‣15 Rapsodi [END]

1.6K 196 32
                                    

[rap·so·di]
pernyataan kegembiraan (sanjungan) yang berlebihan (dalam puisi, pembicaraan, dsb);

15. Rapsodi
┊⇄ ◁◁ II ▷▷ ↻ ┊

"Malam ini mau ke karaoke?" tawar seorang balerina pada rekan-rekannya ketika mereka keluar dari gedung theater.

"Kalian saja. Dia bilang mau makan daging malam ini," tolak Winata sambil mengeratkan syalnya begitu udara malam menerpa.

"Dia?"

Yena menyikut lengan temannya jahil. "Itu loh, suaminya yang model itu! Masa lupa?"

"Oh, ingat! Tapi sudah jarang kelihatan, ya? Pasti sibuk sekali."

Winata menyengir saja. Yuta belakangan memang disibukkan dengan job modellingnya. Namanya tiba-tiba melambung setelah pagelaran busana yang Yuta hadiri di Jepang.
Yuta jadi sama sibuknya dengan Winata, dan tidak bisa sering-sering datang ke theater ballet seperti dulu.

"Makanya kalian juga cepat cari gandengan. Aku duluan," ujar Winata berjalan mendahului mereka ke jalanan Seoul yang dingin.

Winata tersenyum kala menyala ponsel, ada pesan masuk dari Yuta. Menanyakan kapan ia akan pulang, ditambah foto penggorengan dengan daging sapi diatasnya. Setelah memberi balasan, ia mengantongi kembali ponselnya dengan hati riang. Langkahnya terasa ringan, seolah ia mengenakan rok tutu dan berlarian di panggung theater.

"Wah, langitnya cerah."

Memang dingin, tapi langit malam itu memamerkan sinar rembulannya, seakan menyemangati Winata untuk segera tiba di rumah.

✧༺♥༻✧

"Aku pulang!"

Ketika memasuki apartemen, harum semerbak masakan menyapa Winata. Ketika mendapati tunangannya yang sedang menyiapkan meja makan itu tersenyum padanya, Winata merasa hangat.

Ia pikir, "ah, ini yang namanya kebahagiaan."

Kebahagiaan sederhana tidak berarti memiliki kekayaan yang tak ada habisnya, atau memiliki karir yang melambung tinggi bak selebritas.

Kebahagiaan bagi Winata adalah saat mengetahui seseorang menunggunya pulang ke rumah.

"Kamu datangnya pas sekali!"

Yuta cepat-cepat membantu Winata melepas coat dan syalnya di foyer. Dengan riang ia menuntun istrinya yang cantik ke meja makan. "Jangan mandi dulu! Kita makan mumpung masih hangat!"

Perempuan itu mengambil sepotong daging dengan garpu. Rasanya sangat pas dan juicy sampai-sampai Winata memejamkan mata saking nikmatnya.

"Enak?"

Winata mengangguk antusias.

"Apa sebaiknya aku jadi chef saja, ya? Kalau dipikir-pikir lumayan juga dibanding jadi model."

"Heh. Kamu cukup jadi koki di rumah ini saja. Aku tidak mau berbagi masakanmu dengan orang lain," timpal Winata sambil membantu memotongkan daging untuk Yuta.

"Jadi yang boleh masakanku cuma kamu, begitu?"

Yuta tersenyum narsis. Winata mengangguk tanpa disangka.

"Dasar posesif!"

Yuta membuka mulutnya lebar-lebar. Winata yang mengerti pun menyuapkan potongan daging sapi pada suaminya.

"Tapi kamu senang, 'kan, diperhatikan begini?"

"Sangat! Sangat senang sampai rasanya aku bisa mengambil bulan purnama untukmu!"

rapsodi ⊹ Yuwin✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang