"HAH," kak Jaehyun membelalakan matanya, "Jadi tiap pagi harus boncengin Aran, gitu????"
"Ya siapa lagi dong??" Mama melotot balik ke kak Jaehyun, dan gua cuma bisa diem sambil ngabisin roti dengerin mereka, "Meski Aran bisa nyetir, mama kan harus pake mobilnya juga ke kantor?"
"I-iya tapi—,"
"Nggak ada tapi-tapian Jaehyun! Kamu udah gede, harus bisa dimintain tolong. Udah ya, mama udah mau telat nih. Kalian juga berangkat gih cepet!"
Kak Jaehyun mengangkat tangannya bingung, dan sekaligus bete—tapi apa boleh buat, dia gak bisa apa-apa.
"Hhh. Iya, dadah ma. Aran ayo cepet!"
"Iya!"
"Kak Jae nggak sekolah??"
Kak Jaehyun mengerlingkan matanya sambil ngaitin helm yang tadi gua pake ke kaitan motornya.
"Ya sekolah lah! Tapi gua mau main dulu sama temen-temen. Gih sana lo masuk,"
Gua mengangguk dan berbalik, ninggalin kak Jaehyun yang juga udah nyetir pergi entah kemana. Sambil narik napas, gua pun akhirnya nerobos kerumunan orang buat ngeraih loker gua.
"Permisi, air panas mau lewat—aduh," gua mengeluh karena banyaknya murid yang cuma berdiri-berdiri aja di luar sambil ngobrol, sementara gua bener-bener harus naro sisa buku teks yang belom gua simpen.
Sambil gua mendorong orang-orang pergi, gua melihat kak Hakyeon dari kejauhan yang tampaknya lagi ngomongin sesuatu sama sesama anak osis.
Dia ngeliat ke gua dan senyum kecil, sambil dadah juga.
Gua pun membalasnya dengan senyum yang gak kalah awkward, dadahnya pun juga.
Aneh rasanya, karena dulu gua lumayan deket sama kak Hakyeon.
Kenapa? Nanti aja gua jelasinnya setelah gua naro buku—
"Aduh!"
"Anjing!" Gua nabrak orang, "Siapa sih woi jalan liat-liat dong—oh, Jung bungsu toh,"
—ralat, setelah gua berurusan sama putri iblis yang baru turun dari neraka ini.
Gua menghela nafas, nahan diri sendiri buat nggak ngerlingin mata, "Maaf, Kyulkyung,"
"Gapapa. Aku maafin," matanya turun ke bawah—ngeliatin sepatu keds putih gua yang ngga pernah dicuci dari pertama kali di beli, "Sepatu kamu cocok juga sama kamu,"
Gua ngeliat ke bawah, "Makasih..?"
"Iyalah cocok, Aran tau style, nggak kayak lo," tiba-tiba seseorang ngelingkerin tangannya di bahu gua, "Vintage tuh lagi in. Tau gak?"
Kyulkyung mengibaskan rambutnya sambil sok tersenyum manis, "Nggak, Yoojung. Aku kan nggak update sama tren rakyat soalnya,"
Dan tentu, sebagai sohib gua, Yoojung udah ngerlingin mata duluan. Dan disambut oleh lengkingan Kyulkyung yang kayaknya—liat pacarnya.
"Winwiiin!" dia melangkah mendekati Sicheng yang memang lagi jalan mendekati kita, "Pagi! Kamu kelas pertama apa?"
Dia cuma senyum dikit, "Biologi. Kamu?"
"Sama dong! Ih kita sehati deh!"
Gua dan Yoojung udah siap mau muntah, jadi kita balik badan dan berjalan pergi. Sicheng dari kejauhan bisa gua liat kayak memberikan pandangan maaf atas kejijayan antara dia dan Kyulkyung.
Dan gua cuma bisa bales senyum daripada ngejutekin. Karena mau bagaimana lagi, gua memang dulunya suka Sicheng sebelum dia jadian sama Kyulkyung—but that's a story for another time.
"Yoojung," setelah kita udah menuju kelas pertama kita—sejarah—gua sambil cemberut noleh ke Yoojung yang lagi ngocok-ngocok kotak permennya supaya keluar, "Emang gua sebelel itu ya makanya cocok sama sepatu gua?"
Yoojung memberikan gua pandangan datar, "Kalo gua bilang nggak nanti lo kepedean jadi gua nggak mau bilang,"
"Ih sebel! Jahat banget jadi temen,"
"Bercanda ih???"
Lalu kita berdua terhenti gara-gara tiba-tiba ada bola basket mantul ke depan kita berdua. Karena kita berdua anaknya kagetan, jadi kita pun teriak dengan gak elegannya.
"WUAH!!"
"Sori, sori, nggak sengaja," seseorang dateng ngambilin bolanya, lalu berpandangan dengan gua, "Eh, Jung Aran. Lama gak ketemu,"
"Eh, iya, hehe, halo kak Yoongi," gua nyengir jelek, "Lagi apa?"
Luar biasa, udah jelas lagi main basket pake nanya. Pemenang cewek terawkward 2018 goes to Jung Aran memang.
"Yaa... lagi main basket," dia ngendikin bahu, bingung juga gimana cara jawab pertanyaan gua, "Lo mau ke kelas ya? Kelas pertama apa?"
"Oh, itu, sejarah kak. Kakak apaan?"
"Wah, lo sama pak Siwon nanti. Tenang aja orangnya baik. Gua sih matematika pertama, males banget,"
"Ohh gitu, pusing ya kak, hehe,"
"Iya nih," dia senyum ke gua, lalu menunjuk ke temen-temennya, "Eh, gua udah dipanggilin. Duluan ya, Aran, sama Yoo... Yoo siapa?"
Yoojung yang dari tadi udah jadi kanebo kering nungguin gua sama kak Yoongi ngobrol, ngerlingin mata untuk kesekian kalinya pagi ini, "Yoojung, kak,"
"Oh iya, Yoojung. Sori lupa," dia cengengesan, "Yaudah, kapan-kapan ngobrol lagi yak,"
Gua ngangguk sambil dadahin kak Yoongi yang udah lari balik ke lapangan. Pas dia udah nggak liat gua lagi, gua ngela nafas berat.
"Ngomong sama mantan aja susah amat sih ran," Yoojung nyindir, "Padahal bukan mantan pacar cuma mantan gebetan doang,"
"Apaan sih, jung! Kan gua malu tadi?"
Yoojung tersenyum licik, "Kalo malu berarti masih ada perasaan ya???"
"Choi Yoojung ih!! Udah buru ayo ke kelas sebelum bel!"
Dan inilah hari pertama gua di semester kedua kelas 11 gua.
KAMU SEDANG MEMBACA
to all the boys i've stanned before
Fanfictionto all of the boys i've loved before!au. "you know what's worse than a heartbreak? when you have a hobby of writing letters that weren't meant to be send and suddenly your ass of a brother barged in and thought that you should get a boyfriend!"