penunggu tempat

70 6 0
                                    

    Tepat hari ini ketika aku ingin pergi ke sekolah jam 9 untuk latihan ekstrakurikuler. Aku mampir ke rumah kakek ku saat aku duduk di ruang tamu sosok pocong itu muncul di kamar kosong itu, yang kini sudah tak lagi menjadi gudang tapi menjadi kamar kembali. Aku melihat nya kini semakin jelas seperti rupa bentuk seperti di film film lalu aku bangun dari tempat duduk itu berjalan keluar.

Siang siang sudah di sambut dengan yang seperti itu dengan cepat aku segera berangkat ke sekolah. Seperti nya memang dia berada di kamar itu terus tidak berpindah pindah sepupuku perempuan masih pernah melihat sosok pocong itu.

"ma..ada poco itu" sambil menunjuk ke arah tembok kamar itu dengan memegang boneka di tangan kiri nya.

"apaan poco?" tanya bibi ku ibu dari sepupuku itu.

"itu... Poco poco" sambil meyakinkan mama nya.

"pocong" sepupuku itu mengagguk apa yang di bilang bibi ku.

Pada saat kejadian itu aku berada di situ "berarti yang aku lihat itu benar" batin ku.

  Belum lama ini aku berkunjung ke rumah nenek ku di tanah tinggi rumah itu memang rumah tua bekas kakek uyut ku tinggal ia sudah meninggal jauh sebelum aku lahir.
Pada saat aku di halaman nya aku mendekati salah satu pohon mangga tiba tiba terlintas sosok penunggu pohon itu padahal aku tidak memikirkan hal hal seperti itu.
Sosok laki laki serba hitam bertubuh tinggi dan besar sedang duduk di bawah pohon.

Segera aku menjauhkan diri dari pohon itu. Menurut fakta nya lingkungan rumah itu seram,  bibi ku pernah bermimpi bertemu ular dan menjadi sebuah batu cincin di mimpi nya di sebutkan jika ingin mengambil batu tersebut di bawah pohon yang aku ceritakan tadi.

Katanya di sekitar rumah itu terdapat benda benda pusaka selain batu cincin.
    

     Hari libur  aku sering sekali tidur larut malam pernah kejadian pada  malam itu sekitar jam 11 aku sedang asik memainkan benda pipih di tangan ku. Tv kamar ku telah aku matikan jadilah Susana kamar ku sepi sekali. Aku mengambil posisi santai di sisi kamar dekat tembok, aku asik saja dengan ponsel ku tiba tiba terdengar di telinga kanan  suara “shut” aku kaget.

Aku langsung melempar ponsel ku dan menutup telinga ku dengan bantal. Aku terus meikirkan tidak mungkin malam hari ada orang bersuara sampai terdengar ke rumah ku. orang tua ku telah tidur pulas dan Susana sepi sekali apa benar itu suara mereka?

Pada saat tidur pun aku rasanya tidak nyaman serasa ada yang memerhatikan ku pada saat tidur. Sesekali aku pernah  tidur minta di temani oleh ibuku karena  saking takut nya.

Aku percaya bahwa alam  “mereka” hidup berdampingan dengan alam manusia tapi tidak semua orang bisa melihat nya.

Sore itu aku merasa bosan di rumah aku memutuskan pergi ke rumah Aldi yang pernah aku ceritakan sebelum nya. Aku berjalan sambil menikmati terpaan angin dan udara  sore yang sejuk jika di hirup.

Setelah sampai di rumah nya kebetulan ada Aldi dan orang tua nya yang biasa aku panggil om pory juga bibi dilah. Aku gabung bersama mereka duduk sambil menikmati acara tv. Aku mencium bau sesuatu yang asing di hidung ku.

“bi ini bau apaan ” Tanya ku kepada bibi yang lagi membereskan sesuatu di dapur.

“bau ayam mungkin” jawab nya sesekali melihat ku. lekas  aku mencium bau aroma ayam, aku samakan dengan apa yang aku cium tadi tetapi tidak sama. Aku membuka pintu toilet kemudian aku pergi begitu saja tanpa aku tutup pintu nya.
Aku kembali duduk menikmati acara televise yang kini tinggal om dan aldi. Terlihat bibi  kembali bergabung bersama kami setelah bibi duduk selang beberapa waktu pintu kamar mandi tertutup sendiri tidak ada angin, tidak di sentuh oleh apapun. semua orang di rumah itu kaget sesekali saling menatap.

"emang suka gitu kadang pintu ketutup sendiri, dengan keras” kata bibi yang sudah tidak aneh dengan hal itu.

Aku hanya menyimak cerita bibi dan asik menikmati acara tv enggan memperdulikan hal seperti ini. karena waktu sudah hampir maghrib akhir nya aku memutuskan untuk pulang pada saat aku hendak membuka pintu tiba tiba terlintas sosok nenek nenek dengan baju berwarna abu abu ala pakaian khas nya terlihat lusuh.

Rambut nya sudah berwarna putih yang di cepol di belakang kepala dan menggunkan kain batik sebagai penutup kaki nya. Dia membungkuk sambil membawa sebuah tongkat bolak balik  arah dapur keaarah kamar mandi.
“lagi bolak balik itu” kataku yang asyik melihat tv malah kini melihat ku.

“yaudah biarin, sudah sana pulang nanti keburu maghrib” kata bibi langsung aku pulang menutup pintu dan pulang ke rumah.

Di perjalan menuju rumah aku memikirkan “ngikutin sampai rumah nggak yah?” Tanya ku dalam hati. “semoga aja nggak” lanjutku.

Malam hari nya aku pergi ke rumah kakek ku kebetulan di sana ada bibi dilah. Kulihat dia bercerita dengan ibuku.

“sosok nya kaya apa yang di rumah tadi” kata  bi dilah yang langsung menanyakan pada ku yang baru datang.

“rambut nya putih, pake baju abu abu, bungkuk, pake kain batik” jawab ku yang sebenarnya tidak ingin mengingat nya lagi.

“berarti benar,waktu itu bibi lagi sakit pernah di tampakin ciri ciri nya sama apa yang kamu bilang” padahal sebelum nya bibi tidak pernah bilang kepadaku semakin kesini aku mulai percaya dengan gambaran yang suka tiba tiba terlintas di kepalaku. Tapi masih ada keraguan dalam hatiku.

___________________________________

Sorry baru bisa segini dulu
.
.
. Vote coment

SIXTH SENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang