2. Cold

158 11 0
                                    

Semenjak kejadian kemarin, aku jadi semakin membenci Daniel. Sangat membencinya. Tega teganya dia membuat Jimin terluka parah. Apa dia tidak memikirkan perasaanku? sedikit saja?

***

Aku berjalan menuju ke sekolah, dengan tatapan kosong dan benar benar tidak memperhatikan jalan. Pikiranku sedang tidak karuhan. Cuaca hari ini juga tidak bagus. Tidak ada matahari, dan gerimis mulai turun. Bukannya berlari, aku malah terus berjalan, tak peduli kalau gerimis akan menjadi hujan. Tak apa kalau aku harus basah.

Aku terus melangkah, mata pandaku sudah tidak bisa ditutupi lagi, setelah menangis seharian, hari ini aku  memutuskan untuk tidak menangis. Air mataku sudah habis, dan tenagaku sudah sangat lemah.

Tiba tiba hujan turun sangat deras, saat itulah aku baru sadar.

"Apa yang aku lakukan?"

Aku berlari menuju ke halte bis di pinggir jalan. Bukan untuk menunggu bis, tapi untuk berteduh, kebetulan aku tidak membawa payung. Aku kedinginan karena bajuku basah semua. Untungnya tasku anti air, jadi barang barang yang ada di dalamnya aman semua.

Tak lama kemudian, ada bis berhenti di hadapanku, dan turunlah seseorang berjaket hitam menggunakan payung yang juga berwarna hitam. Dia berjalan dan berhenti tepat di sebelahku. Aku menoleh ke arahnya, dan...

"Hai."

Aku kaget saat wajahnya tiba tiba berbalik ke arahku.

"Hh..hh...hai," balasku kikuk menyadari wajah kita benar benar saling berhadapan.

"Kita bertemu lagi. Bagaimana keadaan temanmu itu?"

"Hah? Teman?"

"Memangnya dia bukan temanmu?"

"Oh, maksudku, dia pacarku."

"Ah! Pacarmu, bagaimana keadaannya?"

"Aku tidak tahu," jawabku lalu menoleh ke sebelah kiriku, berharap ada Jisoo yang membawa payung. Tapi di sana terlihat sangat sepi.

Aku melihat jam tanganku, dan jam menunjukkan pukul 08.00 am.

"Dasar bodoh! Pantas saja sepi!" teriakku lalu segera berlari dari sana.

Apa yang aku lakukan?

Aku terlambat hanya gara gara memikirkan Jimin. Tidak, sebenarnya aku memikirkan perlakuan keluarganya kemarin. Entah kenapa tiba tiba mereka menyalahkanku untuk yang pertama kalinya, dan yang membuatku sakit hati adalah, mereka menyuruhku menjauh dari Jimin.

Aku sangat mencintai Jimin, bagaimana bisa aku menjauh darinya?

Aku terus berlari menerjang hujan, tapi tiba tiba kakiku tersandung dan aku pun terjatuh di trotoar yang basah. Tepat saat itu, sebuah payung melayang di atas kepalaku. Aku mendongakan kepalaku, dan menyadari bahwa payung itu tidak melayang, ada V yang memegangnya.

Dia membantuku berdiri.

"Kenapa kau mengikutiku?" tanyaku padanya.

"Aku tidak mengikutimu, kebetulan jalan menuju tujuanku sama denganmu, jadi aku juga berlari di belakangmu."

"Yang benar saja!"

Aku memasang air wajah penuh amarah. Aku merasa dia mengikutiku, tapi dia tidak mengaku. Lalu aku harus bagaimana?

"Kalau boleh aku akan memberimu saran, lebih baik tidak perlu ke sekolah, tidak ada gunanya. Bajumu sudah basah kuyup, dan gerbangnya pasti sudah tutup. Hujan juga semakin deras, lebih baik kau pulang saja."

(V)ampire - K.T.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang