5) Korban yang Semakin Menjadi

992 57 49
                                    

Note :
Cuma ngingetin lagi... Gorenya udh mulai brutal di beberapa chapter kedepan. Jd, klo misalnya klean udh gak tahan silahkan pergi.. it's okay, ini demi diri kalian sendiri. Aku juga sudah memperingatkan di chapter sebelumnya, Oke? ^^

--------------------------------------------

Di tempat lain, Adhit terlihat tengah menulis laporan di depan rumahnya. Tiba-tiba, ia dikejutkan dengan suara tembakan yang berasal dari rumah Beller. Seketika Adhit tersadar akan sesuatu.

" Tunggu.. bukannya Stresmen ada di rumah Beller..? "

Adhit langsung melempar pena di tangannya. Dengan sigap ia langsung menuju ke rumah Beller. Setelah Adhit sampai, ia tak menemukan apapun. Namun tanpa sengaja ia samar-samar mendengar kegaduhan di ruang bawah tanah. Adhit menuju ke ruang bawah tanah. Betapa shoknya dia setelah melihat dua mayat yang berada di ruang bawah tanah Beller. Ia melihat Eben yang sedang di cari-cari oleh para Anicraft.

Ia juga melihat Stresmen dengan luka tembakan di kepalanya dan luka sayatan senjata tajam di sekujur tubuhnya. Badan Adhit seketika melemas setelah melihat fua mayat itu.

"apa-apaan ini..? Eben dan Stresmen.... " Wajah shock nya tak henti-hentinya menatap kedua jasad itu bergantian. Kemudian ia melihat sekeliling memastikan bahwa ada Beller atau tidak.

"Sial- aku tak cukup bukti untuk menyatakan Beller sebagai tersangka. Namun, perkataannya waktu itu dan semua ini bisa menjadi bukti tambahan..." Adhit memotret kedua mayat tersebut sebagai bukti.

Hari menjelang sore. Afif, Nevin, dan Ryan sedang menikmati matahari terbenam. Semuanya menikmati keindahan matahari terbenam, kecuali Afif. Di sela-sela kegiatan mereka, Afif terlihat sangat murung. Tak seperti biasanya, ia kali ini tak cerewet seperti biasanya.

"Fif?" Afif langsung berbalik menatap Ryan yang memanggilnya.

" ..ya? "

" kamu nangis fif? "

" Nggak kok... "

" Matamu berkaca-kaca... "

Afif tak menjawab sama sekali. Namun tak lama suara lirih tangisan darinya mulai terdengar. Semua yang ada di sana langsung mengerumuni Afif dan menenangkannya.

" K-Kenapa Fif? Sudah.. sudah... Cerita aja kalau semisalnya kamu ada masalah " bujuk Nevin. Tangannya tak henti-hentinya mengusap-usap punggung temannya itu.

"Semua orang di sini perlahan lenyap.. sebenarnya ada apa dengan kota ini.." ujarnya yang masih tersedu-sedu.
" Kami pun juga mempertanyakan itu. Tapi tenanglah, kasus ini masih di selidiki. Kita bakal aman kok. Yang terpenting kita mulai sekarang harus bisa jaga diri " Nevin masih terus menepuk-nepuk pundak Afif untuk terus menenangkannya.

" Aku tau soal itu.. tapi... Hiks... Apakah kita juga akan jadi giliran dari kasus itu...? Aku.. aku takut.. "

" Nevin benar... Selama kita menjaga diri dan sabar, kita bisa menghadapi ini kok " timpal Ryan. Afif akhirnya bisa sedikit tenang

" ... Maaf membuat kalian khawatir... " Ujarnya sembari mengusap air matanya.

Akhirnya suasana mereka kembali normal. Mereka kembali menyaksikan matahari terbenam.

Malam pun tiba. Di markas, para Anicraft terlihat sedang berbincang-bincang. Hal ini biasa mereka lakukan hampir setiap hari. Wajah mereka masing-masing terlihat murung. Mereka sesekali menatap kursi Roman yang sudah lagi tak bertuan.

"Hampa banget ya gaada Roman..." Ucap Azuya menghancurkan keheningan. Semua orang di ruangan itu mengangguk.
"Well.. setidaknya aku sudah bisa menerima kepergiannya.. tapi satu hal yang ku pertanyakan..." Semua orang langsung menatap Blane dengan rasa penasaran.

YTMC Problems [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang