Zen terpaku melihat pemandangan yang ia lihat. Erpan berlumuran darah, dan Adhit.. bayangkan sendiri kondisinya seperti apa. Tak lama juga, Erpan yang sedari tadi histeris seketika melemas dan akhirnya jatuh tak sadarkan diri. Zen menguatkan dirinya untuk menghampiri temannya yang tak sadarkan diri itu. Namun ia juga tak bisa memalingkan pandangannya dari Adhit yang sudah tak bernyawa itu. Dengan air mata yang terus membasahi pipinya, ia mengangkat Erpan keluar dari basement.
" Sial.. hiks.. ini sudah kedua kalinya.. tapi ini lebih parah... " Gumamnya sembari terus berusaha mengangkat Erpan. Karena badannya lemas setelah shock tadi, ia jadi sedikit kesulitan untuk menggotong Erpan. Namun pada akhirnya ia berhasil membawa Erpan ke kamar. Dengan perasaan yang masih sedih ia mengusap-usap wajah Erpan berharap kalau ia akan segera pulih. Zen sedih melihat keadaan temannya Erpan, yang di mana sebenarnya Erpan sering dirasuki oleh sosok misterius. Kejadian itu sebenarnya sudah sering terjadi, tapi Erpan sudah dua kali melukai orang-orang di sekitarnya, termasuk Zen sendiri. Bahkan Zen pun rela menjadi samsak tinju Erpan ketika iblis itu sedang menguasai Erpan. Ntah dari mana sosok itu berasal, tapi sosok itu bersarang dalam diri Erpan dan mempermainkannya layaknya boneka.
Setelah lama menemani, Erpan akhirnya siuman. Pandangannya masih sedikit buram, namun ia melihat jelas kalau Zen menangis, dan tangannya berlumuran darah. Erpan bangkit. Dengan keadaannya yang masih linglung, ia berusaha untuk pulih secepatnya. Setelah berusaha memfokuskan pandangannya, akhirnya ia melihat jelas Zen sedang menangis tak henti-henti menatapnya. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke telapak tangannya yang berlumuran darah. Tidak..- hampir seluruh badannya ternodai oleh darah.
Sadar dengan keadaan, Erpan kembali menangis histeris. Ia memeluk erat Zen dan menangis sejadi-jadinya. Zen berusaha menenangkannya, meski ia sendiri juga masih menangis sesenggukan.
" Zen.. maafin aku.. aku gak bermaksud.. i-itu bukan aku.. hiks.. itu bukan aku Zen... " Erpan terus mengucapkan kata maaf. Zen kembali mengelus-elus pundak Erpan agar bisa menenangkannya.
" Besok kita bakal cari lagi seseorang yang bisa nyembuhin kamu.. ku harap kali ini ada... " Zen tersenyum tipis. Ia juga masih tak henti-henti mengelus-elus pundak Erpan yang masih menangis.
" Kenapa kamu gak lapor polisi... Hiks... Zen.. kenapa kamu gak laporin aku.. "
" Aku gak mau kamu ditangkap.... Kalau kamu gaada... Cuman ada aku seorang diri... " Ucap Zen. Suasana mereka sesekali hening, namun pada akhirnya mereka bisa menenangkan diri satu sama lain. Pada akhirnya mereka sepakat untuk mengurus jasad Adhit dan memakannya di belakang rumah. Mereka terpaksa melakukannya karena tak ada pilihan lain.
Setelah jasad selesai dikebumikan, Erpan menatap kosong makam Adhit. Namun Zen kembali membujuk Erpan agar bisa merelakan kepergian Adhit. Mungkin memang cukup sulit untuk Erpan karena ialah penyebab Adhit pergi untuk selamanya. " Ayo masuk.. aku sudah memasak untukmu... " Erpan tak menggubris. Zen masih berusaha untuk membujuknya, namun cukup lama waktu yang ia perlukan untuk membujuk Erpan. Akhirnya mereka pun masuk dan menikmati makan siang saat itu juga.
Latar beralih ke gubuk Beller. Beller terlihat sedang menarik karung berisi sesuatu.. i-iya.. sesuatu...
" Hudaaa! Cepat kemari kau! " Seru Beller. Huda dengan cepat langsung menghampiri Beller.
" Angkat karung ini menuju ruang bawah tanahku... " Suruhnya. Huda hanya mengiyakan. Kemudian, Huda pun menarik Karung tersebut. Tapi ia merasa tidak nyaman karena karung tersebut ternyata basah. Namun yang membuatnya terkejut, ia menyadari bahwa cairan yang membasahi Karung tersebut adalah darah. " HIIHHH!!!! " Huda histeris ngeri setelah menyadari telapak tangannya ternodai oleh darah. Ia pun juga segera melepaskan larung tersebut dari genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YTMC Problems [ Revisi ]
Mystery / ThrillerSemuanya berubah begitu cepat. Semuanya lenyap... Kehidupanku, dan semua teman-temanku telah lenyap, Karena diriku sendiri...- Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri. Aku merasa di kendalikan. Aku serasa bukan manusia yang normal lagi seperti bisa...