3

885 132 13
                                    

Beberapa hari berlalu, kini tibalah hari Sabtu. Dimana biasanya para remaja memilih untuk menghabiskan waktu dengan cara mereka sendiri.

Begitu pula dengan Seokjin, ia memilih menghabiskan waktunya dengan membaca dan mendengarkan musik dikamarnya atau ia akan berjalan-jalan sebentar ke taman dekat rumahnya untuk sekedar menghilangkan bosan.

Tapi saat ini tidak mendukung untuk ia pergi ke taman, karena pagi ini hujan sudah menyambutnya saat Seokjin membuka matanya. Jadilah ia memilih berdiam diri di kamarnya.

"Jin-ah ayo nak sarapan kau belum sarapan kan?"

Itu Ibu Seokjin.

Seokjin segera keluar kamarnya untuk menghampiri Ibunya.

"Ne, eomma."

Seokjin dan ibunya pun pergi ke ruang makan, disana ada bibinya sedang membaca buku atau kitab yang juga Seokjin tidak mengerti dengan segelas teh hangat di sebelahnya.

"Pagi, ahjumma."

"Ah, Pagi Jin."

Seokjin duduk dikursinya dan memperhatikan bibi serta ibunya. Ia mulai merisaukan apa yang menjadi ganjalan di benaknya akhir-akhir ini.

Seokjin berusaha diam, berusaha menetralkan perasaannya.

"Jin-ah, ada apa? Apa ada yang mengganggumu?" Seokjin terkejut, ia bingung harus memberi alasan apa pada ibunya.

"Ah tidak ada eomma, memangnya kenapa?" Seokjin mulai menetralkan suasana dengan cengirannya.

"Ah eomma kira kau sedang bermasalah mungkin dengan teman-temanmu?"

"Tidak eomma, tidak ada masalah apapun. Aku baik-baik saja dengan mereka."

Bibi Seokjin mulai tertarik dengan arah pembicaraan dua manusia didepannya,

"Benarkah?" timpal bibinya.

Seokjin mengangguk mantap.

Setelah sarapan, Seokjin kembali ke kamarnya dan berkutat dengan buku serta laptopnya. Tugas - tugas susulan yang harus ia selesaikan masih menunggu.

Seokjin berdiri menghadap luar di balkonnya, merasakan hujan yang turun deras hari ini. Bersama ribuan rasa lelah yang bersarang di hatinya.

Larut dalam pemikirannya, Seokjin tak sadar ada seseorang diseberang sana sedang berada dibawah hujan memperhatikan dirinya yang sedang terdiam. Lelaki diseberang sana masih tetap berdiri dibawah derasnya hujan, menjaga seseorang di atas sana lewat kemampuannya.

Seokjin yang merasa diperhatikan akhirnya mencari apa yang mengganggu dirinya, dan lagi. Itu terjadi lagi dan dia datang lagi. Dibawah derasnya hujan laki - laki itu ada lagi bersandar pada tiang listrik diluar sana dengan mantel hitam yang menutupi setengah wajahnya, dan dimple itu ia sangat kenal.

Seokjin diam, berusaha tak mengeluarkan suara. Ia masih mengamati siapa lelaki itu, dan lelaki itu masih memperhatikannya dengan senyuman hangat, yang cukup membuat Seokjin merasa tenang (?). 

Tapi untuk apa dia datang saat hujan deras seperti ini? Tak takutkah dia sakit atau apapun bisa terjadi padanya kan?

Akhirnya pemikiran Seokjin terpecah saat ada pesan masuk di ponselnya, ia segera membuka ponselnya yang berada di nakas.

New message from Dad ' 09.11 am .

Pesan itu adalah pesan dari ayah Seokjin yang berada di California. Isi pesannya sama seperti biasanya, ayahnya menanyakan kabarnya dan bagaimana kuliahnya. Klise memang, namun ia masih bersyukur karena ayahnya tak melupakannya karena anak dari istri barunya. Ya, Seokjin mempunyai saudara tiri di California, dia bernama Dahyun. Marganya sama seperti Seokjin , Kim . Dia memiliki kulit putih karena ibunya keturunan eropa, matanya sipit menurun dari ayah Seokjin.

Tapi Seokjin baru bertemu dengan Dahyun beberapa kali itupun sudah lama sekali karena Seokjin beralasan sibuk kuliah, namun pada nyatanya dia hanya tak ingin membuat ibunya mengingat kembali kejadian bersama ayahnya dulu. Itu terlalu menyakitkan .

Kembali pada fikiran Seokjin, apa maksud laki - laki disana?

Seokjin makin larut.


.
.
.

Tok

Tok

Tok

Ibu Seokjin berniat menghampiri Seokjin, namun Seokjin tak membukakan pintu sama sekali.

Ibu Seokjin kembali mengetuk pintu kamar Seokjin, tetap tidak ada reaksi dari dalam.

"Seokjin, Ini Eomma nak buka pintunya."

Seokjin masih tak membukakan pintunya.

Namun tak lama, ada jeritan keras dari dalam kamar Seokjin.

"Seokjin!!"

.
.
.
.

Tbc .

.
.
.

21/07/21, sedikit revisi.

Still, with you.Where stories live. Discover now