BAB 8

23 2 0
                                    

Sesampai di rumah Wenda, Putri langsung menerobos ke arah kamar Wenda. Dia tidak peduli yang punya rumah belum masuk dan masih di mobil bersama Dinda. Tanpa merasa sungkan, Putri langsung membuang tasnya disembarang tempat dan membaringkan tubuhnya di kasur yang empuk dan menurutnya kasur keduanya di rumah, tidak memikirkan yang punya rumah mengaung karena sepatunya belum ia lepas.

"Assalammualaikum."
Salam Wenda dan Dinda memasuki rumah Wenda.

"Waalaikumsalam tuan rumah."

" Woiiiiiiiiiiiiiii........ Lu kira rumah gue kandang ayam apa? Copot dulu tuh sepatu lho!"

"UPS. Iya Wen. Sabar dong gue tadi lupa saking capeknya badan gue."

"Kalok elo bukan gebetannya Darel udah gue habisin lu."

"Apa hubungannya Wen. Kalok dia bukan gebetannya Darel apa ya lu mau ngegibeng dia?"
Tanya Dinda sambil menghampiri Putri yang ada di kasur sambil melepas sepatunya.

"Iya..... Enggak juga sih. Because dia sahabat gue tercinta. Iya gak Put?"
Tanya Wenda sambil mengalungkan tangannya di leher Putri.

"Auk ah gelap. Awas minggir gue mau Tarok sepatu gue didepan. Entar Lo garong lagi."

"Enggak. Enggak. Gue maaf tuan Putri. Nanti gue lu aduin ke aa' Darel lagi."

"Issshhh apasih gak ada hubungannya sama sekali sepatu gue sama tuh bocah. Yang ada elo yang taruh sepatu gue kedepan gih sana. Dan gue mau bikin minuman and makanan. Lu mau gak?"

"Bener ya? Lu bakal bikin itu? Kalok iya mana sepatunya? Dan sekarang lu capcus ke dapur untuk buat itu semua."
Mengambil sepatu Putri ditangan Putri dan berjalan menuju depan luar rumah.

"Iya Put. Gue lagi laper nih kebetulan."
Saut Dinda yang terbaring di kasur Wenda dan sedang memainkan hp nya.

"Ihhh lu kira gue babu lu? Yang lu suruh suruh dan lu leyeh leyeh dzikiran sama hp lu yang gak berfaedah dan gak ada amalnya?"

"Hahaha sorry lah. Oke oke gue bakalan bantu di dapur."

Dan sekarang Dinda bangkit dari tempat tidur dan menghampiri Putri yang sudah mulai mencari bahan bahan untuk membuat makanan dan minuman yang cocok untuk hari ini. Dan tak lama pun Wenda juga ngampirin di dapur.

"Put mau bikin apa Put?"
Tanya Wenda

"Kayaknya mau bikin roti John deh."

"Umhhh enak kayaknya sama capuccino shake ya."

"Yaps kayaknya juga enak."

"Put gue ngapain nih?"
Tanya Dinda.

"Emmhhh lu mending motongin pinggiran roti sambil di gepengin."

"Oklik."

"Gue buat capuccino shek aja ya Put?"
Tanya Wenda.

"Ya udah. Eh Wen gue mau tanya and mau minta pendapat sama Lo."

"Ya udah tanya aja."

"Emmmm sebenarnya sih gue canggung sih mau ngomong."

"Ah serah Lo aja."

"Gue kan tadi malem diajak keluar sama Darel kan. Terus pas perjalanan pulang gue sempet mampir di tukang martabak gitu. Terus kan pasti nunggu kan? Nah pas saat gue nunggu gue diajak Darel buat Dateng ke acara syukuran wisuda kakaknya Sabtu malam. Terus gue ngerasa gue gak pantes buat Dateng dan gue juga udah bilang ke Darel buat gak dateng. Tapi Darel maksa gue buat Dateng. Terus gimana Wen? Din? Gue haruskan datang ataukah tidak?"

"Kalok menurut gue sih ya. Elu Dateng aja Put."

"Yaps betul tuh gue setuju sama elu Din. Lagi pula itu yang ngajak kan Darel sendiri. Dan mungkin itu yang nyuruh juga mamahnya."

Pemilik hati kaku....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang