Jungkook pikir waktu itu tidak benar-benar berjalan walau detik, jam, hari akan berubah. Walau rambutnya akan memanjang kemudian tinggi badannya naik sedikit demi sedikit, Jungkook tak begitu merasakan sebuah perubahan dalam hidupnya. Semuanya melulu sama, hanya berulang setiap hari, dan itu sepertinya sukses membuat dunia nya seperti tak berwarna sekali.
Abu-abu. Seperti langit mendung yang selalu dia sukai. Penengah antara hujan dan cerah, namun jelas mengandung sebuah ketidakpastian. Tentu Jungkook berpikir seperti itu karena merasa cocok dengan kehidupannya. Dan kehidupan abu-abu itu telah berlangsung selama tiga tahun, tepatnya setelah musim panas menjadi saksi di mana kedua orang Tuanya tewas dalam pabrik yang terbakar, membuatnya menjadi Yatim Piyatu diusia empat belas tahun.
Dunia ini kejam bukan? Jungkook tahu itu, tapi tak menjadikan hal itu sebagai sebuah kecengengan yang perlu dikasihani. Dia cukup sadar jika hal kejam juga hadir dalam kehidupan orang lain, bukan hanya kehidupanya.
"Aku selesai. Terimakasih sarapannya." Ucap Jungkook pada ruang kosong di dalam Rumahnya. Hanya ada dia seperti biasa , namun mengucap tradisi selesai makan sedikit membuatnya seperti layak menjadi manusia pada umumnya walau terlihat menyedihkan.
Masih terlalu pagi saat pemuda itu telah siap dengan seragam dan perut penuh dengan sarapan. Kakaknya--Jeon Hoseok selalu meninggalkan sepiring makanan sebelum lelaki itu berangkat pagi Buta untuk bekerja dan sialnya Jungkook sendiri masih terlalu bingung dengan kebiasaan sang kakak yang akan berangkat berkerja jam enam pagi.
Dia tak begitu bodoh tentang keseharian sang kakak walau dia enggan dengan lantang mengatakan jika dia diam-diam mencari tahu itu semua. Dan juga, kafe mana yang akan buka jam enam pagi? Normalnya semua orang lebih memilih jam tujuh untuk meninggalkan Rumah. Jeon Hoseok hanya menjadikan itu sebagai alasan agar bisa melengkapi sunyi di pagi hari seorang Jeon Jungkook.
Seperti tengah mengukumnya atas kesalahan yang entah, dia sendiri tak begitu tahu. Yang jelas Jeon Hoseok berubah semenjak kematian orang Tua mereka. Lelaki dua puluh empat
tahun itu semakin gila bekerja, menghabiskan pagi hingga sore di kafe lalu malam hingga pagi di mini market. Tak ada lagi kakak yang selalu bertingkah aneh mengisi harinya, Jeon Hoseok telah jauh pergi seperti Ayah dan Ibunya walau wujud lelaki itu masih dapat dia sentuh."Brengsek memang." Ukiran senyum terlampau tipis dengan kepulan asap yang menelusup keluar dari bibir yang rekahannya berwarna merah muda. Jeon Jungkook terkekeh terlampau dingin dengan puntung rokok yang beberapa kali harus dia ketuk agar abu yang terbakar jatuh berganti dengan yang baru.
Jika semuanya dapat berubah, dia tak bisa terus menjadi sama walau hidupnya seperti tak bergerak. Jeon Jungkook hanya terbelenggu dalam lingkaran negative yang sulit dia tolak saat kesepian mulai mengikis rasa percayanya akan dunia. Dan menjadikan rokok sebagai salahbsatu pelarian untuk sekedar mengisi waktu setelah makan adalah kegemarannya, tentu jika Hoseok tak ada.
______
"Kau, baik-baik saja?"
Namjoon memberi tatapan serius saat lawan bicaranya terlihat memejamkan mata dengan kerut di kening. Lelaki itu mendadak bangun lalu menepuk bahu lawan bicaranya hingga mata itu kembali terbuka.
Ruang konseling kembali menjadi saksi di mana Namjoon lagi-lagi melihat bagaimana Jeon Hoseok kembali bermain peran dalam dunia yang semakin lama memberatkan lekaki itu dan juga adiknya Jeon Jungkook. Setelah terjadi perkelahian hingga membuat seorang junior sampai kritis di rumah sakit, Namjoon terpaksa kembali memanggil sahabatnya karena dalam kasus ini ada pihak lain yang menunggu kejelasan.
Beruntungnya Namjoon dapat meyakinkan dan menyelesaikan semuanya tanpa adanya jalur hukum. Namun kendati semuanya telah terselesaikan, bagi Namjoon inilah yang terpenting di mana rumitnya hubungan Hoseok dan Jungkook menjadi fokusnya sebagai seorang sahabat dan juga guru bagi Jungkook.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tragically Beautiful
FanfictionTHE BEST OF US: Tragically Beautiful Ditulis oleh: Tomorrow Kafka| Ladyinmoonlight| Tersugakan| veraciouSri98| bangtanuniverseID| FULL VERSI HANYA TERSEDIA DALAM BENTUK BUKU Kan kubagi kesepianku pada daun-daun yang jatuh di musim itu, juga pada k...