2

1.2K 158 34
                                    

Setelah kejadian itu, Seokjin banyak melamun. Semenjak melihat lelaki itu, dia banyak melamun dan menyendiri dan kehilangan semangatnya. Seperti saat ini dia hanya berdiam diri di kamarnya duduk di balkon sembari merasakan hembusan angin dingin yang menerpa wajahnya .

Dan hampir setiap malam setelah kejadian itu pula Seokjin selalu terbangun karena mimpi yang seperti potongan puzzle.

Setelah makan malam, Seokjin lebih memilih berdiam diri di kamarnya membaca beberapa buku mata kuliahnya yang entah apa isinya ia tidak mengerti, ponselnya pun tak ia sentuh seharian ini.

Mimpi-mimpi yang ia dapat seperti potongan kehidupannya di dunia lain. Entahlah, ia tak tahu.

"Dia siapa, kenapa menghantui fikiranku terus? Aish bisa gila aku. Bagaimana nanti eomma tahu masalahku? Bisa di terapi terus aku, ya tuhan." gumamnya sembari mengusak kasar wajahnya.

Ya, Ibu Seokjin bisa dibilang seperti psikiater. Wanita paruh baya itu juga pintar membaca situasi seseorang maka dari itu Seokjin lebih memilih mengasingkan diri.

Kini sudah menjelang tengah malam, dan Seokjin masih di balkonnya yang menghadap langsung ke jalan yang depannya ada rumah kosong. Tidak menakutkan namun hanya mengganggu penglihatan Seokjin.

Seokjin merasa diperhatikan, tapi dia berfikir hanya perasaannya. Namun malah tambah membuatnya tak nyaman. Saat ia menelusuri sekitarnya, dia menemukan lelaki berhoodie hitam sesang bersandar di tiang listrik pinggir jalan.

Lelaki itu menoleh ke Seokjin dan tersenyum yang menampilkan dimple-nya.
Seokjin kaget saat mengetahui lelaki itu, lelaki berdimple itu sama dengan lelaki yang ia temui di koridor kampus. Dimple nya juga sangat ia ingat, dan kenapa bisa dia merasa akrab dengan senyuman itu?

Setelah menampilkan senyumannya, lelaki itu pergi, persis dengan yang ia lakukan sebelumnya.

"Yak hei , siapa kau?!" Seokjin berteriak sedikit kencang saat lelaki itu pergi tapi tak mendapatkan tanggapan darinya. Lelaki itu pergi meninggalkan Seokjin yang kebingungan.

"Aish siapa dia? Kenapa misterius sekali?" gerutu Seokjin.

Ia masuk ke dalam kamarnya lalu menutup pintu balkonnya. Seokjin merebahkan tubuhnya di kasur , lalu memilih tidur karena sudah lewat tengah malam.

.
.
.

Seokjin terbangun karena dering ponselnya yang menandakan adanya telepon, dan pelakunya adalah Yoongi. Seokjin dengan enggan mengangkat teleponnya,

"Ada apa?"

"Jangan bilang kalau kau baru bangun?" ketus Yoongi di seberang telepon.

"Memangnya kenapa, lagipula hari ini masih libur bukan?"

"Hah, terserah kau saja. Tapi hari ini kan kau harus kumpul untuk tugas. Jangan bermalas-malasan kutunggu pukul 12 nanti di kantin. Bawa bahan presentasimu, pastikan pula otakmu tak tertinggal."

"Yak, bisakah kau tak men.."

Tut.

"Sialan sekali, aku belum selesai bicara sudah di matikan. Lihat saja."

Setelah perdebatannya dengan Yoongi di telepon, Seokjin segera mandi dan sarapan serta mempersiapkan bahan untuk tugasnya nanti.

Still, with you.Where stories live. Discover now