Tak pernah kubayangkan kehidupan rumah tanggaku akan berliku-liku. Dimulai dari pernikahanku dengan Joshua yang tidak berjalan mulus. Aku pun mengalami kecelakaan dan pergi dari hidupnya setelah aku sadar dari kecelakaan. Berusaha bangkit dari keterpurukan karna ada sebuah nyawa yang hidup di dalam tubuhku. Ya, aku sedang mengandung Jino saat mengalami kecelakaan. Untungnya, kandunganku cukuplah kuat. Hingga saat ini aku bisa melihat dan memantau perkembangan Jino.
Mungkin inilah sebabnya Tuhan tak mengambil Jino dariku. Tuhan ingin jika aku dan Joshua kembali bersama karna kehadiran sosok Jino di antara kami.
Ya, aku dan Joshua kembali bersama untuk memperbaiki kesalahan yang telah terjadi di masa lalu. Memulai kehidupan dengan penuh kebahagiaan.
Itulah yang kurasakan sekarang.
Melihat dua orang laki-laki yang begitu aku cintai dalam hidupku sedang bersenda gurau di halaman belakang. Senyuman tak luntur dari wajahnya. Kadang aku melihat keduanya tertawa sangat lebar. Sepertinya mereka berdua sangat senang. Aku pun ikut tersenyum melihatnya.
Tapi di satu sisi aku merasa sedih karna kehilangan Wonho oppa. Sudah setahun lamanya, tapi aku tetap merasa kehilangannya. Entahlah, mungkin karna aku sudah menganggapnya seperti kakakku sendiri dan membuatku merasakan demikian. Dia yang selalu membantuku dan menyemangatiku untuk bangkit kembali karna ada Jino yang saat itu membutuhkanku. Dia juga membantuku merawat Jino dan memberikan semua kasih sayangnya pada Jino. Tapi saat aku belum bisa membalas semua kebaikannya, dia sudah pergi lebih dulu. Pergi ke tempat yang jauh dan tak bisa ku gapai. Mungkin sekarang dia sedang tersenyum diatas sana melihatku juga Jino yang berbahagia.
Tanpa terasa, setetes air mata jatuh di pipiku.
"Sayang~ kau baik-baik saja?"
Suara Joshua menyadarkanku dan aku segera menghapus air mata yang sembpat jatuh.
"Kau baik-baik saja?" Tanyanya sekali lagi sambil mendekat ke arahku. Dan sekarang dia sudah di hadapanku.
Aku menganggukan kepala dan tersenyum. "Aku baik-baik saja," jawabku.
"Apa kau jujur?" tanyanya lagi dengan penuh selidik.
Aku kembali menganggukkan kepalaku. "Aku baik-baik saja. Apa kau tak percaya padaku, hm?"
"Aku percaya padamu," jawabnya.
"Oh dimana Jino? Apa kau meninggalkannya di halaman belakang?" tanyaku saat melihat Jino tak ada di belakang Joshua.
Joshua mengambil segelas air putih dan meminumnya. "Jino sedang mandi. Aku menyuruhnya untuk mandi karna hari sudah sore," jawabnya setelah meletakkan gelas ke atas meja.
Aku menganggukkan kepala dan bersiap untuk meninggalkan dapur.
Sst, sebenarnya dari tadi aku berada di dapur untuk membuat jus bagi Joshua dan Jino. Tapi aku justru malah melamun dan tenggelam dengan pikiranku hingga lupa apa yang harus kulakukan.
"Mau kemana?" Tanya Joshua.
Aku menghentikan langkahku dan berbalik, "Membantu Jino. Dia belum bisa menggapai lemari bajunya."
Tanganku di tahan Joshua saat aku hendak berjalan kembali menuju kamar Jino.
"Ada apa?" tanyaku.
"Biar aku saja yang membantu Jino," ujarnya. "Kau siapkan saja makan malam untuk kita."
Setelah mengucapkan itu Joshua meninggalkanku untuk membantu Jino. Sementara aku segera memasak makan malam untuk Jino juga Joshua.
Kenapa hanya untuk mereka berdua?
KAMU SEDANG MEMBACA
Full House Season 3 (Seventeen - Joshua) [END]
FanfictionBercerita tentang kehidupan Joshua dan Jesun setelah kembali bersatu. Tak lupa juga ada Hong Jino, putra semata wayangnya. Bagaimana kisahnya? Langsung cek aja ke chapter 1-nya