Nina mengangkat secarik kertas yang dia bawa dari rumah, beberapa keperluan yang harus dia beli tercatat di dalam kertas itu. Nina melangkahkan kaki ke dalam supermarket dan mulai mencari cari.
Tak butuh waktu lama bagi dia mencari apa saja yang tercatat di dalam kertas yang dia bawa. Setelah membayar nina langsung kembali pulang dengan menaiki sepedanya.
Di perjalanan satu persatu tetesan air mulai turun dan perlahan menjadi banyak menjadi hujan, nina semakin mengayuh cepat pedal sepeda untuk mencari tempat berteduh.
“Kenapa harus hujan sih” gumamnya sembari menengok ke atas langit yang gelap.
“Belanjaan mama kan masih di sini jadi buat kuenya gimana dong? Pasti mama di rumah lagi nunggu”
Sembari berteduh di depan ruko yang tidak terpakai nina terus bergumam bagaimana caranya bisa sampai di rumah tanpa basah mungkin dia harus menunggu hujan sampai reda tapi itu perlu waktu yang lama.
Dari kejauhan nina melihat seseorang membawa payung mendekat ke arahnya sampai si pemilik payung itu memperlihatkan wajah dia.
“Fathir?”
Fathir menoleh, nina menatap bingung, fathir berjalan menghampiri lalu memberikan payungnya dan dia mengambil sepeda nina.
“Eh, kenapa? Kamu mau kehujanan, ini milikmu”
Fathir menggeleng saat nina mengembalikan payungnya “Naik” kata fathir.
Jujur ini adalah pertama kalinya nina mendengar suara fathir kalau boleh jujur ternyata suara fathir terdengar kaku.
Nina mengambil belanjaannya di keranjang sepeda kemudian dirinya duduk di boncengan sembari membawa payung dan belanjaannya setelah itu fathir mulai mengayuhnya.
Bingung? Tentu saja, siapa yang tidak bingung jika tiba-tiba saja fathir datang kemudian menawarinya payung sekaligus mengantarnya pulang.
Nina melihat celana yang di gunakan fathir basah tapi lelaki itu terus mengayuhnya sepeda sampai tiba di depan rumah nina, nina kembali di buat bingung karna bagaimana fathir mengetahui letak rumahnya?
Setelah turun dari sepeda nina meletakkan belanjaannya di depan pintu kemudian berbalik untuk mengucapkan terima kasih namun yang dia dapat hanyalah sepedanya sedangkan fathir sudah hilang entah kemana.
Nina menggaruk kepalanya yang tidak gatal “Cepat sekali hilangya” gumam dia padahal payung fathir masih ada padanya jadi kemungkinan besar lelaki itu pasti kehujanan.
Tidak mau berpikir lebih lama nina segera masuk ke dalam memberikan belanjaan yang akan segera di olah menjadi kue.
**
Esoknya di sekolah entah perasaan nina saja atau memang dirinya sangat ingin bertemu fathir hari ini.
Sesekali nina menoleh kearah pintu biasanya fathir akan datang cepat tapi kenapa hari ini dia datang terlambat bahkan sebentar lagi bel akan berbunyi. Jangan-jangan fathir sakit karna kehujanan kemarin, batin nina.
Jika itu terjadi dia akan merasa sangat bersalah.
“Siapa yang kau tunggu” ujar Abigail, nina gelagapan akan menjawab apa.
“Guru, iya aku sedang menunggu guru”
Abigail menggelengkan kepalanya “Kita sudah berteman dari dulu jadi kenapa kau berbohong karna aku pasti dengan cepat mengetahuinya. Bukan guru yang sedang kau tunggu tapi seseorang kan?” tebak aby.
Nina menghela nafas, percuma berbohong di depan Abigail karna sahabatnya ini sangat tau jika dirinya sedang berbohong atau tidak.
“Kemarin fathir membantuku jadi hari ini aku ingin berterima kasih padanya, aku ingin memberikan ini sekaligus payungnya” sebuah kotak persegi nina angkat dari dalam lacinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATHIR ✅ [COMPLETE]
Про вампиров(WARNING!! 17++) Ranking #4 dalam Vampire(6/12/2018) (Cerita sudah dipindahkan Ke Dreame/Innovel) 400 tahun 5 bulan 2 minggu lebih 3 hari rupanya tak membuat lelaki perparas tinggi tegap itu terlihat tua. Wajahnya seperti pria berusia belasan tahun...