Bagian 1

8 0 0
                                    

Senin, 17 juli 2017

Suasana pagi yang cerah di hari Senin, aku membuka mataku dengan rasa bahagia. Hari ini adalah hari pertama aku menginjakkan kaki di sekolah baru. Tak sabar rasanya ingin berjumpa dan berkenalan dengan kawan baru. Setelah berbagai persiapan ku lakukan, aku pun siap pergi ke sekolah. Namun ternyata, hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Dimana aku dan diriku untuk pertama kalinya berangkat sekolah dengan menggunakan sepeda motor. Entah mengapa orangtua ku menyuruhku untuk pergi sekolah dengan menggunakan motor. Katanya sih biar mandiri. 

 Waktu sudah menujukkan pukul 05.30, dimana satu jam lagi bel akan berdering. Aku pun memutuskan untuk segera menyalakan mesin motor dan bergegas untuk pergi. Awalnya, aku mengendarai sepeda motor dengan sangat santai, sambil sesekali menengok ke arah jam tangan yang ku kenakan. Saat aku berniat untuk mempercepat laju motorku, tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang tepat di sebelah kanan ku. Aku tidak bisa menyeimbangkan badanku, hingga akhirnya aku terjatuh. Kepalaku luka, tanganku lebam dan aku tak sadarkan diri hingga akhirnya aku dilarikan ke Rumah Sakit. Satu jam berlalu, akhirnya kedua mataku terbuka. Aku bingung sekaligus pusing, aku tak tahu ada dimana. Sampai akhirnya ada seorang wanita masuk ke dalam ruanganku.


“Alhamdulillah, udah sadar.” Ucap wanita itu.

 Aku masih belum mengetahui dengan jelas siapa sosok wanita itu. 

“Siapa itu? Burem, nggak kelihatan”

“Ini Bunda, sayang.” 

“ooohh.. bunda, aku dimana?” tanya ku dengan suara yang lirih

 “Di rumah sakit, Nak. Tadi ada mobil yang ngebut dan kamu keserempet.” Jawab Bunda dengan lembut.

“Siapa yang menyerempet, Bun?” tanya ku lagi.

“Bunda nggak tahu, ngga sempet lihat. Tapi kata suster yang bawa kamu kesini ya orang itu. Katanya sih laki-laki.” Jelas Bunda.

Sehari penuh aku berada di Rumah Sakit. Esoknya aku tetap memaksakan diri untuk masuk sekolah, walaupun belum sepenuhnya sembuh. Semangatku untuk sekolah berhasil mengalahkan rasa sakit yang masih menyelimuti kepalaku ini.

Setibanya aku di sekolah, aku bergegas menuju ke kelas X IPA 5, kelas baruku. Kebetulan, aku masih satu kelas dengan sahabat lamaku, Rachel. Suasana sekolah tetap berjalan seperti layaknya sekolah pada umumnya. Hingga pada suatu saat, aku melihat sosok yang begitu sempurna di mataku.

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang