12. Unpredictable Meeting

194 37 6
                                    

Junmyeon perlahan membuka kedua kelopak matanya ketika merasakan guncangan pada tubuhnya beberapa kali. Di hadapannya berdiri sosok adiknya yang jarang ditemuinya akhir-akhir ini meski mereka tinggal serumah. Seperti biasa, lelaki itu selalu menunjukkan wajah datarnya. Kemudian atensi Junmyeon teralihkan ketika ia hendak bangkit dari posisi tidur miringnya pada selimut yang membungkus tubuhnya. Ia pun menatap Sehun seolah berkata, "kau yang menyelimutiku?" namun adiknya itu tidak menggubrisnya terlepas dari mengerti atau tidaknya terhadap arti tatapan kakaknya itu.

"Apa sofa lebih nyaman dibandingkan dengan ranjang king sizemu, hyung?"

Menghela nafas pelan, Junmyeon menyibakkan selimut itu lantas meraih tangan Sehun dan meletakkannya disana. Mengabaikan pertanyaan adiknya, kakinya melangkah menuju dapur. Dibukanya lemari pendingin lalu meneguk setengah botol air mineral yang diambilnya. Memasukkannya kembali, ia pun memilih duduk di salah satu kursi meja makan. Terdiam dengan pandangan kosong ke depan.

Bukan tanpa alasan sebenarnya kenapa Junmyeon lebih memilih tidur di sofa ketimbang ranjangnya yang empuk. Sama sekali bukan karena sofa itu terasa lebih nyaman seperti yang dikatakan Sehun. Ia hanya ingin mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya yang lelah. Karena jika ia tetap memilih untuk tidur di kamarnya, meski memaksakan diri dan walaupun tubuhnya begitu lelah ia tak akan bisa. Justru yang terjadi adalah ia terjaga semalaman dengan sekelebatan memori masa lalu yang menghantui pikirannya. Menyiksanya dengan rasa bersalah yang membebani dirinya. Ia akui dalam hal ini ialah yang salah, tapi waktu tak pernah memberinya kesempatan bahkan untuk bertemu kembali dengannya. Oh ya Tuhan, Junmyeon bisa gila..

"Ck, apa kau tidak akan pergi ke kantor? Sekretarismu menelponmu sedari tadi. Kau tak mendengarnya?"

Junmyeon hanya memandang ponselnya yang ditaruh Sehun di meja tanpa minat dan niatan untuk menjawab telpon dari Yeri. Ia ingat pagi ini ada meeting, sekretarisnya itu begitu baik dan rajin mau memberitahunya di waktu sepagi ini.

Sementara itu di dalam kamarnya Sehun sedang terduduk di sisi ranjang. Kemudian ia meraih ponselnya lantas mencari nama kontak yang akhir-akhir ini dan sedang ingin ia hubungi. Mendadak peristiwa kemarin malam berputar dalam otaknya.

"Saranghae, Bae Joohyun."

Bukan hanya Joohyun, Sehun pun ikut mematung. Terkejut mengapa ia tiba-tiba berucap begitu. Sungguh itu diluar kendali Sehun. Saat melihat Junmyeon berdiri di depan apartemen Joohyun, rasa tidak rela menyeruak dalam hatinya. Apakah itu berarti kebersamaannya dengan Joohyun akan segera berakhir? Ia tak menginginkan itu, dan mungkin itulah sebabnya kalimat itu terlontar begitu saja.

Melihat Joohyun yang tak bergeming sedikitpun membuat Sehun sedikit merasa kecewa. Mungkin benar jika Joohyun masih mengingat mantan kekasihnya, merindukannya dan masih mencintai sosok Oh Junmyeon hingga saat ini. Sehun tak dapat menampik rasa sakit yang menyerang ulu hatinya begitu mendapat bayangan Joohyun yang pergi meninggalkannya.

"Ah, lupakan saja. Yang tadi itu aku hanya bercanda. Sudah malam lebih baik kita pulang!"

Begitulah keduanya lalu berjalan beriringan menuju apartemen masing-masing dengan pikiran yang berkecamuk.

Helaan napas kasar terdengar di ruangan itu. Sehun menyesal mengapa ia tidak mendengarkan nasehat sahabatnya selama ini tentang ia yang tidak boleh meremehkan seorang wanita dan sebuah hubungan. Penyesalan selalu muncul di akhir, jadi Sehun tak bisa apa-apa selain menjalaninya dan menyiapkan diri untuk menghadapi resiko patah hati suatu hari nanti. Ia~ nyatanya telah benar-benar jatuh cinta pada Bae Joohyun, wanita berprofesi dokter yang tak ia sukai di awal pertemuan mereka.

◾◽♥◽◾

"Wah, kau baik sekali!" Taemin berseru riang sembari tangannya menerima sebuah rantang dari Jinri lalu membukanya.

Catch Your Heart [HunRene || SuRene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang