BAB 9

35 2 0
                                    

Kali ini mungkin rencana untuk tidur bareng lagi di rumah Wenda gagal kembali, entah kenapa Putri merasa tubuhnya sangat capek dan ingin tidur di rumah.Sekarang Putri sudah sampai di rumah, dan bahkan dia sekarang sudah selesai mandi. Putri menjatuhkan badannya di atas kasurnya dengan pandangan matanya melihat langit langit kamar dan pikirannya mengingat momen disaat dia masih awal awalnya berpacaran dengan Handy. Putri merasa sangat senang, terutama disaat Putri sedang berulang tahun yang ke enam belas tahun, tepatnya satu tahun yang lalu.

Handy memberi kejutan kepada Putri dengan cara yang sangat sweet, sama seperti Zambrosa tadi siang yang memberi kejutan ulang tahun kepada Dinda. Tak terasa air mata Putri menetes membasahi pipi Putri yang cabi, ketika Putri teringat kejadian dimana Putri diputuskan dihadapan perempuan yang sekarang menjadi kekasihnya Handy. Sampai sekarang pun Putri masih bertanya tanya, kenapa Handy lebih memilih wanita itu dibanding dirinya? Sebenarnya apa yang membuat Handy memutuskan Putri? Putri rasa sebelum ia putus dengan Handy, hubungan mereka berdua berjalan baik baik saja.

Malam ini Putri terus menangis teringat malam kejadian dahulu yang sangat menyakitkan itu. Ia bangkit dari tempat tidur dan menghampiri lemari bajunya dan mengambil boneka beruang berwarna cokelat. Boneka itu adalah boneka pemberian terakhir Handy sebelum Handy mengatakan putus kepada Putri. Air mata Putri pun terus mengalir deras tiada henti. Dadanya merasa sesak, dia kangen dengan suasana sweet bersama Handy. Namun, itu semua mustahil, Putri merasa benci dan sayang terhadap Handy. Kali ini ingin marah namun kesiapa? Putri hanya bisa mengingat dan merasa perih di dada.

Maka dari itu, iya merasa semua cowok itu sama. Sama halnya dengan Handy, yang manisnya hanya di depan. Di belakang sangat pahit dan perih. Dan semua itu membuat Putri merasa sangat benci dengan semua lelaki. Bahkan Darel sekali pun, ia merasa Darel manis karena ini awal. Dia sudah tak mau merasakan sakit perih seperti ini. Namun, kadang ia juga merasa bahwa Darel memang benar tulus. Tapi entah, Putri memutuskan biar waktu yang menjawab, jika memang baik untuknya dia memohon kepada Allah untuk ditunjukkan kebaikannya. Jika buruk dia juga ingin ada yang menegurnya bahwa Darel tak baik untuknya.

#*#

Pagi hari Putri bangun dengan rasa di kepalanya sangat pening, dan matanya terasa sembab. Dia duduk di depan kaca untuk memastikan apa matanya sembab.

"Ahhh...mata gue sembab. Oh ya semalam gue nangis parah. Dan gue merasa gak kuat dan gue langsung tidur. Dan perasaan semalam gue peluk boneka teddy dan perasaan gue gak pake selimut deh. Ahhh bodo amat gue mau mandi keburu kesiangan."

Hari ini hari Sabtu, Putri merasa malas untuk pergi ke sekolah dan apalagi dengan kondisi mata yang seperti ini. Pasti banyak pertanyaan dari kedua sahabatnya. Dan hari ini hari dimana penentuan untuk menjawab ajakan Darel waktu malam itu. Namun, bagaimana lagi hari ini harus dijalani oleh Putri, walaupun hari yang sangat membosankan untuk Putri jalani. Selesai mandi dan memakai seragam pramuka, Putri langsung turun dan menuju meja makan untuk sarapan.

"Selamat pagi sayang."
Sapa Tante Manda mamahnya Putri.

"Pagi mah pah."
Balas sapaan Putri dengan lemas.

"Sayang kamu sakit nak?"

" Enggak kok mah."

"Kok keliatannya gak enak badan gitu?"

"Mungkin kecapean aja kali mah."

"Ya udah. Kamu mau roti apa sayang?"

"Roti kacang mah."

"Ya udah mamah buatin dulu ya."

"Makasih mah."

"Put kenapa semalam nangis kayak gitu nak?"
Tanya papah Putri dengan rasa cemas.

Pemilik hati kaku....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang