Gadis itu berdiri seorang diri, raut sendu pun tampak menghiasi wajah cantiknya. Tidak, ia tidak sedih atau kecewa atas pernikahan kedua sahabatnya. Justru ia merasa sangat bahagia, karena pada akhirnya sahabat berisiknya itu bisa bersanding bersama gadis yang dicintainya dan juga mencintainya.
Sakura terdiam. Cinta ya? entah kapan kisah cintanya akan terasa manis seperti teman-temannya. Shikamaru dan Temari misalnya. Entah kapan kedekatan mereka terjadi, yang jelas status mereka adalah sepasang kekasih sekarang. Atau mungkin Sai dan Ino. Si babi cerewet dan si senyum palsu itu memang belum jelas statusnya apa, tapi Sakura yakin, tidak akan lama lagi mantan Anbu NE itu akan meminta Ino menjadi kekasihnya juga.
Lalu bagaimana dengan Sakura? Sampai kapan ia harus menunggu? Menunggu seseorang yang berjanji akan menemuinya lagi suatu saat nanti. Tidak, Sakura bukannya tidak percaya pada Sasuke. Ia yakin, pemuda itu sudah berubah. Namun tetap saja, Sakura adalah wanita. Dan seorang wanita butuh kepastian.
Wanita bukanlah layang-layang, dimana lelaki bisa tarik ulur perasaannya. Wanita juga bukan ikan di kolam pemancingan, dimana lelaki bisa mengumpan, menarik, lalu melepaskannya begitu saja. Jangan berikan harapan, kalau tak akan memberikan kepastian. Jangan berikan pujian, kalau akhirnya menyakitkan. Jangan berikan janji, kalau itu akan terkhianati.
Sakura menghela nafas. Memikirkan kisah cintanya selalu membuatnya sesak. Kunoichi cantik itu pun mendongak, menatap birunya langit yang terbentang luas diatasnya. Dalam hati Sakura bertanya, apakah Sasuke baik-baik saja? dimana pemuda itu sekarang? kenapa ia tidak hadir di pernikahan sahabat mereka? apakah tidak ada keinginan sedikitpun bagi pemuda itu untuk pulang ke desa? untuk bertemu dengannya?
Sakura mengerjap begitu mendapati seekor burung terbang kearahnya. Burung yang ia kenali sebagai elang pembawa pesan milik Sasuke.
Elang itu memelankan kepakan sayapnya, dan Sakura pun mengulurkan sebelah tangan guna menjadi tempat pijakan sang elang. Dan benar dugaannya, ini adalah elang milik Sasuke.
Sakura meraih gulungan kertas yang terletak di kaki burung itu, dan sang elang pun kembali terbang begitu menyelesaikan tugasnya.
Sakura membuka gulungan kecil itu, sesaat ia membacanya dan tak lama kemudian mengernyit bingung. "Selamat?"
Ya, hanya satu kata. Selamat. Entah apa maksud Sasuke. Apa surat ini di tunjukkan untuk Naruto? tapi burung pembawa pesan tidak mungkin salah. Jika memang untuk Sakura, 'selamat' untuk apa? selamat untuk menikmati kegalauannya?
Sakura mendengus. Sasuke memang selalu abu-abu. Saat akan melipat kembali kertas itu, Sakura baru menyadari jika lembaran kertas itu bukan hanya satu, masih ada pesan lain dibawahnya.
'Cukup jarak yang mengerti betapa besar usaha dan perjuanganku, cukup langit yang menjadi saksi atas penjagaan namamu, karena hati terbolak balik, sedang doa tercatat dilangit selamanya'
Begitu isi surat dikertas ke dua. Rentetan kalimat sederhana yang mampu menciptakan senyum manis, serta rona tipis di wajah cantik Sakura.
Ya, jarak bukanlah penghalang. Selama masih berada di bawah langit yang sama, dan hati mereka saling terhubung satu sama lain itu tidak menjadi masalah.
Sakura kembali membalik kertas itu, dan membaca surat ketiga sekaligus menjadi yang terakhir.
'Jika ingin rasa penasaranmu terpenuhi, datanglah ketempat paling bersejarah bagimu.'
Sakura tampak berpikir. Bersejarah ya? hanya ada satu tempat diotaknya. Apakah mungkin?
Seketika, Kunoichi itu pun melangkahkan kakinya. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah, hingga Sakura mendapati dirinya tengah berlari sekarang.
"Sakura, kau mau kemana?!" Seru Ino begitu Sakura melewati dirinya. Namun tak mendapat jawaban. Sahabatnya itu tak menghentikan larinya. "Ada apa dengannya?"
Sai mengeratkan genggaman tangan mereka. Dengan senyum tulus yang jarang pemuda pucat itu perlihatkan, ia berkata. "Mungkin si jelek itu akan segera mendapatkan jawabannya."
############
Sakura bertumpu pada kedua lututnya dengan nafas tersengal. Permata hijaunya pun bergerilnya keseluruh penjuru, mencari sosok yang sangat ia rindukan.
"Sasuke-kun!"
Hanya hembusan angin yang menjawab panggilannya. Tak ada siapa pun sejauh mata memandang. Apa bukan disini? tapi hanya ini tempat bersejarah bagi Sakura.
"Sasuke-kun!"
Sakura kembali berseru. Namun sama saja, hanys hembusan agin yang menyahut panggilannya
Sakura menundukkan kepalanya. Apa Sasuke mempermainkannya? Seketika permata indah itu berkaca-kaca, dan tak menunggu lama, airmata pun berjatuhan.
"Maaf."
Sakura tersentak merasakan hembusan nafas seseorang tepat di belakangnya.
"Lagi-lagi aku membuatmu menangis."
Suara itu kembali terdengar. Suara yang amat Sakura kenali siapa pemiliknya.
"Sasuke-kun."
"Tidak. Jangan menoleh, kumohon." Sasuke mencegah Sakura ketika gadis itu hendak memutar kepalanya. Dan tersenyum tipis, saat gadis musim semi itu menurutinya. "Aku akan menjawab rasa penasaranmu."
Sakura memasang telinganya dengan baik. Jangan sampai ada ucapan Sasuke yang terlewat indra pendengarnya.
"Selamat, kau memenangkan hatiku." Sasuke tersenyum, "Aishiteru, Sakura."
Owari ...