanya dan hanya mendapat tatapan tajam darinya bukan jawaban.

"Aku akan pergi ke malang satu bulan". Ujarnya dan berlalu pergi, aku yang masih mencerna ucapanya hanya diam, setelah sadar aku berlari mengejarnya dan dia sudah berlalu dengan mobilnya. Tadi dia bilang akan kemalang 1 bulan gila, baru kemarin aku dinikahinya dan dibawa kerumah barunya harus ditinggal selama itu. Aku bahkan tak mengenal para tetangga disini, lalu aku ahhh..sungguh Mas Anjar membuatku pusing dengan kelakuanya.

Dengan langkah agak berat aku melangkah menuju kamar mandi didalam kamar, setelah badan agak segar meski otak masih mumet sih, aku menuju dapur dan membuat teh dengan campuran madu. Kubuka notebook yang kubawa dari kamar dan melanjutkan menulis cerita yang belum kuselesaikan meski deandle terus memaksa agar cepat seleasai.

Oh iya aku belum memperkenalkan siapa diriku. Namaku Naura Larasati orang baiasanya memanggilku Laras, orang tuaku sudah meninggal sejak aku berusian 10 tahun dan selama dua belas tahun aku hidup dengan kakek dan pamanku. Kakek dan paman adalah sama sama duda jadi selama aku tinggal disana hanya aku perempuan satu satunya, Kakekku adalah seorang pensiunan Tentara dan pamanku adalah seorang pengusaha restoran.
Paman memang dari dulu tidak suka jika harus hidup dalam aturan, dan ia bercerai dengan istrinya juga karena terlalu banyak menuntut, bahkan ia tidak mau jika disuruh mengikuti jejak Kakek dan Ayah. Ayahku juga Seorang tentara, ia sudah menjadi Mayor jika masih hidup.

Jika kalian bertanya mengapa aku bisa menikah dengan Mas Anjar, pasti jawabanya kalian sudah tau. Ya sebelum kecelakaan mau yang menimpa Ayah dan Bunda, Ayah berpesan pada Kakek bahwa aku harua menikah dengan Anjar yang waktu itu menjadi bawahanya dan anak dari temanya.

Kembali lagi setelah beberapa jam aku berpikir untuk melanjutkan menulis Novelku ini, akhirnya aku menyerah otakku tidak bisa diajak untuk berpikir lebih keras. Kulihat jam sudah jam 10 pantas perutku sudah keroncongan, akhirnya aku mencari makanan dalam kulkas, untung kulkas ini sudah terisi penuh bahan makanan. Tak sia sia aku ditinggalkan jika banyak makanan dan cemilan dalam kulkas dari aneka macam minuman, makanan ringan dan bahan makanan mentah.
Aku memutuskan memask nuget goreng saja, malas jika harus masak.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang