Eleven

19.4K 1.1K 56
                                    

"Kau berlebihan." jerit Alona kesal karena sejak tadi Wickley tak berhenti membanting barang-barang disekitarnya.

Wickley berjalan cepat menghampiri Alona. "Kau membelanya?" bentak pria itu.

Alona memejamkan mata karena begitu terkejut, sejak tadi meski Wickley mengamuk tak pernah sekalipun ia terkena amukannya. Tapi kali ini kemarahan pria itu tertuju padanya dan itu membuat wanita itu gemetar karena takut.

"Dengar sialan, aku tak akan membiarkanmu menggoda laki-laki lain seperti yang sudah kau lakukan padaku," ucap pria itu geram.

Alona sontak membuka mata dan menggeleng tak percaya, apa Wickley berpikir dia wanita seperti itu?

Oh, tentu saja. Mengingat buruknya cerita yang mereka miliki sudah barang tentu Wickley menganggap dirinya seorang wanita murahan. Biar saja, Alona akan bersabar menunggu hingga pria ini bosan dan melepaskan dirinya.

"Apa kau mengerti?" desis Wickley lagi.

Alona ingin sekali memukul keras-keras wajah sangar di depannya dengan sepatu miliknya, namun apalah daya nyalinya yang lebih dulu ciut tak mengizinkan.

Alona mengangguk meski hati tak terima, dia bertekad akan membuat Wickley bosan bermain dengannya lalu melepas wanita itu dengan sukarela.

Namun yang tak Alona tau, bahwa permainan bahkan belum dimulai, bagaimana Wickley akan merasa bosan dalam waktu dekat ini.

___

Alona duduk santai sambil mengamati orang-orang disekitar. Saat ini dia sedang menunggu kedatangan sepupunya Danu yang sejak kemarin terus menerus menghubunginya. Alona lupa kalau waktu itu dia tak sempat berpamitan karena terlalu shock dengan kemunculan Wickley di depannya malam itu. Tiba-tiba eseorang nampak menyita perhatiannya, Alona ingat bahwa orang itu adalah bodyguard yang sering berjaya didepan pintu apartemen seberang nya. Sedang apa pria itu disini?

"Hai.... Lona." Danu duduk didepan wanita itu dengan wajah kesal.

Alona mengalihkan pandangan pada Danu dan meringis tak enak. "Hai, Maaf membuat khawatir." ucapnya.

Danu menghembuskan napas keras-keras, berharap kekeksalan nya segera menghilang. Dia begitu Mengkhawatirkan sepupunya itu, Alona seorang wanita dan demi tuhan ia sedang hamil tanpa ada yang menjaga. Dan malam itu dia menghilang tiba-tiba tanpa bisa di hubungi selama beberapa hari. Danu sudah hampir menelepon keluarga mereka di Jakarta dan melaporkan menghilangnya wanita itu.

"Pergi kemana kemarin? Apartmen kosong." tembak pria itu.

Alona bergerak gelisah, tak tau harus bicara bagaimana, dia ingin cerita tapi takut, malu, dan... ah rasanya campur aduk.

"A...aku kerja sekarang." ungkap gadis itu gugup.

"Kerja?" Ulang Danu tak percaya. "Kerja apa? Dimana?" tanya pria itu menyelidik.

Alona berusaha memutar otak agar bisa berpikir dengan cepat hingga bibirnya mampu menjawab dengan lancar agar Danu tak merasa curiga.

"Iya, di __ City Center."

Danu semakin mengerutkan dahi curiga. "Kawasan se-elite itu?"

Alona tergagap, dia lupa bahwa Wickley tak mungkin memilih tempat tinggal sembarangan. Dan dia dengan bodohnya menyebutkan kawasan elite itu pada Danu. Bahkan jika prestasi akademiknya cum laude pun ia belum tentu bisa mendapat pekerjaan elite di sana.

"Emm, ya... hanya petugas bersih-bersih." ucap Alona sepelan mungkin, karena ia juga tak yakin Danu akan percaya.

"Astaga... Alona." Danu menjambak rambutnya frustrasi. "Mending ikut aku, kamu bisa cari kerja di tempat aku." Ajak pria itu.

Mission Completed (PINDAH KE DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang