Part 7

231 5 0
                                    

"Sudah saatnya hatiku bekerjasama dengan otak "
-Nasya

POV Rendy

Entah apa yang membuat ku ingin menjemput gadis judes itu. Lucu liat wajah kagetnya haha... Aku hanya suka dengar celotehannya.

Dia cerewet dan jarang laki – laki yang tidak suka padanya. Parasnya cantik, sholehah, cerewet lagi. Itu yang ku suka dari gadis itu. Gadis yang simple, menurutku.

Saat sampai di kampus, aku tak memahami tingkahnya yang meninggalkanku begitu saja. Mungkin kebelet pipis kali, pikiran jahilku. Karena kuanggap tak ada masalah, aku pun tak menghiraukan tingkah si cewek judes itu.

Aku pun langsung pergi ke ruang aula dan mempersiapkan segala sesuatu untuk seminar nanti.
Saat ingin keluar dari ruangan, aku terhenti dengan menatap wajah polos si gadis cerewet yang menegenakan longdress biru muda dengan motif batik dibalut dengan jilbab hitam panjang tepat dihadapan ku saat ini. Dia gak tahu aku sedang memperhatikannya.

  Sebegitu fokus ngerjain tu tugas, gumamku.
Saat mataku tak lepas melihatnya , tak berapa lama sepasang mata cokelatnya melihat kearahku dan dua pasang mata cokelat bertemu.

Aku berjalan menemui gadis itu, namun dia tak menghiraukan hal itu. Nasya tetap mengerjakan tugasnya.

“ Mana laptopnya Sya? Aku mau minjam”, kataku dengan bermaksud mengganggunya.

Dia hanya menatap wajahku dengan cemberut ala Nasya, gemes gimana gitu haha....

“ Tuh ambil di dalam tas, aku mau balik ke taman dulu , malas disini ada bunglon “, katanya sambil membereskan buku – bukunya.

Aku hanya tersenyum dan membiarkannya melakukan hal yang dia mau.

POV Nasya

Tatapan itu terhenti sejak kaki Rendy melangkah ke arah ku. Dia berusaha mengangguku dengan bermodus mau minjam laptop, padahal seminar belum juga dimulai. Dasar modus, pikir ku.

Namun dia hanya senyum, anak aneh ini kadang buat jengkel juga, lirih kesalku. Tanpa memikirkan waktu panjang , aku memilih untuk meninggalkan tempat itu dan beralasan ingin ke taman.

Padahal aku segan dengan orang disekiar yang memperhatikan kami berdua, nanti dikira pacaran lagi, pikirku.
Aku pergi meninggalkan tempat itu tanpa ada yang menghalangi langkah ku dan mulai dari itu kami melakukan aktivitas masing – masing.
Aku mengerjakan laporanku dan Rendy melaksanakan seminarnya.

Perpisahan Penuh Makna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang