1. Blood

383 10 0
                                    

Aku tidak pernah tahu kalau takdirku akan seperti ini. Terpisah dari keluargaku, dan menjerit kesakitan. Rasa perih tiba tiba menjalar ke seluruh tubuhku. Pandanganku kabur tiba tiba. Aku tidak bisa melihat apa apa, dan semakin aku menahan rasa sakit itu, rasanya semakin sakit. Seperti akan mati.

Aku tidak boleh kehilangan kesadaranku, atau aku tidak bisa menangkap pelakunya. Aku harus menahannya. Aku terus berusaha memfokuskan mataku, terus berusaha walau akhirnya semuanya menjadi gelap.

***

~ 1 Minggu Sebelumnya

Aku sangat bahagia melihat ternyata masih ada laki laki di dunia ini yang masih mencintaiku. Dia sangat menyayangiku apa adanya, begitu pula denganku. Aku sangat mencintainya.

Kami berdua bertemu di rumah sakit, saat itu aku mengalami kecelakan yang menyebabkan ayahku meninggal. Dia yang sudah menghiburku sampai aku benar benar sembuh, dan tak butuh waktu lama akhirnya kami berdua saling jatuh cinta. Hingga saat ini.

Hari ini dia berjanji akan menjemputku di depan sekolah, dan tentu saja aku sangat bahagia karena kekasihku akan menjemputku di hadapan teman teman SMA ku. Jujur saja, bukannya pamer, tapi kekasihku sangat tampan. Mungkin di SMA ku hanya aku, perempuan yang mempunyai kekasih yang sangat tampan.

Aku keluar gerbang dengan penuh senyuman.

Dia belum datang, batinku lalu hendak berbalik, tapi tiba tiba di hadapanku ada laki laki yang sangat amat aku benci.

Aku menunjukkan air wajah tidak suka pada laki laki itu. Ku hembuskan napasku lalu kulangkahkan kakiku ke kiri, tapi dia mengikutiku. Aku  melangkah ke kanan, dan dia mengikuti lagi. Akhirnya aku membalikkan badanku. Entah apa yang membuatnya tiba tiba menarik pinggangku dan membalikkan badanku ke hadapannya. Aku terkejut bukan main mendapati mata kami saling bertemu.

Tak butuh waktu lama, aku segera mendorongnya.

"Sudah ku bilang aku tidak menyukaimu!" teriakku.

Ternyata teriakanku membuat siswa yang lain jadi tertuju pada kami berdua. Melihat mereka semua memandangiku, akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari sana. Dengan penuh amarah.

"Bisa bisanya dia memperlakukanku seperti itu! Dia pikir dia siapa!"

"Hana!"

Siapa yang memanggilku?

"Lee Hana!"

Aku menoleh ke belakang dan melihat ada Jisoo di sana. Seketika aku langsung menyunggingkan sebuah senyuman.

"Ya, ada apa memanggilku?"

Jisoo sampai di depanku dengan keringat bercucuran, sepertinya dia kelelahan setelah berlari mengejarku. Napasnya tidak beraturan.

"Hana! Aku punya kabar buruk!"

"Kabar buruk apa?" tanyaku dengan mengernyitkan dahi.

"Hh...hh... Jimin! Daniel dan gengnya menghabisi Jimin!"

"Apa?!"

Aku sangat terkejut mendengar ucapan Jisoo. Aku hampir saja menangis.

"Dimana?"

(V)ampire - K.T.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang