🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂Sudah dua bulan aku berada disini daerah yang cukup jauh dari tempat tinggalku berada, pergi meninggalkan luka yang siap mengoyak hati, tepat dua hari sebelum pernikahan sahabatku. Aku pergi tanpa pamit, bahkan mungkin orang tuaku tidak tau kemana diriku sebenarnya. Mereka sibuk dengan kebahagian yang datang.
Hamparan gurun pasir yang ada didepan mata, sudah tidak seindah dulu lagi. Memandangnya hanya membawa kenangan menyakitkan bagiku. Disini tidak ada suara bising kendaraan atau ocehan tukang bakso yang sering lewat didepan rumah.
"Apa mencintai sahabat sendiri itu, sebuah kesalahan?" ucapku pada angin yang berhembus menyapu rambut sebahuku
"Menurut saya sih tidak. Toh, kita tidak bisa memaksa jika hati sudah memilih" seru sebuah suara yang tiba-tiba berada disampingku, Aku menoleh kesamping memperhatikan tanpa berniat membuka suara.
Senyum diwajahnya terlihat, begitu mengagumi pemandangan yang terbentang luas di depan sana,
"Nama saya Adnan pratama...panggil saja Adnan, besok usia saya sudah 25" ucapnya sambil mengulurkan tangan
"Ayla..Ayla humairah" aku menjawabnya tanpa membalas uluran tangannya.
"Nama yang indah, usia?" Tanyanya lagi
"21" setelah menjawab pertanyaannya aku memutuskan beranjak, bergabung dengan yang lain mencari teman lama yang cukup akrab bagaimana tidak dia sepupu dari sahabatku jadi tentu saja aku mengenalnya.
Sebentar lagi matahari akan kembali keperaduannya, bergantikan atap langit yang bertabur bintang-bintang. Hembusan angin sore membuatku lupa akan kesakitan yang ku alami. Ya...setidaknya untuk saat ini.
"Dari mana Ay?, sedari tadi aku mencarimu" seorang perempuan yang mengenakan hijab berwarna coklat mencegatku yang hendak masuk ke dalam tenda, aku hanya menunjuk tempat dimana aku tadi berada
"Oh, jangan jauh-jauh ya, aku takut kamu hilang sebentar lagi gelap. Lebih baik kamu berdiam ditenda, udaranya semakin dingin"
"Iya" kataku
Ku lihat pemuda bernama Adnan tadi berdiri disamping tenda tidak jauh dari tenda milikku.Bagaimana bisa dia berada disana secepat itu?
Dia melambaikan tangan kepadaku sekilas dan kembali sibuk dengan teman temannya yang mulai membuat api unggun. Baru saja tadi dia menghampiriku dan tau namaku sekarang dia seperti melambaikan tangan kepada teman lama.Angin malam benar benar terasa dingin, api unggun tidak cukup menghangatkan. Orang orang mulai sibuk dengan kegiatannya, memetik senar gitar dan menyanyikan lagu demi lagu.
Malam bertabur bintang telah datang, memaksa untuk menatap ke langit nan luas, malam semakin larut namun masih banyak yang betah menikmati malam. Aku sama dengan mereka belum mengantuk sama sekali, udara malam semakin bertambah dingin.
Tiba tiba sesuatu yang berat menimpa pundakku, aku mendongak melihat pemuda yang bernama Adnan. Jaket miliknya yang berada di pundakku, ku lepaskan dan hendak memberikan kepadanya tapi,
"Pakai saja, udara semakin dingin" katanya mengambil duduk dengan jarak dua meter dariku
"Tidak, terima kasih" mengembalikan jaket miliknya, walaupun ia terlihat enggan tapi tetap mengambilnya
"Kamu dari daerah mana?" Tanya Adnan kepadaku, Matanya indah. Api unggun yang menyala di depan kami terlihat di bola matanya.
"Jauh" hanya kata itu yang ku ucapkan bukan nama daerah, namun dia menafsirkannya lain
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Alone
General FictionSejak kamu memilih pergi, saat itu aku tahu putaran roda kehidupanku sudah tidak sama lagi