9

484 70 11
                                    

Ken terkejut dan panik setelah melihat darah segar keluar dari hidung Seokjin, Seokjin pingsan setelah berteriak histeris. Ken yang panik juga langsung membawa Seokjin ke klinik terdekat.

Ken menghubungi Ibu Seokjin sesaat setelah Seokjin mendapatkan penanganan dokter. Ken masih berusaha menenangkan diri, ia cukup panik. Karena baru pertama kali ia melihat Seokjin seperti ini, dan saat itu juga ada orang lain yang entah siapa dan apa maksudnya berada diantara mereka berdua.

Kini Ibu Seokjin sudah datang, dan sedang berbincang bersama Ken di ruang tunggu. Ken tidak menceritakan semuanya, hanya beberapa yang ia ceritakan tentang yang terjadi karena ia tau ibu Seokjin akan melakukan apa jika ia menceritakannya.

Tak lama, dokter keluar dari ruangan setelah menangani Seokjin . Dokter bilang kalau Seokjin harus banyak istirahat dan tidak boleh stres serta tidak boleh kelelahan. Setelah itu, Ken dan Ibu Seokjin boleh menjenguk Seokjin yang sudah sadar dari pingsannya.

Seokjin merasakan pusing di kepalanya dan nyeri di pangkal hidungya. Ia kini masih berbaring di ranjang dan ditemain oleh Ken dan ibunya. Seokjin bingung kenapa ia bisa berada disini bukankah tadi Ken akan mengantarkannya pulang ke rumah setelah dari kampus? Lalu kenapa sekarang ia ada disini?

"Nak, Seokjin. Sudah merasa baikkan?" tanya Ibu Seokjin menghampiri anaknya yang masih istirahat di ranjang klinik.

Seokjin mengangguk kecil, meskipun ia tak tahu apa yang terjadi.

"Seokjin, " panggil Ken

Seokjin menoleh ke arah suara, itu kekasihnya.

"Eomma, Ken ada apa sebenarnya? Kenapa aku ada disini?"

Ken dan Ibu Seokjin saling bersitatap, mereka harus menjelaskan darimana? Apalagi sekarang Seokjin belum pulih sepenuhnya. Lama membungkam, Ken akhirnya memutuskan membuka suara.

"Ah tadi kau pingsan dan mimisan, jadi aku membawamu kesini. Dan apa yang membuat kau berteriak histeris di mobil?" ujar Ken pelan.

Seokjin diam, ia ingat sebelumnya ada potongan mimpi yang masuk dalam fikirannya dan itu membuatnya pusing lalu berteriak histeris dalam mobil. Mimpi itu muncul lagi, ada yang berbeda dalam mimpi kali ini. Tapi entah apa itu, Seokjin tidak tahu. Tapi pelaku yang sama muncul lagi dalam mimpinya, memang tak semenyeramkan dulu, tapi mimpi kali ini membuatnya pusing bukan main bahkan rasanya seperti menambah beban dipunggungnya.

Terlalu lama bungkam, ibu Seokjin tau ada yang sedang mengganggu pikiran anaknya .

" Jangan dipikirkan sekarang kau istirahat saja. Sebentar eomma urus administrasinya dulu."

Tapi sebelum ibu Seokjin mengurusnya, Ken mencegah karena semua biaya sudah ia tangani. Lantas setelah itu, mereka pulang ke rumah berhubung kondisi Seokjin yang masih harus diistirahatkan.

Dalam perjalanan, Seokjin banyak diam. Lebih memilih menutup matanya dan menetralkan perasaannya yang tak karuan saat ini. Dia juga tak memperdulikan percakapan antara Ibunya dengan kekasihnya saat ini dia terlalu lelah bahkan terlampau lelah karena ini adalah yang kedua kali ia alami.

Setelah sampai rumah, Seokjin tak ingin banyak bicara ia langsung masuk ke kamar dan berganti pakaian lalu tidur. Bukan tanpa alasan, ia terlalu malas meladeni ibunya dan ditambah adanya Ken sekarang bisa-bisa ia diintrogasi tidak jela , jadilah Seokjin dengan cuek melenggang ke kamarnya bahkan tanpa bicara pada Ken. Meski sudah mencoba tidur, Seokjin tak bisa memaksakan dirinya untuk tidur entah kenapa sosok itu menjadi fikirannya lagi malam ini. Kenapa sosok itu selalu ada saat kejadian seperti ini? Apa urusannya dalam kejadian ini?

Haruskah Seokjin mencari tau semuanya? Tapi darimana? Ia bahkan tak tau harus memulai darimana dan bagaimana.

Seokjin benar-benar tidak bisa tidur malam ini, bahkan saat jarum jam menunjukkan angka 1 pun mata Seokjin tidak bisa terpejam. Seokjin memutuskan untuk duduk sejenak di balkonnya, menikmati hembusan angin malam mungkin bukan hal buruk.

Seokjin keluar dari kamarnya menuju balkon, angin menyambutnya menghempaskan rambutnya lembut, membuat perasaan Seokjin jauh lebih baik dari sebelumnya.

Dalam situasi ini, terkadang Seokjin merindukan seseorang. Ya, Seokjin merindukan ayahnya, dulu saat ia tak bisa tidur ayahnya selalu menemani-nya entah dengan mendengarkan musik, mengobrol bahkan menonton tv hingga akhirnya Seokjin tertidur dan dibawa ke kamar oleh ayahnya. Entah mengapa, Seokjin sangat merindukan moment itu yang acap kali membuatnya tersenyum lalu keluar air mata. Mungkin, memang awalnya ia akan tersenyum saat mengingatnya namun, masa kelam yang ia alami masih melekat di otaknya. Bahkan masih berbekas hingga kini ia berada di bangku kuliah. Cukup berat sebenarnya, tapi ia tidak bisa menyalahkan takdir. Semua telah di tentukan.




Mungkin aku memang tak mengingat apapun, Jin-ah . Tapi jangan pernah merasa buruk bahkan terpuruk. Aku akan selalu bersamamu, aku sentiasa menjagamu dalam diam dan dalam situasi apapun. Jangan buat aku merasa gagal, jangan buat aku merasa gagal menjadi apa yang sudah menjadi tugasku .

Kebahagiaan mu kini mungkin lebih penting dari apapun , maka dari itu tersenyumlah.


Seokjin masih diam dibalkon kamarnya, menatap langit dan menikmati hembusan lembut angin. Entah mengapa, jiwanya kini lebih tenang dibanding tadi. Semacam ada yang menenangkan diri Seokjin tapi entah siapa. Dia merasakan rasa hangat yang menjalar dalam hatinya.

Tapi siapa?

Siapa yang membuatnya nyaman? Bahkan saat ini dia hanya sendiri?

Seokjin membiarkan lamunannya, dan tak lama setelah itu 


Ia merasakan seseorang.

Sama seperti, waktu itu.



rev: 24/07/21

Still, with you.Where stories live. Discover now