Tata hanya terpekur diam. Sementara Helena mengepalkan tinjunya menahan amarah yang memuncak. Saat ini keduanya tengah dipermalukan oleh Bu Siska karena dianggap tidak becus mengerjakan tugas kelompok. Penyebab kekacauan ini tentu saja Arga. Padahal Tata dan Helena sudah mengalah untuk mengerjakan bagian Arga. Namun nyatanya saat ini dia malah tidak masuk ke kelas.
Tata bahkan tidak mampu menahan air matanya yang tergenang. Bagaimana tidak, dia sudah berjuang mati-matian untuk tugas kelompok ini. Hamdi yang duduk di pojok ruangan bahkan turut prihatin melihat Tata yang sedang kesulitan. Bahkan diam-diam dia mengirimi Arga pesan untuk menanyakan di mana keberadaannya.
"Sesuai kesepakatan kita sebelumnya, kelompok kalian dinyatakan gagal," ucap Bu Siska.
"Nggak bisa gitu dong," Buk, protes Helena.
"Saya kan, sudah mewanti-wanti dari awal. Jadi jangan salahkan saya jika nilai mata kuliah kalian semester ini berakhir jelek," jawab Bu Siska.
"Ta-tapi Buk," Helena memijit keningnya dengan panik.
"Saya mohon kasih saya kesempatan Buk! Saya akan membawa Arga ke sini," Tata tiba-tiba memohon pada Bu Siska.
"Saya mohon Buk, beri saya waktu sebentar untuk mencari Arga," ulang Tata.
Bu Siska terdiam sejenak. Di satu sisi dia merasa bersalah karena Tata merupakan salah satu mahasiswa kesayangannya. Sejauh ini Tata belum pernah membuat dia kecewa. Namun di sisi lain dia juga tidak suka pada mahasiswa yang tidak disiplin dan mengabaikan tugas. Kelengkapan anggota kelompok adalah hal yang mutlak bagi wanita itu.
"Ya sudah, saya kasih kalian waktu untuk menjemput Arga. Kelompok kalian akan saya tempatkan pada urutan tampil terakhir. Tapi kalau kalian tidak juga kembali, maka tidak ada lagi kesempatan untuk kalian," mengerti! ucap Bu Siska.
"Ba-baik buk, "Tata dan Helena menjawab kompak.
"Terima kasih Buk, sekali lagi terima kasih banyak," Tata terus berulang-ulang mengucapkan terima kasih sampai dia diseret Helena keluar kelas.
.
.
.
"Kita nyari dia di mana coba?" tanya Helena.
Tata tidak menjawab dan langsung mengeluarkan handphone-nya.
"Kamu punya kontak dia?" tanya Helena heran.
Tata tidak menjawab dan terus mencoba menelepon Arga. Sayangnya Arga langsung menolak panggilan itu. Tata segera mengetik sebuah pesan, mengirimkannya, lalu mencoba meneleponnya kembali. Namun setiap kali itu juga Arga menolak panggilan itu.
"Udahlah Ta," ucap Helena pelan.
"Nggak Len, aku nggak mau gagal di mata kuliah ini," jawab Tata.
"Terus sekarang bagaimana? Kita nggak tau Arga ada di mana,"
"Pokoknya aku nggak mau gagal di mata kuliah ini," ulang Tata dengan air mata berlinang.
Helena memegang kedua lututnya. Saat ini dia benar-benar kesal pada Arga. Namun di sisi lain dia juga bingung harus berbuat apa untuk membantu Tata. Helena bisa saja bersikap cuek terhadap nilai mata kuliahnya. Tetapi tidak bagi Tata, dia benar-benar menjadikan setiap harinya di kampus sebagai momen untuk melakukan yang terbaik demi masa depannya.
"Hei!" tiba-tiba seseorang memanggil mereka.
"Hamdi...?" ucap Helena pelan.
Hamdi segera bergegas mendekati mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI SATU SEMESTER (TAMAT)
RomanceCUKUP ENAM BULAN SAJA! Tata dan Arga terpaksa harus menikah meski keduanya tidak saling mencintai. Keduanya melalui hari demi hari bagai sebuah mimpi buruk. Hingga akhirnya mereka sepakat untuk membuat sebuah kontrak rahasia. Mereka sepakat untuk me...