3. Night

127 8 0
                                    

[Hana POV]

Aku sangat takut saat mengetahui bahwa V dan kakaknya, Jennie adalah seorang vampire. Yang ada di bayanganku saat itu adalah, mereka pemakan darah, yah memang itulah kenyataannya. Tapi, mereka mengaku padaku hanya memakan darah hewan, bukan manusia. Ku harap memang begitu adanya.

***

Hari ini aku akan berangkat ke sekolah, aku sudah menyiapkan segala peralatan untuk hari ini. Penggaris, pensil, penghapus, cat minyak, kuas. Yah, aku akan melukis hari ini. Lebih tepatnya akan ada pelajaran melukis, dan melukis adalah salah satu hal yang sangat amat aku sukai.

Saat aku hendak keluar dari kamar, tiba tiba pintu terbuka, dan munculah ibuku dengan wajah marahnya. Dia menarikku dengan keras, dan membawaku ke ruang tamu.

"Bu, sakit Bu," aku berteriak kesakitan karena cengkraman Ibu memang sangat keras.

Sebenarnya setelah ayahku pergi, aku jadi sering merasakan ini. Ibuku selalu menyalahkanku atas kepergian ayah.

Setelah tiba di ruang tamu, dia melemparku ke lantai. Aku terkejut saat melihat banyak orang di sana. Keluarga Daniel.

Kenapa mereka ada di sini?

"Jadi ini yang membuat Daniel dipenjara?!" teriak perempuan seumuran ibuku.

Aku hanya terdiam sambil mengusap usap tanganku yang sakit.

"Aku tidak akan membiarkanmu hidup dengan tenang! Berani beraninya kamu berurusan dengan keluargaku hah?!"

Sebuah tangan menyentuh daguku. Dia, Seulgi, Kang Seulgi, adik perempuan Daniel yang tak kalah kasar dari kakaknya.

Aku segera menangkis tangan itu, lalu bangkit dari sana.

"Tidak bisakah kalian untuk tidak berbuat kasar?! Kalian pikir aku akan diam saja? Dan kau! Kang Seulgi-ya! Kakakmu itu hampir membunuh Jimin! Park Jimin! Kekasihku! Bagaimana kalau kau yang berada di posisiku?!"

Plaaak!

Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi kiriku. Aku hanya diam, sambil menyentuh pipiku yang mungkin memerah karena tamparan. Tamparan dari ibuku sendiri.

Dia memang sudah tidak menyayangiku lagi!

Aku berlari pergi dari sana. Air mata bercucuran membasahi pipiku. Ibuku sudah berubah, dan keluarga Daniel, mereka sama seperti ibuku. Kasar. Apa sudah menjadi takdirku untuk hidup di antara orang kasar? Mungkin saja.

Aku mengelap air mataku yang membasahi pipiku.

"Kau kuat! Hana!" gumamku sendiri sembari terus berjalan menelusuri trotoar menuju sekolahan.

***

Aku melamun saat tiba di kelas. Jisoo datang padaku dan memberiku es berbalut kain.

"Pakailah, pipimu hampir membiru," ucapnya lalu duduk di sampingku.

Aku  menatapnya dalam, dia memang sahabat terbaikku.

Aku mengompres bekas tamparan ibuku dengan dinginnya es. Terasa dingin, sangat dingin, seperti V.

V? Kenapa aku memikirkannya?

(V)ampire - K.T.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang