|01|HisBrokenMate.

4.7K 238 23
                                    

"Bisa gak sih sehari aja diem di rumah, gak usah ganggu gua? Hah? Risi tau gak!" Dengan perasaan kesal Kealo menatap tajam pada Azela yang tengah menunduk.

"Waktu gua gak melulu buat lo, Azela! Gak usah bikin gua makin emosi karna kelakuan bocah lo ini!" lagi—Kealo berucap dengan nada tinggi, bahkan raut wajahnya terlihat begitu marah.

Kealo benar-benar emosi hingga tidak memperdulikan perasaan Azela saat ini. Dan Azela—gadis itu hanya bisa diam dengan kepala menunduk, tidak ada niatan untuk bersuara hingga emosi kekasihnya itu mereda.

"Gua tanya, buat apa lo ke sini? Buat apa lo nyusul gua ke sini dan ganggu gua?!" bentak Kealo mengangkat kasar dagu Azela agar gadis itu berhenti menunduk.

"I-ini hari Aniversarry satu tahun kita, kak." Azela berucap dengan nada pelan, kembali menundukan kepalanya karna tak berani menatap lebih lama mata elang Kealo yang saat ini begitu mengerikan.

"Gua gak peduli, Azela! Sekarang lo pergi dan berenti ganggu gua cuman demi hal-hal yang gak penting!"

Azela terkejut, gadis itu kembali menatap Kealo dengan sorot mata tak percaya.

"Ta-tapi lo bilang kalo lo bakal ajak gua jalan, Kak—hari ini," lirih Azela, hatinya terasa sakit. Dengan santainya Kealo bilang jika hari ini adalah hari yang tidak penting untuk pemuda itu, padahal kemarin Kealo berkata akan mengajaknya pergi hari ini.

"Gua cuman bilang, bukan janji!" kata Kealo dengan sarkas.

"Kak—"

"Mending lo pulang sekarang sebelum gua maki-maki lo karna udah ganggu gua," sela Kealo memotong ucapan Azela tanpa perasaan.

Azela mengangguk pelan, mengiyakan perintah Kealo sebelum kekasihnya itu semakin marah padanya.

"Jangan pulang malem-malem, Kak." pinta Azela.

"Bukan urusan lo," ucap Kealo dengan sarkas. Berbalik dan kembali pada gadis yang sedari tadi menunggunya.

Azela hanya bisa tersenyum getir saat dirinya menyaksikan langsung Kealo yang merangkul mesra pinggang gadis yang tidak ia kenali itu. Bersikap manis dan berprilaku lembut pada gadis tersebut, tidak seperti saat memperlakukannya yang kasar dan tidak berperasaan.

"Kealo emang kaya gitu, Zela. Gak usah kaget," ucap Azela pada dirinya sendiri, kembali menghela napas getir sebelum dirinya benar-benar pergi.

Memang seharusnya Azela tidak perlu merasa terkejut dengan Kealo yang seperti itu, karna kekasihnya bukan sekali dua kali memperlakukannya seperti ini.

Seharusnya Azela merasa biasa saja, tidak perlu merasa sedih. Bahkan hatinya pun tidak perlu merasa sakit dengan kelakuan Kealo padanya.

Apa yang dilakukan Kealo padanya itu seharusnya hanya Azela anggap angin lalu saja, karna setelah ini pemuda itu akan meminta maaf padanya, memohon padanya untuk kembali menyakitinya lagi.

Selalu seperti itu dan akan terus seperti itu. Meminta maaf untuk kembali diulang. Dan Azela akan selalu memaafkan Kealo untuk setiap luka dan rasa sakit yang pemuda itu berikan padanya.

———🥀.

"Ngejemput luka barunya udah selesai?"

Azela yang baru saja masuk ke dalam kamarnya itu langsung dikejutkan oleh sebuah pertanyaan yang terdengar begitu menyindirnya.

Azela melepaskan sepatu dan tasnya, berjalan menuju tempat tidur dan berbaring di samping gadis yang belum sempat ia jawab pertanyaannya.

"Dia ngeduain lo lagi?" Lea kembali bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari novel yang tengah gadis itu baca.

"Dia jalan sama cewek yang baru lagi," kata Azela menatap nanar langit kamarnya dengan helaan napas yang terdengar sangat sesak.

"Gua tebak. Pasti tuh bajingan ngamuk dan maki-maki lo lagi, iya 'kan?" tanya Lea lagi, namun kali ini dirinya langsung melempar kasar novelnya dan menatap tajam pada Azela.

Azela mengangguk pelan, merubah posisinya menjadi duduk—bersandar pada kepala ranjang.

