Mungkin terhitung ada delapan tahun Jennie punya kekuatan itu, masih terngiang cukup jelas diingatan jennie.
Bahwa diusianya yang kesepuluh kala itu, ia pergi berjalan-jalan sore bersama puddle kecilnya, noir. Ke tepian sungai di rumah nenek.
Lalu ia iseng mengikuti perahu kertas yang anehnya tidak hancur-hancur ketika terkena air, yang ada justru semakin keras mengikuti arus sungai.
Noir, Jennie tinggalkan dengan gonggongan tak ada habisnya.
Dan tiba-tiba Jennie sudah di kasur neneknya dan melihat gas berkumpul di belakang kepala neneknya.
Itu kakeknya, yang baru tiga bulan yang lalu tiada.
➖
"Apa yang kau mau dariku? Aku tidak pernah membantu yang berhubungan dengan manusia lain"
Jennie mengupas apel sambil membelakangi wanita itu. Sudah hafal dengan banyak kemauan makhluk seperti ini.
"Tidak bisakah kau berbalik melihatku?"
Jennie menggeleng, "tidak sebelum kau menunjukkan wajah sebenarmu"
"Sudah"
Jennie berbalik, menemukan wanita cantik dengan rambut sebahu yang begitu manis. Lipstik merah meronanya begitu kontras dengan kulit putih pucatnya.
Lihat dressnya, begitu apik. Ia pasti meninggal dengan bahagia, itu yang Jennie pikirkan.
"Aku tidak mati dengan bahagia, jika kau mau tau"