Aku menatap keluar jendela mobil, sekarang aku berada di parkiran kampus. Aku hanya akan menunggu disini, sampai pelajaran dimulai baru aku akan ke kelas.
Aku memilih untuk memainkan game mobile legend semasa menunggu. Dua jam lagi sebelum kelas mulai.
Saat tengah mengecek notif pesan pada game, aku melihat pesan dari Sicheng masuk, tentu saja dengan nama iģeal miliknya.
Maka aku membalas pesan itu, dengan username sh jivey milikku.
Iģeal
mau bermain denganku?
kita satu tim saja
di ranked modesh jivey
okeBalasanku memang tergolong singkat, aku malas mengetik panjang-panjang. Beberapa orang juga mengatakan aku orang yang terkesan cuek dan singkat saat mengetik balasan, namun aku orang yang ramah saat bertemu langsung.
Kembali ke masa sekarang. Aku mulai bertarung bersama Sicheng. Aku menggunakan Miya sedangkan Sicheng menggunakan Alucard sebagai hero.
Hampir setengah jam kami bermain, dengan akhir kemenangan untuk tim kami. Yang mendapat Mvp kali ini adalah Iģeal milik Sicheng. Memang tadi saat bermain, Sicheng sangat cepat dan tanggap membunuh musuh.
Iģeal
main lagi ?sh jivey
nggak bisa, aku mau ke ruang BEMIģeal
kamu ada di mana sekarang ?sh jivey
parkiranIģeal
tunggu, aku juga mau ke ruang BEMsh jivey
kamu sudah resmi jadi anggota BEM ?Iģeal
iya
keluar dari mobil, aku sudah ada di samping mobilmuLantas aku melirik ke arah samping, dan benar saja, disana berdiri Sicheng yang tengah memainkan ponselnya.
Aku keluar dan menepuk bahunya, "ayo ke ruang BEM."
Aku dan Sicheng berjalan bersama ke arah ruang BEM yang ada di paling ujung kawasan kampus ini. Cukup jauh dari parkiran.
Aku melirik ke arah Sicheng yang sedari tadi diam. Ternyata dia sibuk bermain ponsel. Lantas aku menyenggolnya, mencoba mengganggu.
Sicheng terkejut lalu menatapku dengan wajah bingungnya.
"Hati-hati nanti kamu jatuh kalo main itu terus." Ucapku dengan nada ketus.
Sicheng terkekeh, ia memasukkan ponselnya ke kantong celananya. "Kamu perhatian sekali." Kata Sicheng menatapku dengan tatapan jenaka yang kurasa itu menjengkelkan.
"Sicheng, kamu kem--" Kalimatku terpotong oleh Sicheng yang tiba-tiba berujar, "Nuna, biar lebih akrab jangan panggil aku pake Sicheng. Winwin aja."
Aku mengernyit, setahuku dalam nama aslinya, tidak ada satu pun tertulis 'Winwin' disitu.
"Baiklah, Winwin. Ah, rasanya agak aneh aku menyebutmu dengan itu." Aku menggaruk kepalaku, membuat Winwin terkekeh melihatku.
"Nuna lucu."
Hah, apa katanya tadi. Aku tidak terlalu mendengar.
"Hah, apa katamu?" Tanyaku padanya.
Winwin mengalihkan pandangannya dariku, "bukan apa-apa." Mungkinkah aku salah dengar, tapi yang kudengar Winwin menggumamkan sesuatu.
Tidak terasa lama berjalan, aku dan Winwin sampai di ruang BEM. Terlihat sudah hampir setengah anak BEM berkumpul disana, tapi kebanyakan itu ialah kating.
Aku menyapa mereka dengan ramah seperti biasa. Aku memandang sekitar dan memilih duduk di pojokan, tempat yang strategis untuk bersandar. Diikuti Winwin yang juga mengambil tempat duduk di sampingku.
Winwin mencolek bahuku, membuat aku memandang ke arahnya.
"Kenapa?"
"Nuna, minta id line dong."
"Bayar dulu."
"Hah, berapa?" Lantas aku terbahak menyadari kebodohannya.
"Itu id lineku Win, gratis noh. Astaga, kamu ini." Aku menepuk-nepuk pundak Winwin karena saking lucunya.
Winwin menatapku datar, "dimana lucunya."
Tidak lama untukku menunggu, semua anggota sudah ada di dalam. Termasuk Taeyong, mantan eh pacar maksudnya.
Matanya tidak henti menatap ke arahku, aku tidak peduli dan mengacuhkannya. Taeyong duduk di kursi dekat pintu, cukup jauh dari tempatku. Jadi aman-aman saja untukku.
Selama rapat aku fokus memperhatikan dan sesekali mengajukan pendapatku. Hingga akhirnya rapat selesai, katanya akan diadakan acara olahraga tahunan kampus.
Karena rapat selesai, dan semuanya sudah beranjak keluar, aku pun berjalan keluar. Baru beberapa langkah, tanganku ditarik oleh seseorang.
Tidak lain dan tidak bukan pelakunya Taeyong, memang siapa lagi yang berani begitu selain Taeyong.
"Aku sudah dengar kalo kamu nggak bisa lagi membatalkan pertunangan ini dari mamah. Jadi tolong, maafin semua kesalahan aku. Kita mulai dari awal lagi, please." Taeyong menatap memohon padaku.
Kemudian dia menggenggam tanganku, "aku cinta sama kamu."
Kalo memang cinta, kenapa selingkuh!? Entahlah, aku kecewa berat dengannya.
"Udahlah Taeyong. Aku nggak mau lagi sama kamu. Tapi karna masalah bisnis, mending kita pura-pura aja masih punya hubungan. Dan kamu boleh sesuka hati cari pacar baru, asal jangan sampai ketahuan orangtua kita. Aku udah nggak punya rasa lagi sama kamu." Walaupun mengatakan itu menyakitkan tapi tetap saja kukatakan.
Keputusanku sudah mantap.
Mendengar itu Taeyong menatapku tajam, "kamu beneran udah nggak sayang lagi sama aku?" Tanyanya.
"Iya, udah nggak ada rasa lagi." balasku menatapnya sendu.
"Kamu yakin?" Tanyanya lagi. Aku hanya mengangguk mengiyakan.
"Baiklah." jawabnya, lalu pergi meninggalkan begitu saja.
Kurasa memang benar keputusan yang sudah kuambil. Lihat saja, dia memang tidak berniat mempertahankan hubungan kami.
Aku berjalan ke arah parkiran mencoba untuk tetap tegar, namun tetap saja air mataku mengalir tanpa kusuruh.
Sekarang aku tahu apa yang harus kulakukan, yaitu melupakan Taeyong. []
KAMU SEDANG MEMBACA
rumor °winwin
Fanfiction[ON GOING] "Katanya, tunangan kamu selingkuh sama cewek kampus sebelah."