Hyunri POVAku mencoba tenang dan membangunkan Lucas.
"Hei kau, cepatlah bangun. Lepaskan tanganku. Aku mau kerja." kataku mengguncangkan tubuh Lucas yang sebesar kingkong ini.
"Ha.... Iya, lima menit lagi hyung ah." kata Lucas masih merem. Dia menangkat tangannya. Menunjukkan kelima jarinya.
Kurasa orang ini ngelindur. Tapi yasudahlah. Tanganku juga sudah dilepas.
Aku keluar dari sauna dan berlari ke tempat kerjaku. Aku benar benar kesiangan.
Aku berhenti. Kurasa ponselku berdering. Dengan terpaksa ku angkat.
"YA!!! NAM HYUNRI! DIMANA KAU? SUDAH JAM BERAPA INI? APA KAU TAK PUNYA MATA?" bentaknya dari seberang sana.
"Iya, ini sudah hampir sampai. Maafkan aku." aku menjauhkan ponsel dari telinga. Aku nggak mau budeg di usiaku yang masih muda ini.
"Sepuluh menit sampai sini. Kalau tidak, gajimu akan kupotong."
Tut. Tut. Tut.
Aku berlari lagi ke halte bus. Semoga saja nasibku baik.
Kubuka pintu sebuah pintu restaurant tempatku bekerja saat ini.
"Hei kau... Kali ini kumaafkan. Cepatlah!" kata bosku.
"Maafkan aku." aku membungkuk dan langsung mengganti bajuku dengan seragam kerja.
Disini, aku bertugas mengantarkan pesanan. Restauran ini menjual berbagai makanan yang bisa dibilang merakyat. Dari chicken, tteokppoki, jajangmyeon, olahan daging, dan yah sejenisnya itu lah. Sampai ayam geprek pun ada.
Aku adalah pekerja paruh waktu.
Tempat kerjaku, kurasa kalau dihitung dengan yang kerja hari libur itu ada 5.
Aku tak pernah merasakan libur.
Lebih tepatnya tidak ada waktu untuk bermalas-malasan.Alasannya simpel. Aku ingin melanjutkan pendidikanku. Aku ingin kuliah. Satu satunya yang mungkin bisa kulakukan untuk memperbaiki hidupku dari pekerjaan part time ini. Dan agar aku bisa tinggal sendiri.
Setidaknya aku bisa saja lebih baik.
Tau lah, di korea bro. Saingannya ketat. Nggak kuliah? Ya gini2 aja idupnya.
Sudah sudah. Sampai sini aja kalian tau tentang hidupku yang membosankan ini.
"Ini semuanya antarkan. Dan ini alamatnya. Pokoknya nanti kasih tau ya... Nggak biasanya my twin ini telat." kata seorang teman kerjaku, Yura.
Yura... teman kerjaku, dia yang paling dekat denganku semenjak smp sampai kerja. Bisa dibilang nasib kita hampir sama.
Bedanya, hubungan keluarganya tentram saja. Namun ibunya sudah meninggal lama.
"Hah... Iya deh ntar. Bye" Jawabku.
Aku langsung mengantarkan pesanan satu2 ke tempat pemesan.
Kulihat jam di ponselku yang nenunjukkan hampir pukul 12. Yang berarti ini pesanan terakhir untuk hari ini.
"Distrik Gwangjin-gu, Ensity Build, nomor 127" Kubaca lagi alamatnya, memastikan.
Ah benar. Ini bangunannya. Aku hanya masuk dan mencari alamatnya.
"Maaf mbak, ada yang bisa saya bantu?" satpam gedung ini menghampiriku.
"Emm. Maaf pak, alamat ini benar di gedung ini kan?"
"Iya mbak, benar. Tapi mbak tidak boleh masuk."
"Loh? Kenapa pak? Saya cuma mau nganterin ini. Sudah ditunggu ini lo saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay || Lucas ||
Random'mereka' selalu menggangguku... "Aku tidak takut!" tapi itu bohong. Sampai sekarang pun rasa takut itu masih ada dan aku tidak terbiasa. Aku tak mengerti, 'kenapa harus aku?' Seseorang mengatakan, 'karena kamu istimewa' Apakah benar seperti itu?