‣ 6 Dergama

1.3K 264 48
                                    

6. Dergama
┊⇄ ◁◁ II ▷▷ ↻ ┊

/dergama/ fitnah.

-○●○-

Itu adalah pukul 8 malam saat Winata dan Yuta pergi dari cafe dan menuju Night Market.

Winata melihat kios-kios di sekeliling, mencari cemilan untuk dibawa pulang ke apartemen. Tak jauh dari tempat mereka berada, tampak sebuah lapak menjajakan takoyaki.

Merasa Yuta akan familiar dengan makanan khas Jepang itu, Winata menepuk lengan Yuta. "Tunggu di sini, ya!"

Perempuan itu berlari-lari kecil meninggalkan Yuta. Beberapa langkah, sebelum ia sampai di kios itu, Winata merasakan keseimbangannya hilang. Jalanan yang licin tidak berkompromi dengan sol sepatunya yang sudah minta diganti.

Sebagai gantinya ia tergelincir dan jatuh. Orang-orang di sekitar mendekat, menanyakan apakah aku baik-baik saja.

Ada seorang lelaki yang memegang lengan Winata; dengan maksud membantunya berdiri. Namun Winata segera menepisnya dengan mata nyalang. "Jangan sentuh!"

Lelaki itu kebingungan, Winata sontak meminta maaf dan berdalih lengannya terasa perih.

Dari belakang orang itu, Winata melihat sosok jangkung Yuta membelah kerumunan dan menghampirinya.

Winata menatap kakinya, tampaknya terdapat luka dan mengeluarkan darah dari luka goresnya. Meski begitu, luka di kaki adalah hal yang fatal bagi penari, khususnya karena Winata adalah koreografer sekaligus prima ballerina.

"Aku bisa sendiri." Akhirnya Yuta menurut, hanya mengekori Winata duduk di sebuah bangku di bawah pohon.

"Dengan reaksimu tadi, aku tahu ada yang tidak beres," ucap Yuta mengarah pada perangai Winata pada orang yang hendak menyentuhnya barusan.

"Aku hanya tidak nyaman."

"Ya sudah, kalau tidak mau jujur."

Yuta berdiri, pura-pura akan meninggalkan Winata. Dalam bayangan Yuta, Winata akan kelabakan dan mau tak mau menceritakan masalahnya.

Tetapi, Winata melakukan sesuatu di luar prediksi Yuta. Tangan kanan Winata meraih lengan jaket Yuta, dan dengan perlahan menarik pemuda itu berdiri di hadapannya.

"Kamu benar ... aku butuh kamu di sini untuk mendengarkan ceritaku."

Yuta tersenyum, Winata juga. Ia meraih tangan Winata, sehingga kedua tangan mereka berpegangan.

Winata menatap Yuta, menelisik jauh ke dalam. Menimbang-nimbang apakah ini pilihan tepat untuk membuka cerita yang selama ini dipendamnya sendiri.

"...Hei."

Yuta memanggilnya, dengan harap kalau Winata akan tersadar bahwa ia sejak tadi memperhatikan Yuta. Bukannya penjelasan, nyatanya yang didapat justru senyumannya.

"Aku punya sedikit trauma dengan laki-laki. Dan ada hubungannya dengan manager yang kita temui waktu itu."

Yuta diam, menunggu Winata melanjutkan kata-katanya.

rapsodi ⊹ Yuwin✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang