Part 3

479 14 1
                                    

POV Nasya

Aku gelisah, entah apa yang membuatku merasakan kegelisahan ini. Sejak tadi aku tidak bertemu dengan Rendy.
Kemana dia ? liburkah? Tapi itu takkan pernah terjadi, dia orang yang gak pernah mau bolos kuliah, pikirku.

Entah apa yang membuatku berpaling ke arah  perpustakaan. Hatiku berdegup kencang. Tatapan lelaki itu membuat hatiku teduh. Ada ketenangan yang kudapat dari tatapan itu. Aku menunduk, aku tak tahu apa yang membuat seperti ini, apa aku ada perasaan dengannya ? astaghfirullah...
Kuusap dadaku dan bergegas menemuinya, namun langkah ku berhent seketika saat Kania , temanku memukul pundaknya dan terdengar sedikit ada cekcok anatara mereka berdua. Aku menghampiri mereka seakan aku ada dalam skenario perdebatan mereka.

“ Ada apa? Kok ribut?, kataku seakan ingin tahu, padahal kalau boleh jujur aku hanya ingin meringankankan rasa canggungku.

Namun tak ada satupun menjawab dan aku pikir aku harus pergi dari daerah mereka mungkin. Aku memilih untuk meninggalkan mereka.
Saat langkah kaki ku sedikit menjauh dari mereka, Rendy ternyata mengikutiku. Aku bingung dengan sikapnya hari ini berubah – ubah kayak bunglon , pikirku. Kami berjalan selangkah demi selangkah tanpa basa basi ala Rendy yang biasa kudengar setiap kali kami berjalan bersama.

Di sepanjang koridor , banyak yang memperhatikan kami entah apa yang membuat mereka melihat ku dan Rendy. Saat aku ingin berbicara dengan Rendy, mata kami bertemu layaknya di sinetron itu.

“ Apa liat – liat? Kangen aku? ,kata Rendy blak – blakan.

Aku tersentak, ada apa dengan bunglon satu ini, pikir ku.

“ Au ah gelap, udah ah sana aku mau ke kelas, toh tu seminar ala ketua panitia hanya wacana forever kan?!” , kataku seakan hatiku sudah tak canggung lagi, padahal ini jantung udah mau copot woy.

Rendy hanya terseyum mendengar omong kosong yang kubuat.

“ Udah 2 hari aku gak liat wajah blushing kamu, kemana aja tu wajah merah merona ala senja haha”.

Mataku membulat dan wajah ku semakin panas rasanya. Aku langsung meninggalkannya dan senyum – senyum sendiri.
Segala bentuk bacaan dzikir,tasbih , istighfar ku ucapkan dalam hati. Apa yang terjadi samaku? Sudah gila kah? Apa aku lagi dialam bawah sadar? Isighfar Nasyaa.... berenti blushingnya, kataku menyalahkan kebodohanku ini.

Kring.....kring.....

Suara dentuman bel itu menandakan mata kuliah terakhir sudah selesai. Aku bergegas meninggalkan kelas dan pergi ke musholla kampus mau melaksanakan sholat dzuhur. Tapi aku tidak langsung kesana sih, mau minta tolong sama Rendy dulu sebenarnya tapi aku masih malu sama bunglon satu itu.
Karena rasa canggung itu, aku memilih untuk langsung ke musholla daripada waktu sholat habis .lebih baik aku sholat dulu, pikirku.

Sesampaiku di depan pintu musholla, aku melihat Rendy sedang bericara dengan seorang perempuan jilbab merah maroon dengan baju longdress coklat bermotif batik. Aku tak mengenali perempuan itu sebab dia membelakangiku. Aku tak hiraukan itu. Aku melewati mereka seakan tidak terjadi apa – apa.
Ku letakkan tasku yang beratnya subhanallah dekat dengan pintu musholla. Ku ambil wudhuku, ku hamparkan sajadahku dan bersegera mengadap Rabb ku.

15 menit kemudian.....

Setelah melaksanakan sholat, aku bergegas keluar dari musholla. Ku  pasang kaos kaki ku , kupakai sepatuku dan bergegas meninggalkan tempat itu.

Berjalan sendiri,melihat kiri kanan para kakak senior melirikku tapi tak menggoyahkanku melirik balik mereka. Berasa jadi orang yang bodo amat dengan sekitar tapi itu bukan sifat ku haha... 

Aku mempercepat langkahku dan memilih berhenti di sebuah taman depan kampus. Sunyi? Yaa pasti.. aku suka duduk di taman ini. Melihat lapangan basket dan para cogan yang buat mata bersih seketika haha.. becanda kok.
Ku ambil laptop ku dan lanjut mengerjakan tugas kuliah ku. Ku akui , aku malas mengerjakannya dirumah, selagi ada waktu di kampus ya aku ngerjainnya dikampus. Lagi asyik – asyiknya ngerjakan tugas, tiba – tiba ada sebuah tangan menyodorkan  pulpy orange ke hadapan ku. Dengan wajah heran, aku menatapnya. Ternyata si bunglon .

“ Jangan liatin mulu napa sih Nasya, liat tu pipi cubby kamu imut kalo kayak gitu’ , kata Rendy sambil terkekeh lepas.

Kalau boleh jujur ya, senyum dan tawa Rendy membuat jantungku berdegup kencang.

“ Apaan sih, darimana aja Ren? Kok baru muncul? “, kataku sok akrab.

“ Kenapa? Kangen? Baru juga aku tinggal hari ini udah nyariin aku. Eh Btw kamu kok gak jutek lagi sama aku? Biasanya judes bett kayak mamak singa baru siap melahirkan” , kata Rendy dengan tawa yang cukup lepas.

Aku hanya tertawa dan tak menjawab semua pertanyaannya. Aku merasa tenang saat aku mendengar celotehan unfaedah Rendy yang udah hampir 3 hari ini tidak kudengar sejak kejadian itu. Aku baru sadar, aku terlalu egois untuk hal ini.

“ Aku lanjut ngerjain tugas dulu ya, paham lah dikau kan dosen yang satu itu haha “, kataku sambil melanjut kerjaanku.

“ Berdua kita lewati, meski hujan badai takkan terhenti
Sehidup, semati , mentari pun tau
Ku cinta padamu
Percaya aku takkan kemana mana
Ku kan selalu ada
Temani hingga hari tua
Percaya ku takkan kemana mana
Setia akan kujaga
Kita teman bahagia

Setiap lirik yang dinyanyikan Rendy seakan itu isi hatinya. Aku hanya tersenyum danmenikmati setiap lagu yang dia nyanyikan. Entah kenapa aku begitu nyaman dengannya saat ini. Apa aku sedang jatuh cinta? Entahlah.....

Terkadang kita bisa nyaman dengan orang yang terduga”
Nasya
***

Baper gak? Haha....
Ditunggu ya kritikan nyaa...
Jgn lupa Share Comment and Like yaa...
Tunggu kelanjutannya:)

Perpisahan Penuh Makna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang