HALO!
Sedikit pemberitahuan, ini adalah cerita lama yang akan Author upload ulang dengan sedikit revisi. Overall jalan cerita-nya masih sama. Mungkin hanya ada beberapa penambahan di sana-sini. So buat pembaca lama yang sudah menamatkan cerita ini boleh di SKIP aja. Atau kalau kalian pengen baca ulang cerita ini... tentu boleh.
Cerita ini akan di update setiap dua hari sekali, ya! So jangan lupa masukin library agar tidak ketinggalan notifikasi update-nya.
Untuk kalian yang baru menemukan cerita ini... Otoor ucapkan selamat datang.
.
.
.
Suara helaan napas lega terdengar bersahutan. Kelas yang tadinya hening kini menjadi berisik. Sebagian mahasiswa mulai sibuk mengemasi buku-buku mereka. Sebagian ada yang meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Sebagian lagi asyik berbisik dengan teman-teman disebelahnya. Sebagian lagi sudah kocar-kacir keluar kelas seperti dikejar setan. Setelah selama kurang lebih dua jam memeras otak, akhirnya perkuliahan yang diajar oleh bu Siska itu selesai juga.
"Pokoknya nanti kalau ada satu orang saja dari kelompok kalian yang mangkir dari tugasnya, maka keseluruhan kelompok dinyatakan gagal."
"Yah ... Ibuuuk ...!" para mahasiswa yang masih berada di dalam kelas kompak bersahutan.
"Wah ... jangan gitu dong Buk!"
"Ganas!"
"Tugas kelompok bukan kaleng-kaleng!"
"Kuliah adalah romusha berkedok pendidikan!"
"Hapuskan tugas kelompok!"
Seketika kelas menjadi riuh setelah bu Siska menyampaikan pesan terakhirnya. Suara protes silih berganti terdengar. Semua saling pandang dengan raut wajah cemas. Tugas kelompok memang menjadi momok bagi kebanyakan mahasiswa, karena identik dengan drama di dalamnya. Anggota yang tidak akur dan susah diaturlah. Anggota yang tidak mau berkontribusilah. Tugas kelompok artinya harus menyamakan banyak kepala dengan segala jenis dan tabiatnya. Namun di antara semuanya ada satu wajah yang terlihat paling gelisah.
Perempuan itu terus menggaruk-garuk kepalanya meski tidak terasa gatal. Sesekali dia melirik sosok pria yang duduk di pojokan kelas. Pria itu memasang raut wajah cuek. Dia tidak peduli dengan situasi kelas yang sudah heboh dan memandang keluar jendela sambil melipat tangan. Sikap tubuhnya yang dipenuhi hormon arogan dan kesombongan level tingkat dewa itu, membuat si gadis menelan ludah.
"Kenapa Arga harus masuk kelompok kita sih, Ta?" Helena yang duduk di sebelah gadis itu menyenggolnya pelan.
"Aku juga nggak tau sekarang harus gimana," jawab Tata lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI SATU SEMESTER (TAMAT)
RomansaCUKUP ENAM BULAN SAJA! Tata dan Arga terpaksa harus menikah meski keduanya tidak saling mencintai. Keduanya melalui hari demi hari bagai sebuah mimpi buruk. Hingga akhirnya mereka sepakat untuk membuat sebuah kontrak rahasia. Mereka sepakat untuk me...