[02] ; relationship

265 116 36
                                    

Mataku tidak henti menatap tajam Taeyong yang ada didepanku.

Baru saja, aku memergoki Taeyong sedang berciuman di dalam bioskop dengan selingkuhannya. Memang tadi itu suasana mendukung, dengan film romance yang diputar sehingga mereka mungkin terlena.

Aku tidak terlalu tau, karena Sicheng yang mengatakan bahwa dia melihat Taeyong disamping kursi kami. Tepatnya, empat kursi dari kami.

"Chu, tadi itu aku gak sengaja. Dia yang mencium aku. Tolong jangan marah Chu, kamu salah paham. Aku minta maaf."

Taeyong memohon kepadaku. Dia menarik-narik lengan bajuku. Tapi ciuman tetaplah ciuman. Walaupun itu sengaja atau tidak sengaja.

Aku menarik napas dan menatap mata Taeyong sendu.

"Taeyong, dengar baik-baik. Aku sudah muak dengan permintaan maaf. Kamu selalu minta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahanmu. Tapi percuma, beberapa bulan setelah janji itu kamu mengulanginya lagi." aku menepis tangan Taeyong yang ingin menarik tanganku.

"Kita sudahi saja sampai disini. Aku tidak sanggup menatap wajahmu terus menerus. Tolong, jangan muncul dihadapanku lagi." tepat dengan kata terakhir itu, air mataku mengucur perlahan.

Taeyong juga tampak mengeluarkan air matanya. Sesuatu yang sangat jarang kulihat.

Aku berlari menjauhi Taeyong yang masih membeku, tidak perduli dengan tatapan orang-orang yang melihatku berlari.

Aku memanggil taksi yang ada dijalan dan lekas menyuruhnya untuk mengantarku pulang.

Rasanya sedikit aneh melihat Taeyong tidak menahanku pergi.

Sudahlah, lagipula aku juga tidak berharap apapun darinya.

Sesampainya di rumah, aku lekas masuk ke kamar orangtuaku. Ibuku terlihat sedang duduk menghadap televisi. Aku tau Ibuku mengambil cuti beberapa hari untuk menemani perawatanku di luar negeri.

Aku sendiri sejujurnya ragu--sangat ragu untuk mengatakan ini kepada Ibuku.

Namun aku harus mengatakan ini. Aku kemudian memilih untuk duduk di tepi ranjang.

"Ma, bisa bicara sebentar." tanyaku memastikan untuk waktu luang Ibuku. Pasalnya dia selalu terkesan sibuk.

Ibuku menolehkan kepalanya, "kamu mau bicara apa?"

Tanpa basa-basi lagi, aku mengatakan inti permasalahanku kepadanya.

"Ma, Taeyong ketahuan selingkuh lagi olehku. Dia selingkuh dengan kakak tingkat kampus sebelah. Dan kurasa ini kesempatan terakhir yang bisa kukasih untuknya. Bolehkah aku membatalkan pertunangan kami?" mataku menatap Ibuku memohon.

Namun, sepertinya aku tidak bisa membatalkan pertunangan kami ketika mendengar jawaban Ibuku.

"Maaf nak, bukannya mama gak mengerti perasaanmu. Bagaimana pun hubungan kamu sama Taeyong bukan hanya sebatas pertunangan, tapi juga hubungan antara perusahaan."

Ibuku menghela napas berat kemudian melanjutkan perkataannya, "jika kamu membatalkan pertunangan maka segala yang sudah terjadi antara perusahaan ayahmu dengan ayah Taeyong akan dibatalkan juga. Apa kamu mau melihat ayahmu masuk penjara dan mengganti kerugian?"

Ibuku mendekat dan membelai rambutku. Menenangkanku yang mulai terisak. "Mama akan cari cara untuk mengatasi ini. Mama akan berbicara dengan mama Taeyong perihal perselingkuhan anaknya. Jika kamu masih tidak ingin bertemu Taeyong, lebih baik jangan dipaksakan. Tenangkan dirimu. Kemudian berbaikanlah dengannya."

Aku menatap nanar ke arah luar jendela.

Mungkin sudah ini jalannya. []

rumor °winwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang