Bayang hitam

47 5 1
                                    


      Setelah berpuasa kita sampai pada hari raya idul fitri hari itu adalah hari kebesaran umat islam di mana seluruh keluarga berkumpul saling bermaaf maafan dan mudik ke kampung halaman. Hari itu setelah aku keliling bermaaf maafan, berkunjung ke rumah tetangga lanjut lebaran berkunjung ke rumah adik dari nenek ku yang di tempuh dengan kendaraan. Aku mencium punggung tangan saudara ku satu persatu setelah itu memilih  untuk duduk di teras rumah yang di alasi karpet.

Kami memakan kue yang berada di hadapan kami, ketika aku lebaran ke rumah nya pasti mencicipi salah satu kue yang bernama rengginang, memang rengginang buatan nya enak dan gurih aku saja sampai ketagihan ingin lagi.

“bi tadi kan abis dari rumah anterin aldi pas masuk ke dalem rumah trus kaya nyium bau kaya waktu itu, pas mau ke sini kan duduk di mobil dekat aldi nah bau nya sama yang kaya di rumah. Apa dia ngikutin kali ya” ucapku.

“pernah bi dilah juga waktu itu masuk kerja trus ada temen kerja yang bisa lihat katanya bawa nenek nenek” aku menyimak cerita bi dilah dan memeberhentikan aktifitas memakan ku.

“misalkan bener sekarang dia ngikutin yaudah biarin” lanjut nya.
Setelah bercerita seperti itu seperti bayangan putih dari arah dapur masuk menuju kamar aku tidak berniat mengikuti nya segera aku mengabaikan nya biasanya jika ada seperti itu rasa penasaran memenuhi hati dan pikiranku.

“mengapa setiap habis bercerita tentang mereka pasti ada saja bayangan yang menggangu penglihatan ku” kataku dalam hati.

Terkadang aku berpikir apakah suatu saat kemampuan ku ini dapat hilang atau malah makin kuat entahlah jika aku terus memikirkan hal itu bisa bisa aku gila.

Aku ingin sekali bercerita dengan orang yang sama seperti ku tapi sampai saat ini tidak ada dengan bercerita kepada teman ku aku sudah lega seperti ada beban yang hilang.

Langit yang gelap seakan waktu yang tepat untuk mereka berkeliaran, duduk asik sambil menikmati secangkir minuman memang membuat hati menjadi tenang. Bersandar di balik tembok seakan ada beban yang hilang.

Tiba tiba dari arah dapur terlihat sepintas bayang hitam menuju kamar mandi, seakan sosok hitam akhir akhir ini selalu terlihat di kedua bola mataku entah mengapa penglihatan ku selalu menangkap nya.

sore itu aku  sehabis dari rumah bibi ku kemudian ku buka pintu pagar rumah  saat  hendak masuk terlihat sosok bayangan berdiri di balik pintu yang kupikir saat itu adalah ibuku.
Kemudian aku tanyakan pada ibuku

“tadi ibu di belakang pintu?”

“enggak dari tadi ibu di dapur masak” ku hembuskan nafas kasar. Lagi dan lagi ini terjadi kapan ini akan berakhir?

Kulanjutkan berjalan menuju kamar tercintaku kucari remote tv dan kutekan tombol on sambil berharap sosok hitam tidak lagi terlihat olehku.

****

Siang itu sepulang ekstrakurikuler aku merasa bosan di rumah akhirnya aku memutuskan untuk keluar dan mencari teman teman ku. kutarik gagang pagar rumahku kemudian kulangkahkan kaki menuju rumah temanku.

Sampailah aku di depan rumah nya lalu kuteriakan nama nya tapi tidak ada respon akhirnya kuputuskan pergi ke salah satu tempat yang tidak jauh dari rumahku benar saja semua temanku tengah berkumpul disana, selalu aku menjadi yang terakhir datang.

“dari mana lu baru dateng?” kata salah satu temanku.

“dari rumah lah yakali dari planet mars” kataku.

“bercanda lu garing asli” sahut salah satu temanku yang lain.

“enggak asik lu” kulirik salah satu orang yang umurnya jauh lebih tua dariku dan teman temanku. Wajah nya seperti aku kenali juga  tidak asing di penglihatan ku dan ternyata itu mas suparno salah satu tetanggaku.

Biasa orang orang memanggil nya dengan sebutan mas parno, dengan postur tubuh tinggi, kepala yang hanya di tumbuhi sedikit rambut, rahang nya di tumbuhi bulu halus, berkumis dan tidak berjenggot.
“mas pernah tidur malem di pos pemancingan ya?” tanyaku kepada nya yang sedari tadi melihat kearah depan sekarang beralih melihatku.

“pernah memang nya kenapa? Mau tidur di pos juga” Tanya nya balik kepadaku.

“kuy lah kapan kapan” sahut salah satu temenku.

“gua gk mau kasian entar guling gua kesepian, lu aja sana” candaku  sambil mengecek pesan masuk di ponsel ku.
Pernah aku mendengar kabar ini belum lama dari temanku kebetulan  dia saudara mas parno bisa di bilang mas parno adalah paman nya temanku.

Aku masih ingat kata temanku dia bilang mas suparno pernah tidur di temani sosok pocong, baru mendengar nya saja aku sudah merinding. kebetulan sekarang mas suparno ada di hadapanku aku akan menanykan langsung padanya.

“mas katanya pernah tidur di temani pocong, trus itu pocong nya ikut tidur apa duduk diem aja” kataku penasaran.

Rasa penasaran kami telah memuncak jika saja mas parno tidak bercerita mungkin kami kesal. Kurasa mas parno kini tengah mempersiapkan untuk bercerita pengalaman nya itu.

Teman teman ku termasuk aku mulai mendekati mas parno mengelilingi nya dan mulai mendengarkan ceritanya. Sebaiknya kalian merapatlah kemari duduklah dengan tenang karena membaca sambil tiduran tidak baik, jangan banyak berbicara akan ku ceritakan kisah nya pada kalian.

---------------------------------------------------------

Baru sampe sini dulu heheh udh kehabisan ide nih.

Jangan lupa voment


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SIXTH SENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang