Esok paginya aku memulai aktifitasku sebagai Bidan di desa ini, hal pertama yang aku lakukan adalah pergi ke balai desa dan meminta data jumlah penduduk wanita usia subur, ibu hamil, ibu nifas, balita dan berbagai data lainnya, dan juga berkoordinasi dengan petinggi desa untuk memulai beberapa program yang sudah aku rencakanan, sangking sibuknya tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 12 siang.
Dan aku memutuskan untuk beristirahat dan berjalan mengeliling desa untuk lebih mengenal dengan desa ini.
Di perjalanan aku bertemu dengan Jian yang sedang berjalan membawa banyak barang.
" Annyeong Jian-ssi, mau kubantu membawa barang?"
"Eoh? Annyeong! boleh, terima kasih ya." aku segera mengambil beberapa kantong dari tangan Jian, dia terlihat lega sekali.
"Ngomong-ngomong, aku bukan Jian," hah? Bukan jian? Tapi kenapa mirip sekali? Mungkin karna wajah kebingunganku yang telalu ketara, gadis itu terkekeh geli.
"Aku Lee Jieun kembarannya Jian" aku ber 'oh' ria, pantas saja sangat mirip.
"Kalian kembar identik, terlihat mirip sekali wajar aku tidak mengenali"
"Aku memiliki tahi lalat pipi kiri, sedangkan Jian tidak" Jieun menunjukan tahi lalat di pipi kirinya.
"Oke aku akan mengingatnya, ah ya aku Han Jaemi"
"Kau bidan itu?" Dia bertanya dengan sangat bersemangat.
"Ne, dari mana kau tau?" sebenarnya pertanyaan basa-basi mungkin saja Jian sudah menceritakan tentang aku pada saudaranya
"Jungkook bercerita tentangmu, dia terlihat senang denganmu" wah Jungkook sepertinya sudah menyebarkan berita tentangku ke seluruh desa.
"Dia polisi yang baik, dia yang mengantarkan aku ke rumah kepala desa"
"Yah, bisa dibilang terlalu baik, hampir seluruh warga mengandalkannya, hingga dia sendiri terkadang kewalahan"
"Memang tugasnya sebagai polisi kan?" Jieun tampak tidak suka dengan jawabanku, dia hendak mendebatkan hal itu tapi tidak jadi dia ungkapkan, mungkin karna kami baru kenal dan tidak enak rasanya jika harus berdebat di pertemuan pertama sehingga gadis itu hanya menghela napasnya.
"Ngomong-ngomong ini mau di bawa kemana?" aku mencoba mengganti topic pembicaraan, dan syukurnya ditanggapi dengan bagus oleh Jieun.
"Kerumah si polisi bodoh itu" aku tertawa mendegar perkataan Jieun, dia terlihat kesal sekali dengan Jungkook.
"Wae?" tanyanya yang mungkin bingung kenapa aku tertawa.
" Lucu saja, ada yang berani mengatai seorang polisi bodoh."
"Oh kau akan tahu kalau sebenarnya Jeon Jungkook itu memang bodoh sekali."
"Membicarakan ku?" suara seseorang muncul dari belakng kami dan membuat Aku dan Jieun kaget sampai hampir menjatuhkan barang bawaan kami.
"Aish! Jeon Jungkook! kau mau melihatku mati mendadak?" Polisi Jeon malah tertawa sangat lepas melihat ekspresi marah Jieun dan ekspresi kagetku yang aku tidak mau tahu bagaimana bentuk mukaku sekarang, sudah pasti mengerikan sekali.
"Menyebalkan" Jieun pergi mendahului diriku dan Jungkook yang masih tertawa.
"Aduh, mian Jaemi-ssi hanya saja harusnya kau lihat ekspresi kalian tadi sangat lucu hahaha"
"Ne, aku tahu mukaku pasti sangat menggelikan" balasku datar.
"Aigoo jangan marah dong, cukup Jieun saja yang ngambek, satu gadis marah saja sudah merepotkan apalagi kalau ada dua" dia menatapku dengan mata memelas, yang sialnya sangat imut, kalau begini bagaimana aku bisa marah dengannya coba. Polisi manis menyebalkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
OMELAS
FanfictionDesa Omelas dari sudut pandang Han Jaemi. Bidan yang ditugaskan di desa itu. Perjuangan Han Jaemi meningkatkan kesehatan ibu dan anak di desa Omelas dibumbui kisah asmara 7 pemuda tampan desa Omelas cover by: weheartit