Yuya terbelalak mendengar nama yang diucapkan Daiki. Keiko? Bukankah itu nama calon tunangan yang Daiki ceritakan waktu itu? Jangan bilang salah satu dari mereka adalah reinkarnasi tunangan Daiki.
"Selamat datang, pangeran~" Kei membungkuk hormat melihat kedatangan Daiki dan Yuya, Kota dan Hikaru pun melakukan hal yang sama.
"Kalian... tau aku pangeran?" bungkukan mereka menghancurkan khayalan Daiki.
"Tentu saja. Sejujurnya kita keluarga" jawab Yabu sambil tersenyum setelah meluruskan kembali tubuhnya.
"Maksud kalian?" Yuya menaikkan sebelah alisnya heran.
"Kami adalah keturunan keluarga Arioka-Inoo yang masih masuk dalam pemerintahan" sontak hal itu membuat dagu Yuya hampir jatuh dan Daiki terpaku. Ia masih punya keluarga?
"Mari duduk dan kami akan menceritakan apa yang kami tau tentangmu dan keluarga kita"
~
Setelah disuguhkan teh dan disajikan snack oleh maid, Kota dan Kei siap menceritakan tentang keluarga mereka. Sebelumnya, Daiki mengambil tempat duduk tepat di seberang Kei agar bisa memperhatikan Kei dengan lebih jelas. Ia seperti merindukan wajah tersebut.
"Boleh aku mulai duluan?" tanya Yabu. Daiki dan Yuya mengangguk sedangkan Kei mempersilakan.
"Sejujurnya, hanya kami dan beberapa anggota keluarga yang masih mengetahui cerita yang awalnya kami kira hanya fiktif belaka ini" ujar Yabu.
"Sekitar 1000 tahun lalu, negara ini masih berbentuk kerajaan, 2 kerajaan lebih tepatnya, yaitu kerajaan Arioka dan Inoo. Raja Arioka dan Inoo berteman baik sampai mereka ingin menjodohkan anak mereka, yaitu anda, Daiki-san dengan Putri Inoo—"
"Keiko. Namanya Keiko" ucap Daiki sambil melihat lurus ke Kei, membuat perasaan Yuya tidak enak.
"Jadi nama putri itu Keiko?" tanya Kei. Daiki mengangguk.
"Ya. Dan ia sangat mirip denganmu" ucap Daiki lagi sambil menatap dalam mata Kei yang berada di seberangnya.
"Mungkin kau reinkarnasinya, Kei" Kota cekikikan dan mendapat tatapan tajam dari Kei.
"Baik, aku lanjutkan. Namun, keinginan mereka untuk menikahkan kalian gagal karena Daiki-san terkena kutukan. Anda dikutuk oleh penyihir untuk tidur selama 1000 tahun"
"Kenapa? Kenapa aku dikutuk?"
"Masalah itu... kami tidak tau sejauh itu, Daiki-san" jawab Kei dengan nada sedih.
"Mereka mencoba segala cara untuk membangunkanmu namun hasilnya nihil. Para penyihir terbaik pun sudah dipanggil namun mereka tidak bisa membebaskanmu dari kutukan itu. Hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun, kau tidak bangun juga sampai ulang tahunmu yang ke 25. Ibumu menjadi sakit-sakitan dan meninggal karena penyakitnya. Sementara itu, ayahmu meninggal dalam perang saat melawan kerajaan musuh yang ingin mengambil alih kerajaan kalian. Kerajaan musuh itu mengetahui ada celah karena berita tentangmu yang tertidur sampai ke kerajaan lain. Mereka menarik kesimpulan bahwa tidak ada penerus untuk kerajaan Arioka dan karena itulah mereka menyerang kerajaanmu. Apalagi saat itu adalah masa kejayaan kerajaan Arioka karena kepemimpinan ayahmu yang hebat dan adil, sehingga kerajaan lain iri. Kerajaan itu berhasil dikalahkan, namun sayangnya, ayahmu meninggal di medan perang. Dengan kata lain, ayahmu mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkanmu dan kerajaannya" cerita Kota panjang lebar.
"Boleh aku yang melanjutkan?" tanya Kei.
"Silakan" Kota memberi izin.
"Melihat tidak ada pemimpin di kerajaan tersebut, adik ayahmu menawarkan kerajaanmu dan kerajaan Inoo untuk bersatu. Dan kerajaan itu akan dipimpin oleh adik laki-laki Inoo. Tentu saja Raja Inoo sepakat karena ia juga ingin menyelamatkan kerajaan dan keluarga sahabatnya. Untuk sementara, adik calon tunanganmu memimpin kerajaan Arioka sampai ayahnya wafat dan kemudian ia memimpin 2 kerajaan yang bersatu itu. Sementara itu, calon tunanganmu merawatmu sampai akhir khayatnya" Daiki hampir menangis. Keiko yang selama ini merawatnya saat ia tertidur, telah meninggal dan ia bahkan tidak bisa mengucapkan terima kasih padanya. Bukan hanya berterima kasih, ia bahkan tidak bisa menepati janjinya untuk menikahi Keiko.
YOU ARE READING
Sleeping Cutie (Pangeran Tidur)
FanfictionArioka Daiki membuka matanya perlahan. Gelap. Itulah yang pertama kali terbesit di benaknya saat nyawanya sudah terkumpul. Ia mencoba mengangkat badannya untuk duduk. Debu yang menyelimuti sekitarnya berhasil membuatnya terbatuk-batuk. Ia melihat s...