Ch. 14; Malam Berlanjut

13K 392 56
                                    

Deburan ombak bergelung saling mengejar di bibir pantai. Suara desirannya terdengar sampai ke pelupuk kuping yang sedang awas, dimana bunyi khasnya sangat menenangkan semua jiwa yang terusik ketenangannya. Terlihat ombak-ombak itu saling bertabrakan satu sama lain di bibir pantai, dimana mereka saling berusaha untuk mencapai jarak terjauh dari bibir ombak tersebut.

Angin yang berhembus bersamaan dengan ombak juga ikut menyemarakkan malam ini. Dimana setiap hembusannya menerbangkan tirai-tirai yang tergantung dan membunyikan gantungan yang dipasang di muka pintu. Hembusan itu saling menabrakkan besi-besi kecil dan menimbulkan bunyi gemerisik yang juga semakin menambah tenang suasana.

Bukan hanya ombak, tetapi juga rembulan turut memberikan semarak di malam itu. Dengan sinarnya yang lembut, rembulan menerangi setiap benda yang ada di bibir pantai ini. Termasuk gelungan ombak dan juga benda-benda di sekitarnya, termasuk pasir putih yang ada di bibir pantai itu. Semuanya menjadi sangat indah dan menenangkan jiwa, namun tidak tampaknya dengan jiwa Aditya.

Diatas pasir yang berwarna putih ini, dia tampak menangis, meneteskan banyak sekali air mata dan membuatnya terlihat sangat lemah sekarang. Dia merasa terhina, hina sekali dibandingkan dengan para pelacur yang sering mangkal di pinggir jalan. Harga dirinya terasa sangat terkoyak, terkoyak sangat dalam dan membuat dia merasa menjadi lelaki yang paling lemah di dunia.

Kelaminnya dihisap oleh Aris, ketika dia masih berada dalam keadaan sadar. Sebuah kejadian yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kejadian terjauh yang paling ngeri dialaminya adalah kejadian di kamar mandi futsal dan juga di mobilnya, namun sekarang, kejadian yang barusan menambah kejadian paling menjijikan dan juga memalukan yang pernah dirasakan olehnya.

Sialnya lagi. Dia merasa keenakan dengan setiap hisapan Aris di kelaminnya. Setiap hisapan mulut hangat Aris itu mampu menaikkan libidonya menjadi sangat tinggi, dan membuat kelaminnya menjadi sangat keras. Melihat hal itu, Aris menjadi semakin bersemangat untuk menghisap kelamin Aditya. Diapun mempercepat dan memperkuat hisapannya itu, dimana Aditya sudah mengerang-erang keenakan sekarang.

Dan dengan tempo yang semakin cepat dan hisapan yang semakin kuat membuat Aditya tidak tahan dengan perlakuan Aris itu. Dia hanya yang hanya bisa melenguh itu mulai menikmati hisapan Aris dengan alam bawah sadarnya, dan tak lama setelahnya, diapun mengeluarkan banyak cairan di dalam mulut Aris sambil berteriak keenakan,"ARRGHHHHH" teriaknya ketika seluruh cairannya keluar di dalam mulut Aris yang hangat.

Melihat keadaan ini, Aris menampung seluruh cairan itu di dalam mulutnya. Dia memperlihatkan wajahnya yang menelan cairan Aditya itu sampai habis dengan perangai yang senang dan ceria, seperti habis memenangkan sebuah trophi perlombaan. Aditya yang jijik melihat hal itu hanya bisa memalingkan wajahnya ketika Aris menampakkan hal itu di depan mukanya, dan melihat hal ini, Aris kemudian mengambil kesempatan untuk mencium pipi indah Aditya.

"Enak kan? Lagian, sok nolak sih. Ga ngerasa tadi teriaknya kenceng banget, he?" ucap Aris di kuping Aditya.

Aditya hanya bisa mendengus keras ketika mendengarkan ucapan Aris itu dan mendorong keras badan Aris yang berusaha menimpanya,"Tinggalin aku sendirian bang! Aku gamau liat muka abang sekarang, pergi!" ucapnya dengan nada bergetar.

Aris kemudian menarik tubuh Aditya, sampai akhirnya dia terduduk di tempat tidurnya. Aditya mengikuti tarikan Aris dan kemudian bangkit dari posisinya yang semula tertidur ketika Aris menghisap kelaminnya itu. Aris lantas memeluknya erat dari depan, pelukan yang sangat erat di lehenya dan berbisik ke kupingnya,"Abang sayang sama kamu dit, kamu harus bisa terima abang bagaimanapun juga caranya" ucap Aris.

Aris kemudian mencium kepala Aditya dan beranjak pergi meninggalkannya sendiri di ruangan itu. Aditya hanya bisa terdiam membisu, pikirannya sudah kosong, harga dirinya sebagai lelaki normal telah hancur dan benar-benar hilang sudah dari dunia. Dan dia merasa emosinya menjadi sangat tidak stabil sekarang, tak terasa air matanyapun mengalir tiba-tiba.

Aditya, Anak Magang [Finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang