habit

2.9K 271 20
                                    

"Hyung, masuklah ke dalam kamar."

"Tidak mau. Hobie masih akan menonton, 'kan?"

"Iya, tapi bagaimana kalau hyung tertidur?"

"Biarkan saja kalau aku tertidur di sini."

"Tapi hyung-.."

"Tidak apa-apa, Hobie." Putus Seokjin final dan kembali memainkan helaian rambut Hoseok yang duduk di sisi sofa tempatnya berbaring. Malam ini Hoseok yang menjadi 'korban' Seokjin untuk menemaninya selagi Namjoon belum pulang. Hari-hari sebelumnya member lain sudah lebih dulu menemani Seokjin, mereka bergantian terus seperti itu.

Hoseok lelah, ia tahu membujuk Seokjin untuk masuk ke dalam kamar hanya membuang-buang tenaga saja. Member tertua di grupnya itu memang keras kepala jika sudah menyangkut keinginannya. Seokjin memiliki kebiasaan memainkan rambut Namjoon sebelum tidur. Entah apa yang dipikirkannya, Hoseok sendiri juga heran.

Apa lagi belakangan ini leader mereka itu jarang pulang, terkadang kalaupun pulang pasti sudah dini hari. Dan jika sudah seperti itu, Seokjin pasti akan tertidur di sofa, lagi. Member lain sudah memberitahu tapi Seokjin tetap tidak mau karena ia tahu kalau Namjoon akan memindahkannya ke dalam kamar saat pria itu sudah pulang. Walaupun berstatus sebagai uke, tapi proporsi tubuhnya tidak bisa dibilang kecil. Jadi, tidak ada member yang cukup kuat untuk mengangkatnya - kecuali kekasihnya sendiri, Namjoon.








Sudah berhari-hari Namjoon menemukan Seokjin tertidur di sofa menunggunya. Tidak tega juga sih melihat kekasihnya sampai seperti ini, tapi mau bagaimana lagi? Sebentar lagi mereka akan comeback, jadi tidak ada pilihan lain. Hoseok dan Yoongi juga ikut membantu, tetapi mereka tidak seperti Namjoon yang bisa bertahan lama mengurung dirinya di studio bahkan seharian penuh, tanpa tidur.

Namjoon menelusupkan lengannya di leher dan perlipatan lutut Seokjin, menggendongnya ke kamar seperti pengantin, ikut merebahkan dirinya di sisi Seokjin agar esok paginya Seokjin bisa terbangun dan melihatnya. Seokjin memang terlalu menempel pada Namjoon. Resiko, sudah terlalu sayang.

Puncaknya terjadi saat hampir seminggu Seokjin sangat jarang bertemu dengan Namjoon, karena pria itu akan pergi pagi-pagi sekali dan pulang dini hari, otomatis membuat frekuensi pertemuan mereka menurun drastis. Seokjin tidak tahan lagi. Kekasihnya itu menyebalkan, ia merasa terlupakan. Seokjin ingin menemui Namjoon sekarang juga.

Titik.

Taehyung dan Jimin sempat menghadangnya agar tidak pergi keluar sekarang, sudah dini hari dan terlalu berbahaya untuknya. Tapi tak ada yang bisa melarang Seorang Kim Seokjin jika itu sudah keinginannya, bahkan Namjoon sekalipun. Kedua saudara setahun kelahiran itu hanya bisa menghembuskan napasnya pasrah, memilih untuk mengantar Seokjin pada akhirnya, setidaknya memastikan kalau hyung tertua mereka baik-baik saja.














Namjoon masih terfokus pada pekerjaannya membuat nada dan menyesuaikannya dengan berbagai lirik yang telah tertulis rapi pada sebuah kertas di atas meja. Tangannya dengan lihai memencet benda persegi yang berjejer menghasilkan bunyi-bunyi setiap kali jari panjangnya menekan tuts berwarna itu. Sementara telinganya mendengar hasil ciptaannya dengan seksama, memastikan semuanya terdengar sempurna.

Senandung kecil mengiringi kegiatan yang sudah dilakukannya hampir selama seminggu berturut-turut belakangan ini. Ditengah kesibukannya, pria tinggi itu terusik dengan suara pintu studio yang dibuka perlahan. Kepalanya tidak menoleh sedikitpun, seseorang yang mengunjunginya itu terlampau diam, tidak rusuh. Tentu ia tahu siapa orang itu. Dan benar saja, beberapa detik kemudian seseorang telah berdiri tepat di sebelahnya. Seokjin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

the elder kim's [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang