"Yabu-san, apa anda yakin tentang hal ini?"
"Ya, saya sangat yakin"
"Tapi meneliti istana itu cukup berbahaya. Kita tidak tau berapa lama sudah istana itu berdiri di sana. Bisa saja saat ia meneliti, ada atap yang roboh dan menimpanya. Itu bisa membahayakan keselamatannya"
"Apa dia sudah datang?"
"Dia sudah menunggu diluar, Yabu-san"
"Kalau begitu, suruh dia masuk. Saya akan membicarakan resiko penelitian ini kepadannya"
"Baik, Yabu-san"
~
Bila ia pria bertipe periang, ia pasti sudah melompat kegirangan saat keluar dari ruangan Yabu Kota, Menteri Riset dan Teknologi, yang mengizinkan Yuya untuk meneliti istana tersebut. Namun karena ia tipe yang cool, ia hanya tersenyum puas sambil membawa surat izin tersebut. Ia tidak ingin menunggu lama lagi. Ia tidak bisa menunggu sampai besok. Ia telah termakan rasa penasarannya begitu lama. Bila menunggu sampai besok, ia yakin ia tidak akan tidur dengan tenang.
Dengan perbekalan seadanya, Yuya langsung meluncur ke istana tersebut yang hanya boleh ditempuh dengan berjalan kaki. Tidak ada kendaraan yang boleh memasuki wilayah itu karena 'katanya' takut bisa membangunkan si penghuni dan negara mereka bisa terkena kutukan. Jalan memasuki wilayah istana dipenuhi semak belukar. Namun saat Yuya menegok ke bawah, terdapat jejak langkah kaki yang seperti baru. Dilihat dari jejaknya, seseorang telah keluar – masuk istana tersebut. Apakah ada yang meneliti selain dia?
Yuya mengikuti jejak langkah kaki tersebut sampai ke pagar besar yang sudah tidak tergembok. Dengan mudahnya ia masuk ke taman istana yang sangat gersang itu. Ia ingin meneliti seluruh bagian istana satu per satu. Tapi sebelum itu, ia harus menemukan si pemilik jejak kaki. Yuya terus mengikuti jejak kaki itu sampai ke dalam istana. Kotornya lantai tersebut membuat jejak kaki semakin jelas. Jejak kaki itu berhenti di sebuah pintu. Yuya dapat melihat dari celahnya bahwa lampu di ruangan itu hidup, menandakan ada seseorang yang menghidupkannya atau mungkin sedang berada di sana.
Ia membuka pintu perlahan. Ada suara tangisan. Bulu kuduk Yuya merinding. Jangan-jangan itu suara tangisan hantu. Ia ingin lari tapi satu sisi dalam dirinya mendorongnya untuk membuka pintu lebih lebar dan melangkah masuk ke ruangan tersebut. Ruangan yang terang namun penuh debu. Dan ada seseorang yang menangis di pojokan. Apa itu manusia? Monster? Atau hantu? Apa ia harus lari? Bagaimana bila nyawanya terancam?
Yuya ingin mengumpat saat menyadari ia tidak membawa apa-apa untuk pertahanan diri seperti pisau ataupun pistol. Bagaimana bila makhluk ini menyerangnya saat ia mendekat? Tapi ia terlihat seperti manusia biasa dengan pakaian kerajaan. Tunggu? Pakaian kerajaan? Jangan-jangan... dia 'penghuni' yang digosipkan itu. Yuya mengumpulkan keberaniannya dan menghirup nafas dalam-dalam. Ia sudah menunggu 28 tahun untuk melakukan penelitian ini dan tidak ada alasan baginya untuk mundur meskipun itu dapat merenggut nyawanya. Sekarang atau tidak sama sekali. Yuya berjalan perlahan, sangat berhati-hati agar makhluk itu tidak takut dan malah balik menyerangnya. Ia mengulurkan tangannya untuk memegang bahu makhluk tersebut. Saat telapak tangannya hampir menyentuh bahu tersebut, di waktu bersamaan sang pemilik menolehkan kepalanya, bertatapan dengan Yuya dan berteriak.
"KYAAA!!!"
"UWAAA!!!" Yuya ikut berteriak dan mundur beberapa langkah. Mereka sama-sama kaget akan sosok masing-masing. Yuya memperhatikan sosok yang ada di depannya. Ia manusia, Yuya yakin itu. Lelaki muda yang menurut Yuya usianya masih belasan. Tapi apa yang ia lakukan di sini?
"Si-siapa kau?" si lelaki muda itu yang pertama membuka suara. Ia tetap berjongkok di pojokan, tidak bergerak seinchi pun. Yuya bingung harus menjawab apa. Namanya atau pekerjaannya? Sepertinya ia harus menjawab keduanya.
YOU ARE READING
Sleeping Cutie (Pangeran Tidur)
FanfictionArioka Daiki membuka matanya perlahan. Gelap. Itulah yang pertama kali terbesit di benaknya saat nyawanya sudah terkumpul. Ia mencoba mengangkat badannya untuk duduk. Debu yang menyelimuti sekitarnya berhasil membuatnya terbatuk-batuk. Ia melihat s...