Author Note : Maaf, Mbak, foto Masnya tak pinjam dulu!
***
Cuaca terasa begitu panas. Sudah seminggu ini matahari bersinar dengan terik, tak bersahabat dengan kulit, ditambah lagi suasana hatiku sedang buruk. Beberapa orang siswa membuat keributan di kelas hingga membuat kerongkonganku kering karena berusaha menenangkan. Aku menghela napas berat.
Aku sengaja memilih untuk tidak langsung pulang dan malah memilih menyusuri puluhan rak-rak yang berjajar rapi di swalayan sambil menyesap sekaleng soda, menikmati dinginnya udara di dalam swalayan.
Jariku menyusuri tiap baris merek alat-alat perlengkapan mandi dengan perlahan. Aku bergeser menyamping sambil mengumamkan tiap baris kata dari setiap merek yang kulihat, berusaha untuk meyakinkan diri bahwa itu bukan merek yang kucari. Aku baru saja berhasil membaca nama salah satu merek sabun yang kuinginkan, namun seseorang menubruk bahuku hingga membuatku jatuh dan beberapa barang yang tadinya berbaris rapi berjatuhan karena terkait oleh tanganku dan menimpa keningku dengan tidak biasa.
"Uhhh," keluhku sambil mengusap pelipisku yang sedikit memerah.
Ah, drama sekali, batinku kesal. Baru saja aku ingin memaki, namun wajahku mendadak menegang seperti tatapan lelaki itu yang sama terkejutnya denganku namun kemudian dia tersenyum. Tatapan lembut pria di depanku membuatku kehilangan kata-kata. Dia lantas mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri dan menggumamkan kata maaf berkali-kali. Lelaki itu membantuku memunguti barang-barang yang berjatuhan dan meletakkannya kembali.
"Sakit??" tanyanya tanpa menatapku, dengan tangan yang cekatan mengemasi beberapa barang yang masih berserakan.
"Apanya?" ujarku namun dia tidak menjawab dan hanya menunjuk dengan dagunya diiringi senyum.
"Lumayan," kataku sambil mengusapnya perlahan, namun tubuhku mendadak menegang karena lelaki itu lantas mengeser ujung jilbab yang kukenakan. Dia menyentuh sedikit keningku serta mengusapnya, seolah tindakannya mampu menghilangkan rasa sakitku, lalu kembali melakukan aktivitasnya yang terjeda seperti tidak terjadi apa pun.
"Kemarin Mamaku bilang dia melihat fotoku di FJB," ujar pria itu seperti pada diri sendiri. Matanya beralih menuju jajaran berbagai merek parfum, dan masih tetap sibuk mencari salah satu merek parfum yang berada tepat di sebelah rak peralatan mandi.
"Hahh?"
Bola mataku membulat sempurna begitu mendengar pengakuan lelaki itu yang terdengar sarkastik di telingaku, meminta penjelasan.
"Mamaku bilang dia melihat fotoku bersama seorang gadis di FJB,"
"Nggg... i-itu... a-aku gak sengaja, sumpah" ujarku tergagap dengan nada cemas sambil menjentik-jentikkan kukuku dengan ritme yang semakin lama semakin cepat hingga membuat buku-buku jariku memutih, "Waktu itu aku mau ngirim ke timelineku, tapi yang terkirim malah di timeline FJB. Nanti akan aku hapus,"
"Oh, ya? Jadi itu kamu?" ujarnya sembari menoleh dan menatapku sambil menaikkan alisnya.
"Hnggg..." ringisku sembari mengacungkan dua jari membentuk lambang peace.
Lelaki itu tertawa singkat, "Lupakan saja. Kamu tadi mau ambil apa?"
"Itu," kataku menunjuk barisan sabun reffil yang berada di kloter teratas. "Terima kasih,"
"Foto-foto kemarin boleh dikirim?" tanyanya sambil menunjukkan ponselnya padaku.
"Boleh. Lewat bluetooth?" ujarku sambil membuka galeri foto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Lapak Jual Beli
Teen FictionKau tak akan bisa melihat takdirmu, dengan siapa kau akan bersama dan dengan siapa kau akan berakhir, oleh karena itu kau harus bisa menulis takdirmu sendiri. Seperti Salwa yang berusaha menulis takdirnya sendiri. #Highrank 3 (CyberLove) 20 Agustus...