Tuhan Kita Berbeda

1.6K 18 5
                                    

Diujung senja itu pelangi hadir setelah badai hujan menerpa, sungguh indah ciptaanmu pelangi itu berkhiaskan warna kejinggan sang senja. Raja siang perlahan beranjak pulang kepengaduanya.
Nafisah gadis dengan jilbab lebar itu terus berzikir dengan tasbih digengamanya, tetesan hujan yang bergelayut perlahan meninmpa kepalanya yang tertutup hijab.
Dibawah sinar senja wajahnya semakin berkilau, bibir tipis itu terus mengangungkan nama tuhanya. Dalam tempurung kepalanya ia mengingat kenangan kenangan sang pemilik hatinya.

"Nafisah maaf aku terlabat, tadi jalanan macet sekali." Ujar Seorang pria sedikit bule itu.
"Iya mas tidak apa-apa."
"Bagaimana sidangmu hari ini sukse."
Dengan masih menundukan kepala ia menjawab dengan mata berbinar, meski sang lelaki tak dapat melihatnya. Namun lelaki itu tau gadis yang duduk beberapa meter disampingnya tengah bahagia.
"Alhamdulilah mas, lancar berkat doa mas juga." Ujarnya dengan sedikit malu-malu.

Kilasan percakapan itu membuat Nafisah meneteskan kembali air matanya. Orang yang mampu mengetarkan hatinya setelah sekian lama beku kini sudah terbaring kaku diatas peti mati. Orang yang baru mengutarakan ingin memeluk agamanya nyatanya harus pergi sebelum mengucapkan kaliamat indah itu.
Ia faham ini salah namun hati manusia siapa yang tau, sudah hampir 4 tahun mereka kenal. Lelaki itu Rayyan Albert adalah kakak tingkatnya dikampus, ia adalah seorang aktivis agamanya sama dengan dirinya juga yang seorang aktivis agama. Namun sayang agama mereka berbeda Kristen dan Islam, itu juga yang menjadi penghalang bagi mereka. Andai orang tua Rayyan mengijikan Rayyan memeluk agamanya munggkin 2 tahun yang lalu mereka menikah dan membangun rumah tangga yang harmonis.

Rayyan yang sangat sayang pada ibu dan neneknya lebih memilih menjauh darinya, dan merelakan cinta merekan berakhir sampai disana. Lalu 5 bulan yang lalu dia datang mengungtarakan niatnya ingin melamar Nafisah dan memeluk agamanya. Ia mengungkapkan bahwa sangat sangat mencintai Nafisah hingga tak mampu melupakanya.
Namun sekali lagi sayang, Nenek Rayyan sakit keras mendengar cucu kesayangan akan berpindah tuhan, akhirnya lamaran itu harus berakhir menyedihkan kembali.

Saat Nafisah mulai bisa menerima takdir dan mamperbaiki dirinya, tiba-tiba ibu Rayyan menelponya dua hari yang lalu, mengabarinya bahwa Rayyan tengah sakit.
Kanker darah yang selama ini tak diketahui siapapun termasuk dirinya. Ia drop seminggu yang lalu dan dokter mengatakan bahwa ia terkena kanker darah dan sudah stadium akhir, bahkan bisa besok ia pergi. Tak nampak perubahan pada dirinya hanya, sungguh kuasa tuhan yang maha segalanya.
Saat ibu Rayyan nemelponya ia sedang berada dikalimantan kampung halamanya. Setelah perjalanan udara yang hampir memakan waktu 5 jam dan pencarian tiket yang amat susah dikala mendadak. Akhirnya ia sampai di rumah sakit saat pukul 4:25 pagi.
Betapa sedihnya melihat kondisi Rayyan tubuh kekarnya harus hilang dalam waktu seminggu, wajahnya tirus bibirnya pucat bak mayat, sungguh rasanya ia ingin menangis sekencang kencangnya, namun ia ingat kata-katanya 5 bulan yang lalu 'janganlah menangis terlalu berlebihan Nafisah, bukankah tuhanmu tidak suka orang yang tetlalu berlebihan, munggkin kita tidak bersatu karena tuhan tak menginginkan aku menjadi imammu, harusnya imammu adalah orang yang seperti dirimu, tuhan kita berbeda. Maafkan aku Nafisah telah mebuat kamu berdosa karena telah mencintai orang yang bukan mahrommu. Demi tuhanku aku takan pernah tega meninggalkan keluargaku demi dirimu dan agamamu, aku takkan mengenal lagi apa itu islam."
Sungguh sakit saat ia mendengar Rayyan berucap itu dulu. Rasanya ia ingin berteriak menyesal namun saat mendengar berita sakitnya Rayyan benci yang dulu ada kini hilang sudah berkat cinta yang kecil kini membesar kembali.

Lima menit sebelum adzan subuh kami hanya saling membisu, hingga sebuah suara menyadarkan bahwa waktu Rayyan takan lama lagi. "Ma...a...af...kan...a..ak..ku" hingga bunyi tutttt...... panjang itu mampu memecahkan tangis orang-orang didalam ruangan itu. Dan Adzan subuhpun berkumandang berbarengan dengan bunyi itu.

Tetesan air itu melintasi pipi mulusnya, tiba-tiba sebuah pelukan mempu mengembalikan nyawanya yang sempat hilang. "Aku tunanganya Rayyan, satu hari setelah ia dirumah sakit, ia selalu menanyakan kamu dan menginginkan masuk islam. Namun mamah Rosa dan Nenek tidak mengijinkanya, karena mereka takut tidak bisa berkumpul di surga kelak. Sungguh alasan yang tidak masuk akal bukan, aku pun sempat marah namun saat melihat tulusnya Rayyan aku luluh dan membantunya membujuk Mamah Rosa dan Nenek hinggan kemarin Mamah Rosa menghubungi mu.
Maafkan Rayyan yang dulu menyakitimu, carilah lelaki yang baik agamanya untukmu dan carilah lelaki yang mampu menerinamu dan agamamu."
Setelah mengucapkan itu Nersa gadis tungangan Rayyan itu memeluk Mamah Rosa atau Ibu Rayyan.

Perlahan aku mundur dan hengkang dari ruangan itu, selamat jalan Rayyan, selamat jalan pemilik hatiku.
Hujan itu seakan mengiring kesedihan di hati Nafisah.

Tepukan dipundaknya menyadarkan dia dari lamunanya. "Rayyan akan segera dipulangkan, apakah kamu akan ikut?Maafkan aku yang sempat egois tidak merestui kalian." Mamah Rosa atau Ibu Rayyan yang menyadarkanya. Lalu ia pun berajak menyusul dibelakangnya.

--------------------------------
Pesan-pesan:

*Mati adalah sebuah takdir yang tak   mungkin kamu hindari sekeras apapun*

~Cinta adalah anunggrah namun labuhkanlah pada hati yang tepat~

-Mencintai dan Dicintai sama beruntungnya karena sama-sama merasakan bagaimana rasanya CINTA-

Kuningan, 06 November 2018

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang