"Ra, lu ngapa bengong gitu dari tadi? Aneh lu dasar" Tanya Geri kepada Ara dengan tatapan herannya. Tapi pertanyaannya dihiraukan oleh Ara. Ia hanya melamun dengan mulutnya yang setengah menganga itu.
"Ra. Woi" tegur Geri berulang kali sambal menggoyang-goyangkan badan Ara. Ara kemudian tersadar dan melirik-lirik kebingungan. Ia mendapati Geri yang berada disampingnya itu.
"sejak kapan lu disini?" Tanya Ara kebingungan pada Geri.
"lu tau ga? Lu ntu ga masuk kelas, lu dicariin ama Bu Queen"
"hah?! I-Ini jam berapa?" Ara kemudian mulai panik dan langsung berdiri dari kursi yang ia duduki di rest area.
"jam setengah 1. Lu udah hampir sejam disini tau ga?"
"Ya ampun!" panik Ara dengan suara kecil bisikannya itu. Ia berlari menaiki anak tangga.
"Ara!" Teriak Geri dari kejauhan yang membuat Ara membalik badannya.
"Pake kupluk lu!" Teriak Geri lagi. Kali ini Geri mempinta pada Ara.
Ara langsung memakai kupluk yang tersambung dengan hoodynya dan kembali berlari menaiki anak tangga.
*depan kelas
Gerrrrr~
Suara dorongan pintu tersebut sangat terdengar jelas. Semua orang terlihat melirik Ara dengan kebingungan. Ara hanya bisa menunduk dan masuk menuju tempat duduknya. Ia sesedikit melirik ke samping. Dan tiba-tiba Ia mendapati seorang siswa dengan ekspresi seperti sedang marah. Sepertinya itu Yura. Ara kembali ketempatnya dengan wajah ketakutan dan tangannya yang sedikit gemetaran.
Ara melirik Devan yang ada disampingnya. Ternyata Devan juga sedang meliriknya. Ia mendapati wajah datar khas Devan. Devan kemudian menghela nafasnya dan kemudian kembali focus pada pelajaran yang diberikan oleh ibu Queen. Semuanya hening. Kecuali si Bontet cerewet yang sangat ribut pada saat ini.
Kringg kringgg~~
Bunyi bel pulang berbunyi. Bu Queen dengan sangat terpaksa mengakhiri pelajarannya itu. Semua siswa-siswi telah membereskan semua peralatan mereka. Termasuk Ara dan Devan.
Ara yang sedang berjalan ke luar pintu telah dihentikan oleh si menor Yura. Ia menghalangi jalan Ara dan mendorong kecil bahu Ara.
"lu pacaran ama Devan? Haha, gamungkin. Karena sekarang Devan bakal terpesona ama gue" ucap Yura dengan nada sinisnya itu.
Ara dengan tingkah ketakutannya hanya bisa menunduk diam.
Devan adalah seorang yang tidak bisa melihat seorang wanita disakiti. Devan trauma akan itu. Ia akan sangat marah jika melihatnya. Ia memendam amarahnya dan segera maju ke depan kelas dan berdiri didepan meja guru.
Tok tok tok~
Devan mengetuk meja dengan keras yang membuat anak-anak lain ikut melihatnya.
"apa lagi sih yang mau Devan lakuin?" batin Ara sambal menghela nafasnya panjang.
"oke jadi, gue mau ngumumin, kalo gue ama Ara skarang udah pacaran. Dan ga boleh ada yang gangguin dia. Termasuk lu yur."
"what? Ck, lebay amat sih dah" ucap Yura dengan nada kesalnya.
Ara maju kedepan dengan wajah kecewanya itu. Ia pun menarik Devan keluar kelas dan menuju ke tempat yang tenang.
Dalam perjalanan, Geri melihat Ara sedang menarik seorang cowok. Selaku kembarannya, ia penasaran apa yang telah terjadi pada saudarinya itu. Ia pun mengikuti langkah mereka pergi.
"Dev, lu apa-apaan sih? Gue ama lu itu ga pernah pacaran, ga pernah jadian. Ngapain lu ngumumin ke semuanya kalau kita berdua tuh pacaran? Lu masih waras apa?"
"eh, Ra, bukan gitu gu-"
"bukan gitu gimana? Gimana kalau nantinya lu buat gue salah paham? Dan gue baper dan gue kirain beneran? Hah?! Gimana?" semakin lama Ara semakin marah.
"bukan gitu Ra, gue Cuma ga mau lu disakitin"
"kenapa kalau gue disakitin?! Kan gue yang disakitin, ngapa lu yang jadi ngurusin gue?!"
"ya,ya karena gue punya alasan kenapa gue ga mau lu disakitin."ucap Devan yang sedikit panik. Ya, memang Devan punya alasan tersembunyi. Dia tidak bisa menceritakan pada Ara tentang kehidupan pribadinya.
"alasannya apa?! Bilang ke gue hah?!"
Devan terlihat kebingungan. Ia sepertinya mencari-cari alasan untuk ia sampaikan pada Ara.
Devan terkejut seketika. Ia sepertinya sudah mendapatkan ide.
"alasannya..." Devan agak sedikit takut. Ia takut, dia akan membohongi perasaannya sendiri.
"apa alasannya?!"
"KARENA GUE SUKA SAMA LU!"
Geri yang sedang mengintip mereka berdua, kini memberanikan diri untuk menyusul mereka.
"wah. Kayaknya ada yang mau jadian nih" gaya santai Geri sepertinya akan membuat wanita-wanita tertarik padanya.
"Ge-Geri?" kejut Devan saat melihat Geri. Geri hanya membalasnya dengan senyuman sinis dibibirnya. Ara hanya terkejut dan kebingungan dengan apa yang terjadi tadi.
"Ra, kalau lu mau ditembak, jangan trima ya. Dia itu laki-laki ga baik" bisik Geri pada Ara.
"ck, teman makan teman" ucap Geri dengan pandangan sinisnya pada Devan.
****
Oke gaez. Hari ini chapternya agak gaje(?)okedeh. Jan lupa VOTE, COMENT and FOLLOW my wp acc. Bubay

KAMU SEDANG MEMBACA
Phobie - This is my world
Teen FictionSaneara Alyana. Itulah dia, si penyendiri. Bahkan teman pun tak ada. Sociopobhia? nah, itulah alasannya. Lain dengan Devandro Alexandro. Badboy, urak-urakan, dan dingin, itulah karakternya. Nilai dibawah? menurutnya itu biasa. Tampan? itulah tampang...