Yuya melompat dari sofa saat mendengar teriakan manja dari kamarnya. Ia segera berlari ke kamar, khawatir ada sesuatu yang terjadi pada Daiki. Namun, apa yang ditemukannya adalah Daiki yang terduduk manis di lantai dengan wajah merona. Kotak rahasianya terbuka dan salah satu komiknya tergeletak di lantai.
"Daiki... kau..." Yuya ingin marah. Rasanya darahnya sudah sampai ke ubun-ubun. Tapi ini bukan sepenuhnya salah Daiki. Daiki tidak pernah menyentuh barang yang dilarang oleh Yuya. Dan Yuya lupa untuk melarang Daiki menyentuh kotak tersebut.
"Yuya... kau membaca cerita seperti ini?" tanya Daiki malu. Yuya tidak bisa menjawab. Diambilnya komiknya dan dimasukkannya lagi ke kotak tersebut.
"Memangnya... sesama pria bisa melakukannya?" Yuya kaget mendengar pertanyaan polos Daiki. Sudah pasti dulu tidak ada yang seperti ini. Hal ini sangat tabu zaman dulu. Sekarang saja masih banyak yang tidak mendukung hal seperti ini.
"Bisa" Yuya memutuskan untuk menjawab. Singkat namun jelas. Ia kembali menutup kotak tersebut dan berniat meninggalkan kamarnya saat Daiki bertanya lagi.
"Bagaimana?" tanya Daiki, lebih polos lagi. Mata Yuya membesar dua kali lipat mendengar pertanyaan Daiki. Pertanyaan itu membangkitkan sesuatu di dalam dirinya yang sudah ia tahan dalam-dalam sejak Daiki menginjakkan kaki di apartmentnya.
"Kau mau tau?" tanya Yuya. Berharap Daiki tidak mengiyakan. Namun ia salah. Daiki mengangguk dengan pandangan penuh keingintahuan. Pandangan yang juga membuat Yuya kehilangan akal sehatnya.
Tanpa berpikir dua kali, Yuya sudah menyerang bibir Daiki, melumatnya dan menikmati bibir lembut tersebut. Daiki sama sekali tidak melawan. Ia justru mengerang dan membiarkan Yuya mengunci bibir mereka. Daiki bahkan tidak sadar Yuya telah membaringkannya ke tempat tidur. Ia penasaran. Ia ingin tau. Dan rasa penasarannya itu menggiringnya ke malam penuh kenikmatan.
~
Yuya mengedipkan kelopak matanya beberapa kali sebelum membuka mata sepenuhnya. Ia tersenyum mengingat kejadian semalam. Hal terindah yang pernah terjadi dalam hidupnya. Tidak salah ia menunggu selama ini untuk menemukan orang yang tepat. Di sampingnya, lebih tepatnya di pelukannya, sesosok pria cantik sedang tertidur dengan lelapnya. Yuya tersenyum lagi. Ia mengelus rambut pemuda tersebut dan mencium dahinya dengan lembut.
Yuya masih ingin melanjutkan tidurnya sampai bel apartmentnya berbunyi, yang mengharuskannya untuk membuka pintu. Dengan malas, ia bangkit dari tempat tidurnya perlahan, dengan sangat berhati-hati menggeser tubuh Daiki agar pria tersebut tidak terganggu tidurnya. Setelah memakai bathrobe, ia keluar dari kamar dan membuka pintu. Nampak pria yang lebih pendek darinya sudah menunggu untuk dipersilahkan masuk.
"Yamada? Ada apa pagi-pagi ke sini?" tanya Yuya. Mereka masih di depan pintu, ia tidak ada niat untuk menyuruh Yamada masuk.
"Tidak bolehkah?" tanya Yamada sambil memiringkan kepalanya.
"Kau sudah mandi?"
"Belum"
"Kenapa memakai bathrobe?"
"Bukan urusanmu" jawab Yuya datar yang berhasil menaikkan darah tinggi Yamada.
"Kau bersikap aneh akhir-akhir ini di kantor, Yuya. Bahkan kau tidak pernah berdiam di bukit itu lagi. Kau selalu langsung pulang setelah pekerjaan selesai. Bahkan kita tidak sempat bertegur sapa. Apa ada sesuatu yang mengusikmu?" tanya Yamada khawatir.
"Tidak ada. Aku hanya sibuk dengan penelitian lain"
"Tidak mungkin. Yuya yang kukenal tidak seperti ini. Walaupun memiliki penelitian lain, kau pasti mengerjakannya di bukit itu. Ada sesuatu yang kau sembunyikan khan?" paksa Yamada.
YOU ARE READING
Sleeping Cutie (Pangeran Tidur)
FanfictionArioka Daiki membuka matanya perlahan. Gelap. Itulah yang pertama kali terbesit di benaknya saat nyawanya sudah terkumpul. Ia mencoba mengangkat badannya untuk duduk. Debu yang menyelimuti sekitarnya berhasil membuatnya terbatuk-batuk. Ia melihat s...