4. Wilt

867 108 28
                                    

Mark POV

Setiap hari selama sepekan setelah pernikahan Jaemin, aku tidak pernah pulang ke apartemen. Berangkat kerja terlambat, bekerja dengan sakit di kepala, tidak semangat bekerja, dan akibatnya semua pekerjaanku kacau karena aku tidak bisa fokus bekerja.

Setiap sore sebelum jam kantor berakhir, aku sudah di hotel, lalu ke club malam untuk mabuk sampai puas dan kadang sampai pingsan.

Untungnya Chanyeol hyung selalu mengurusku saat aku mabuk tak sadarkan diri hingga pagi hari aku selalu terbangun di hotel tidak kurang suatu apa.

"Mark. Pulanglah! Jangan mabuk lagi, sayang badanmu."

Pagi itu Chanyeol hyung sudah berkhotbah. Kepalaku yang sakit malah tambah sakit.

"Move on Mark!"

Aku hanya menunduk, menatap kosong selimut yang menutupi tubuhku. Aku bersandar di headbed mengusak rambutku.

Chanyeol hyung menyiapkan makanan di meja makan lalu menyodorkan segelas air padaku.

"Minum air madu ini!"

Aku menerima gelas itu dan meminumnya sekali tenggak.

"Kau harus bahagia Mark."

Aku hanya terdiam.

Aku tak merasa bahagia bila tidak bersama Jaemin.

"Hidupmu bukanlah sepenuhnya milikmu. Ingat kau punya perusahaan, ingat ribuan karyawan bergantung padamu, mereka mempunyai keluarga yang bergantung pada gaji yang kau berikan."

"Dewasalah."

Aku hanya terdiam.

"Ingat juga kalau ayahmu sudah mempercayai kamu, jangan kau mengecewakannya."

Chanyeol hyung mengacak rambutku.

"Pulanglah, nanti aku bertambah kaya kalau kamu menginap di sini terus."

Aku hanya mengangguk. Orang ini narsisnya memang overdose.

Hari itu aku mulai bekerja dengan sungguh-sungguh, walau sulit aku berusaha sebaik mungkin. Nasib ribuan karyawan tergantung padaku.

.

💔 Markhyuck 💔

.

Social media is crab!

Aku membuka ponselku, iseng membuka sosmed yang sudah satu pekan lebih tidak aku buka.

Damn Shotaro. Dia mengepostkan banyak foto dan video nomin wedding.

Aku melempar ponselku, terkena tembok, dan hancur.

Aku beranjak dari dudukku, pergi ke lemari kaca tempat koleksi wine-ku.

Entah berapa botol wine yang sudah aku habiskan.

Tiba-tiba Aku merindukan Jaemin.

Merindukan pelukannya yang hangat dan nyaman.

Merindukan senyumnya.

Merindukan wajahnya yang cantik.

Merindukan binar matanya.

Merindukan bibirnya yang semanis cherry.

Aku keluar dari apartemen, pergi ke tempat parkir dan melajukan mobilku, aku terlalu merindukan Jaemin. Dan tanpa sadar, mobilku sudah terparkir di depan rumahnya.

Better Than Gold (Markhyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang