three

250 65 24
                                    

"Terus ya kemaren," gua lari disebelah Yoojung yang udah tersengal sengal, "dia ngambil daging gua lima potong! Serius ya anjing, Jung Jaehyun tuh kok bisa ada yang suka. Gatau aja mereka kalo di rumah dia dua orang yang berbeda,"

Jadi gua tadi pagi berantem lagi sama kak Jaehyun, gara-gara dia ngomel mulu pas di jalan. Pagi-pagi baru bangun dengerin orang ngomel-ngomel apa nggak malesin kan?

Yoojung cuma ngangguk-ngangguk doang dengan nafas tersenggal-senggal, "Hooh, hooh,"

"Ih jung, lo dengerin nggak sih?"

Dia ngangguk-ngangguk lagi, sekarang sambil berenti lari, "G-gitu gitu kan, kakak lo anjay,"

"Kakak kayak gitu mah yang ada pengen gua loakin!!"

Yoojung tetep cuma ngangguk-ngangguk kecapean. Baru lari bentar doang udah capek, "Aduh gua nggak tahan, beneran. Bilangin ya ke pak Heechul gua darah rendah jadi gua otw pingsan di uks gitu oke?"

Gua mengerlingkan mata sambil mengiyakan, dan melambaikan tangan ke Yoojung yang udah jalan menuju kembali kedalam gedung sekolah buat tidur. Dan baru aja gua mau lari lagi tiba-tiba ada yang manggil gua.

"Woi, Jung Aran!"

Sambil menyipitkan mata gua melihat Sicheng berjalan ke arah gua. Gua yang merasa nggak ada masalah sama Sicheng bingung, ngapain dia nyariin gua? Gua melihat dia membawa tongkat wushunya seperti biasa dan—

"Aran," Sicheng sekarang berada tepat di depan gua, "Gua berterimakasih atas perasaan lo, tapi lo harus tau gua nggak bisa segampang itu jadian sama lo,"

Gua kembali memicingkan mata, "Hah?"

"Maksudnya, gua tersentuh sih, pas baca lo bilang mata gua kayak lautan madu—manis dan hangat gitu ya kata lo? Tapi masalahnya gua sama Kyulkyung—"

—dan gua melihat Sicheng membawa sesuatu di tangannya yang lain.

Amplop.

Warna biru.

Pake pulpen bertinta emas.

PULPEN BERTINTA EMAS!!!

PULPEN BERTINTA EMAS YANG PAKE TULISAN GUA!!!

ITU SURAT GUA?????????!!!!!!!!

"LO???" gua menunjuk-nunjuk tangannya sebelum dia bisa nyelesain kalimatnya, "LO KOK PUNYA ITU??"

"Hah? Kan lo yang kirim—?"

"HAH????? GUA YANG KIRIM?????"

Panik. Gua panik sepanik paniknya.

Kalo Sicheng dapet suratnya berarti...?

"Aran!"

Gua dan Sicheng sama-sama menoleh mendengar nama gua dipanggil orang lain.

Terlihat seseorang yang familiar dengan seragam basketnya—lengkap dengan wristband dan headbandnya juga.

Kak Yoongi.

"Aran!"

Kak Yoongi lagi jalan ke arah gua.

Sambil ngelambai-lambaiin amplop yang mirip kayak yang ditangan Sicheng.

Sicheng dengan cepat menoleh dan menatap gua bingung—plus kaget. Seakan-akan dia tau apa yang terjadi dan lagi nanyain gua dengan keras "MAKSUD LO???" gitu.

Gua, menyadari apa yang terjadi, satu-satunya hal yang secara reflek gua lakuin adalah,

"AAAAAAAAAAAAHHHHHH!!"

teriak.

Sambil nunjuk-nunjuk amplopnya.

Satu lapangan ngeliatin gua, termasuk anak-anak tim basket kak Yoongi yang lapangannya memang disebelah lapangan pelajaran olahraga.

"Aran, lo—,"

Belum sempet kak Yoongi ngomong apa-apa gua udah bales meneriaki dia, membiarkan dia bingung bersama Sicheng.

Dan gua lari sekenceng-kencengnya pergi dari lapangan.

ADA YANG NGIRIMIN SURAT-SURAT RAHASIA GUA!!!!!











Gua sibuk ngegigitin kuku.

Semuanya. Keluar. Semua surat gua keluar dan sampai ke orangnya, gatau gimana caranya. Gua sibuk dari tadi mikirin gimana jalan keluarnya, tapi nihil. Mereka udah keburu kekirim, dan berhubung 3 per 5 orang yang gua tujuin suratnya adalah orang yang cukup ternama di sekolah, artinya nggak akan lama gua bakal dicap sama semua anak di sekolah kalo gua cewek gatel.

Bayangin!!! Seorang Jung Aran!!! Ternyata!!! Bukan cuma playgirl doang tapi pelakor juga (meski gua gatau sebenarnya Sicheng sama Kyulkyung itu jadian apa enggak meski nempel terus)!!

Gua menyendiri, gua menyendiri ruang ganti cewek di gedung utara—yang jauh banget dari lapangan olahraga yang gua tempati tadi. Sangking takutnya ketawan orang!!!

Tapi, tiba-tiba ada yang ngetok pintu bilik gua.

"Aran," nafas gua tercekat, "Gua tau kok lo di dalem,"

Gua nggak ngejawab. Dan dari bawah ada sebuah amplop yang familiar yang muncul digeser ke dalam.

"Ini," orang itu tetep ngomong ke gua, "Kayaknya lo butuh ini balik. Jadi tadi gua nyariin lo,"

Dengan perlahan gua mengambil kertas suratnya, dan keluar dari bilik ganti baju.

Soonyoung.

"Kok tau," gua menghindar dari tatapan matanya, "Kalo gua disini,"

"Ada OB yang liat lo masuk sini tadi," Soonyung senyum, seolah-olah ini bukan kejadian yang awkward abis—dia abis nerima surat pernyataan cinta dari gua dan kita yang berduaan didalem ruang ganti cewek.

"Ran, gua kesini bukan mau ngejek lo kok," Soonyoung masih senyum, "Gua juga menikmati saat saat kebersamaan sama lo. Meski itu dance hasil truth or dare, tapi gua waktu itu juga seneng kok ngelakuinnya. You're a good friend, Aran,"

"Makasih, Soonyoung, tapi—,"

"Tapi lo harus tau ran, bukannya lo ini pilihan yang buruk dijadikan pacar atau gimana, tapi lo taukan gua ace?"

Gua terdiam.

"Ya?"

"Iya, gua asex. Gua ngga suka orang in that way, ran."

Hah.

Gua gatau!!!!!

"Oh, um, oh ya jelas gua tau dong haha siapa yang gatau kan haha!" Soonyoung ngangguk-ngangguk, padahal gua gelagapan gatau apa-apa, "Iya gapapa itu gausah lo pikirin deh pokoknya cuma cinta monyet doang kok namanya juga bocah kan haha!!"

Soonyoung emang baik, daritadi dia cuma senyum doang menghadapi kebodohan gua.

"Dan gua tau, lo kayaknya nggak sengaja ngirimnya ya," gua terdiam, "Gua ngeliat Cha Hakyeon celingukan sambil bawa amplop biru yang sama. Ini ceritanya lo gampang terjebak cinlok apa gimana?"

"Aduh itu tuh gimana ya," teringat lagi masalah gua, gua mulai gigitin kuku lagi, "Aduh gitu deh panjaaang banget ceritanya!"

Dia ngangguk-ngangguk, "Yaudah, lo kayaknya panik banget. Mending lo pulang deh, ntar gua bilangin sama Yoojung kalo misalnya lo kelamaan lari terus pingsan disuruh pulang. Okay?"

"Serius nih?" Soonyoung ngangguk, wajah gua mencerah, "Makasih ya young! Emang temen paling baik gua lo doang ini!"

Gua pun melesat pergi ke kelas buat ngambil tas dan keluar dari sekolah, sambil agak mepertanyakan kok Soonyoung bisa masuk ruang ganti cewek tanpa dimarahin siapa-siapa meski ga ada orang juga. Tapi itu pertanyaan untuk lain hari. Sekarang, gua harus mikirin gimana caranya ngeberesin semua ini!


——

to all the boys i've stanned beforeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang