Aku mengabsen setiap siswa yang ada di dalam kelas dan mencatatnya di daftar hadir. Mataku menelaah perlahan pada setiap siswa, memastikan kelengkapan atribut sekolah yang harus dikenakan dan memeriksa siswa-siswa tertentu yang termasuk ke dalam golongan siswa-siswa pembangkang yang senang mengelabuhi gurunya dengan melipat baju seragamnya ke dalam agar terlihat rapi dari depan namun tampak seperti gembel dari belakang.
Setelah memastikan setiap siswa siap untuk belajar, aku memulainya dengan kuis pagi untuk memancing semangat siswa. Siapa pun yang menampakkan wajah malas di mata pelajaranku harus siap untuk menjadi sasaran empuk untuk menerima berbagai macam lontaran pertanyaan dariku.
"Kalian tau apa itu Paradoks Russell?" tanyaku sambil melempar pandangan di sela-sela sisa jam belajar, "Paradoks Russell adalah sebuah pernyataan yang terlihat bertentangan namun pernyataan tersebut bisa saja benar,"
"Tapi, Bu, biasanya sesuatu yang bertentangan akan dianggap sebagai suatu penyimpangan," bantah salah seorang siswa.
"Benar, tetapi semua hanya tentang persepsi. Contohnya seperti ini," ujarku yang disimak dengan penuh penghayatan oleh para siswa, "Lihat ini angka berapa, Do?"
"Enam, Bu."
"Benar ini enam? Yakin?" tanyaku memastikan sambil menunjuk lembar HVS berisi angka lalu membalikkan arah kertas tersebut dan menunjukkan pada siswa lainnya, "Rivaldy, coba lihat ini angka berapa?"
"Sembilan,"
"Nah sekarang Ibu tanya, kenapa antara pendapat Aldo dan Rivaldy berlainan padahal mereka melihat tulisan yang sama bukan? Kenapa? Apakah salah satu dari mereka salah? Tentu saja tidak. Bisa jadi Aldo dan Rivaldy sama-sama benar, itu hanya soal sudut pandang dan persepsi masing-masing dalam memaknai sesuatu."
Semua siswa mengangguk-angguk setuju dengan tatapan menerawang pada pemikiran masing-masing.
"Contoh lain, Ali mencuri sekaleng beras di swalayan dan tertangkap oleh petugas keamanan. Petugas keamanan mengatakan bahwa tindakan Ali salah karena telah mengutil, namun Ali tidak terima karena dia merasa benar. Dia merupakan anak yatim piatu yang sangat miskin sehingga untuk makan saja dia terpaksa harus mencuri, karena jika memintanya pun pihak swalayan tidak akan mau memberikannya karena dianggap mengganggu," jelasku memberi jeda sejenak, "Jika kita lihat dari sudut pandang petugas keamanan dia benar. Mencuri termasuk perbuatan yang melanggar norma dan termasuk tindakan kejahatan, namun jika kita lihat dari sudut pandang Ali, dia juga tidak sepenuhnya salah. Ali melakukannya untuk mempertahankan hidup, meskipun caranya salah, karena jika melakukannya dengan cara yang benar pun pihak swalayan tersebut tidak akan memberikannya. Dia berada di posisi yang sulit. Tidak bisa memilih. Jadi intinya, semua itu tergantung dari sudut pandang mana dan dari sudut pandang siapa kita melihatnya. Kita jangan terbiasa menjudge sesuatu hanya kerena kita merasa itu benar, tapi telaah dulu dengan baik sebelum memutuskan sesuatu. Jadilah seseorang yang bijak,"
Aku menutup pelajaran dengan cerita-cerita inspirasi yang mengarahkan siswa untuk berpikir kritis karena ilmu sejatinya tidak hanya diperoleh dari lembaran buku, tetapi juga dari pengalaman yang kita peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
Baru saja aku hendak keluar dari pintu, beberapa orang berseragam polisi mengetuk pintu kelas. Lagi-lagi aku dibuat kaget oleh pria itu. Randy hanya tersenyum menatapku.
Aku tahu hari ini sekolahku dijadwalkan untuk sosialisai anti narkoba bagi siswa-siswi kelas IX dari Polsek Meral, namun aku tidak tahu jika yang akan menjadi narasumber adalah Randy. Lelaki itu melangkah dengan penuh wibawa bersama dua orang anggota polisi lainnya.
Aku diminta oleh kepala sekolah untuk mendampingi pertemuan itu karena aku merupakan wali kelas. Aku melirik dari sudut mataku pada sosok pria tampan yang sedang memberi arahan kepada siswa. Pembawaannya begitu tenang, seolah dia adalah sosok yang berbeda dengan orang menyebalkan yang meneleponku kemarin malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Lapak Jual Beli
Teen FictionKau tak akan bisa melihat takdirmu, dengan siapa kau akan bersama dan dengan siapa kau akan berakhir, oleh karena itu kau harus bisa menulis takdirmu sendiri. Seperti Salwa yang berusaha menulis takdirnya sendiri. #Highrank 3 (CyberLove) 20 Agustus...