7. Sentimen
┊⇄ ◁◁ II ▷▷ ↻ ┊/séntimén/ iri hati; tidak senang; dendam.
-●○●-
Yuta menyetujui ajakan Winata karena memang esoknya ia tak ada kegiatan apapun. Sekitar pukul 7 pagi Winata sudah bersiap-siap untuk pergi ke studio. Yuta yang baru saja bangun hanya bisa menatap apa yang sedang Winata lakukan di kamarnya yang tidak tertutup.
Merasa kebingungan, Yuta menghampiri Winata diambang pintu kamarnya. "Buru-buru sekali? Apa mau kubantu?"
Winata menengok kearah Yuta, "Kamu lupa ya? Hari ini aku ada gladi kotor di studio."
"Eh benarkah? Aku lupa." Sahut Yuta sambil tersenyum innocent. Winata berdecak sinis.
Setelahnya Yuta menuju kamar mandi dan mengganti pakaian. Hari ini dia benar-benar ingin melihat housemate-nya berlatih.
Tak butuh waktu lama Yuta untuk bersiap, begitu juga dengan Winata yang sudah membawa tas besar berisikan pakaian ganti dan lainnya. Melihat itu, Yuta pun berinisiatif mengambil alih tas tersebut dan membawakannya.
"Terima kasih," kata Winata sambil tersenyum tipis pada Yuta. Yang diberi senyuman hanya mengangguk, walau diam-diam tersipu.
-●○●-
Di dalam lobi gedung theater ini bisa terdengar alunan musik klasik bermelodi cantik. Chandelier yang terbuat dari kristal Swarovski digantung di langit-langit yang tinggi, menyambut dengan sinar menyilaukan.
Setelah menaiki anak tangga, melalui atrium yang sudah dihiasi kursi sedemikian rupa di depan panggung, Winata mengajak Yuta menuju backstage, tempat para penari bersiap untuk gladi kotor.
"Tidak apa-apa, 'kan, aku ikut menonton?"
"Tentu saja, kamu bisa lihat beberapa di antara mereka juga mengajak saudara atau pasangan masing-masing untuk menyemangati," ucap Winata merujuk pada rekan-rekannya yang sedang memakai pointe shoes.
Winata menyuruh Yuta untuk duduk disalah satu sudut ruangan, bergabung dengan orang-orang yang juga menonton gladi hari ini.
Setelahnya, Winata langsung mengganti pakaiannya dengan tutu ballerina, berhias name tag yang dipasang di bagian depan dan belakang kamisolnya. Karena rambut Winata yang dipotong pendek ia jadi sedikit kebingungan untuk menata rambutnya.
Ia membawa karet rambutnya, namun ia tidak bisa meminta bantuan pada yang lain karena sama sibuknya. Matanya mencari seseorang yang dapat ia mintai tolong dan matanya tertuju pada satu orang-Yuta."Yuta-san, tolong kuncirkan rambutku," pinta Winata sambil berjongkok di dekat Yuta duduk.
Orang-orang yang duduk di samping Yuta tidak bisa tidak mencuri pandang pada si ballerina. Manis, nampun anggun di saat bersamaan. Pesona si pemeran utama tidak ada bandingnya.
Yuta mengangguk, dan memintanya berbalik badan. Diraihnya karet rambut yang dibawa Winata dan dengan lihai ia kuncirkan rambut tipis dan lembut itu.
"Sudah selesai, princess."
Jemari Winata meraba hasil kerja housemate-nya. Diam-diam tersipu karena panggilan yang disematkan Yuta. "Terima kasih."
"Semoga lancar."
Winata menanggapi perkataan Yuta dengan anggukan, diiringi senyuman bak putri Belle. Entah ia sengaja atau tidak tapi itu membuat Yuta tak bisa tidur malam ini.
Tak lama kemudian setelah berkumpul untuk melakukan do'a. Para penari langsung menuju posisinya masing-masing. Jadi, sebelum theater dimulai akan ada intro dari seluruh pemain.
Lagu tema diputar di ruangan sebesar aula itu, alunan yang indah mulai mengalun merdu memenuhi seisi ruangan.
Melihat Winata yang naik ke atas sebagai Belle, Yuta hampir saja memekik.
Sosok perempuan itu bergelimang aura muda yang benar-benar hidup, seolah memancarkan kebahagiaan jatuh cinta. Tidak ada lagi sosok pucat Winata seperti malam yang lalu.
Langkah kaki yang semalam goyah hingga harus digendong, kini melangkah dengan mantap, lalu melakukan putaran ringan. Di sanalah pemeran Beast muncul, lalu pas de deux pertama mereka pun dimulai.
Mata Yuta kini hanya terfokus pada Winata. Bukan hanya dia saja. Penonton lain, penari yang menunggu giliran di samping panggung, bahkan penata busana pun memandangi Winata takjub.
Dan Yuta tak sekalipun mengalihkan pandangannya dari penari Belle-yang sempat tak sengaja bertatapan matanya dengannya. Dari semua orang, kamulah yang paling cantik.
Jadi, apakah benar sudah ada perasaan spesial dalam diri Yuta terhadap Winata? Entah, Yuta sendiri juga masih bertanya-tanya.
-●○●-
Karena babak ketiga berjalan selama satu jam dan sekarang waktunya untuk istirahat, Yuta memutuskan untuk pergi ke kamar mandi.
Ketika keluar dari kamar mandi, ia berniat untuk membelikan minuman pada winata. Namun, sewaktu di koridor menuju lift Yuta justru bertemu dengan mantan kekasihnya.
"Yena."
Yang dipanggil, tertegun sejenak. Perempuan itu sama kagetnya. Sedetik kemudian, ia tersenyum ramah. "Oh, Yuta? Kebetulan sekali. Sedang apa di sini?"
"Menonton gladi kotor temanku." Yuta menjawab dengan santai.
Yena, yang tadi juga cuma berniat istirahat sebentar lalu kembali ke panggung, akhirnya mengobrol sebentar dengan lelaki ini. "Tunggu, apa temanmu juga anggota theater ini?"
"Iya."
Mata Yena sontak berbinar. "Wah! Aku juga ikut tampil dalam pertunjukan kali ini. Cuma pemeran pendukung, sih."
"Benarkah? Aku tidak menyadarinya, apa mungkin karena terlalu banyak orang, ya?"
Yena tertawa saja. Bagaimanapun, tidak ada alasan untuk bersikap murung. "Mungkin saja begitu. Oh, iya, kamu mau ke mana?"
Mereka berdua memasuki lift bersama. "Ingin membeli minuman untuk temanku," jawab Yuta sembari memencet tombol lift.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang menatap mereka sedari tadi. Hati orang itu tiba-tiba terasa sakit, seperti ada sesuatu yang mengganjal hatinya namun tak tahu apa itu. Sesak.
"Kenapa rasanya aku ingin marah? Ada apa dengan diriku?"
» [To be continued] «
0:00 ──-─○── 7:00
⇄ ◃◃ II ▹▹ ↻Shimofuri
29.03.20
KAMU SEDANG MEMBACA
rapsodi ⊹ Yuwin✅
Fanfiction[COMPLETED] Problematik, sarkastik, cantik. Begitulah jawaban Nakamoto Yuta bila diminta menjelaskan sosok housemate-nya dalam 3 kata. Berawal dari kesalahpahaman, akankah jalinan takdir keduanya bertemu makna? ⚠GENDERSWITCH⚠ Happy reading!♡ Cover e...