"Hubungan lo sama dia itu toxic, Zela. Seharusnya lo lepasin dia. Bukan lo pertahanin terus, lo gak bahagia sama dia, bener-bener gak bahagia."

Azela tersenyum kecil seraya menatap Lea. Melepaskan Keano yang notabanenya begitu amat Azela cintai itu gak mudah, dan Lea tau itu.

Lalu untuk apa Lea terus saja menyuruhnya untuk melepaskan Kealo jika pada akhirnya gadis itu tau kalau dirinya tidak akan bisa terlepas dari Kealo.

"Intinya, mau sampai kapan bertahan? Mau sampai separah apa lagi hati lo dipatahin bahkan dihancurin sama tuh bajingan?" Lea menatap dalam pada Azela, merasa tak tega jika sahabatnya itu harus terus saja diberi luka oleh Kealo yang bajingan.

"Sampai dia sendiri yang ngelepas gua," jawab Azela turun dari tempat tidur saat ia mendengar suara motor.

Azela berlari kecil menuju balkon kamarnya, memperhatikan seorang pemuda yang tengah membuka helm setelah turun dari motor.

Azela yakin, Kealo akan mendatanginya dan meminta maaf untuk kembali memberinya luka dikeesokan hari. Dirinya sudah hapal betul siklus yang akan terus kembali diulang.

"Gua balik, kalo ada apa-apa kasih tau gua," teriak Lea dari dalam kamar.

Azela tak menjawab, dirinya terus saja memperhatikan Kealo yang juga tengah memperhatikannya dari bawah, menatap tajam padanya dengan raut wajah tanpa ekspresi.

Azela tersenyum tanpa memperdulikan apa yang sudah Kealo lakukan padanya beberapa jam yang lalu.

Bagi Azela, Kealo adalah luka sekaligus obatnya untuknya.

"Turun," perintah Kealo dengan suara yang sedikit keras.

Azela menurut. kembali masuk ke dalam kamar dengan berlari. Baru saja Azela berada di tangga akhir, Kealo sudah duduk pada sofa dengan sorot mata tajamnya.

"Udah selesai, Kak?" tanya Azela tersenyum tanpa beban setelah dirinya duduk di samping Kealo.

"Gua belum selesai sama lo," kata Kealo tanpa mengalihkan tatapan tajamnya dari Azela.

"Gu-gua minta maaf," cicit Azela sebari kembali menunduk untuk terhindar dari sorot mata tajam kekasihnya.

"Berapa kali gua kasih tau lo buat gak ganggu gua kalo gua gak ada kabar, lo cukup diem dan tunggu gua balik! Urusan gua, lo gak punya hak buat ikut campur, Azela Kanaya!" amuk Kealo yang kembali marah.

"Tapi gua gak ganggu lo, Kak ...."

"Gak ganggu? Gak ganggu lo bilang? Sialan! Gara-gara lo, Siska nolak gua! Gara-gara lo, gua gagal dapetin dia! Gara-gara lo—"

"Kalo gua gak ganggu lo, dia pacar lo yang keberapa, Kak?" tanya Azela, sengaja menyela ucapan Kealo yang benar-benar menyakitkan untuknya itu.

"Apa urusan lo tentang itu? Hah?!" Kealo balik bertanya, bahkan tatapannya pada Azela pun semakin tajam.

Azela menggeleng pelan.

"Mulai besok, gak usah ganggu urusan gua—"

"Ganggu Kakak selingkuh maksudnya?" Azela kembali menyela, menatap sendu pada Kealo yang kini semakin kelewatan. Seharunya kekasihnya itu datang padanya untuk meminta maaf, bukan untuk semakin membuat hatinya hancur seperti ini.

"Nah, tuh lo tau maksud gua apa."

Azela mengangguk paham, berdiri dari duduknya dengan hela napas getir yang keluar dari belah bibirnya.

"Maaf kalo gua udah ganggu, besok-besok gua janji gak akan ganggu lo lagi," kata Azela dengan senyum pedih yang dipaksa terukir pada sudut bibirnya.

"Gua ke kamar, cape." tambah Azela, pamit undur diri dari hadapan Kealo.

"Gua laper! Ikut gua cari makan," perintah Kealo sebelum Azela benar-benar pergi.

"Gua—"

"Ikut gua Azela! Lo gak ada hak buat nolak perintah gua!"

"I-iya ...."

______🥀.

His Broken Mate.
© Tiaraatika4
Rabu, 12 Juli 2023

𝐇𝐢𝐬 𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐌𝐚𝐭𝐞.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang