Chapter 1. Thunder, I'm too late as I call out to you

23 2 0
                                    

Beberapa kelopak bunga sakura menari dibawah sinar mentari mengikuti alunan angin yang dengan lembut menerpanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa kelopak bunga sakura menari dibawah sinar mentari mengikuti alunan angin yang dengan lembut menerpanya. Ini adalah jam sibuk kota yang biasa disebut Seoul, tidak banyak orang berlalu lalang, bisa dikatakan jalanan cukup sepi. Di salah satu sudut kedai kopi, seorang lelaki dengan balutan kemeja bermotif kotak duduk menikmati pemandangan bunga sakura. Matanya terlihat fokus seolah tidak ingin melewatkan satupun kelopak sakura yang berjatuhan. Kedua sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum simpul puas dengan apa yang ia lihat.

"Drrt drrt ddrrt..."

Panggilan masuk mengusik aktifitas lelaki itu. Dari "Minseok Hyung''.

"Hyung..."
"Jongdae-ya kau dimana?"
"Aku sudah di kedai kopi mu, cepatlah hyung"
"Ya, tunggu sebentar lagi aku datang".

Terdengar bunyi klakson beberapa kendaraan lain. Lelaki yang bernama Jongdae itu hanya menghela nafas, menyadari Hyung yang ia tunggu sedang terjebak macet. Tidak ada pilihan lain, ia menyeruput caramel machiatto yang masih memenuhi gelasnya. Matanya kembali fokus dengan pemandangan yang ada di luar ruangan itu.

Lonceng berbunyi, seorang wanita memasuki kedai tersebut. Wanita berpenampilan kasual dalam balutan kemeja berwana merah muda dengan hiasan bordir berbentuk diamond heart dipadu dengan celana cullote warna hitam dan heels hitam yang secara keseluruhan menampilkan kesan elegant berpadu dengan warna kulitnya yang medium. Wajah melayunya yang oval dengan dagu runcing itu menebar senyuman ramah ketika melewati pintu masuk. Dari awal, ia telah mencuri perhatian Jongdae tanpa alasan yang pasti.

"Eoseoseyo, jumunhasigesseoyo?" sapa barista sekaligus menanyakan pesanan kepada wanita itu.

"Ice Americano juseyo" jawabnya

"eotteon ssaeejeuro deurilggayo?" barista bertanya porsi ice americano yang ingin ia minum.

"laji juseyo" wanita itu ingin porsi yang besar

"yeogiseo deusilgoyeyo?"

"Ne, eolmanayo?" wanita itu ingin minum kopinya di sini, terakhir ia menanyakan berapa harga pesanannya.

Jongdae tertarik dengan wanita asing yang fasih berbahasa Korea itu. Jika ia tidak melihat wajahnya dan hanya mendengar percakapan tersebut, mungkin ia berfikir wanita itu benar-benar orang Korea. Setelah mengambil pesanannya, wanita itu duduk tidak jauh dari meja Jongdae, dia terlihat sibuk dengan HP-nya. Mata Jongdae selalu mengikuti gerak-geriknya, dan tertangkap basah ketika wanita itu sedang berkaca, terlihat pantulan wajah Jongdae yang sedang mengawasinya.

Jongdae yang salah tingkah menyadari dirinya tertangkap basah sedang memandangi wanita itu memutuskan untuk kembali menyeruput Machiato-nya, sedangkan wanita yang dipandangi diam membeku mencoba berfikir jernih, lelaki itu adalah orang yang ia kenal. Wanita itu menoleh kebelakang memastikan apa yang telah ia lihat. Dengan cepat ia berbalik "Benar, ii...iitu Chen Oppa" lirihnya. Ia berfikir sejenak, haruskah ia mendekat atau tetap diam. Mengingat ia akan kembali ke Indonesia hari ini, ia memutuskan untuk mendekati Jongdae seolah inilah kesempatan terakhirnya. Jongdae bertambah gugup menyadari wanita itu mendekatinya. "aku pasti akan terlihat seperti orang aneh" ucapnya dalam hati.

She's DreamingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang