Aku membenci putih itu, aku harap butiran itu berubah menjadi warna abu.
.
.Katanya, malam natal itu salah satu malam yang sangat disukai anak-anak. Anak-anak itu masih memegang kepercayaan bahwa Santa Claus memang ada, yang akan mendatangi mereka di tengah malam lalu menaruh hadiah-hadiah di bawah pohon natal, atau kaus kaki yang mereka gantung di atas perapian.
Min Yoongi kecil adalah salah satu anak yang masih percaya dengan adanya sang pria pembawa hadiah itu, berkat cerita-cerita yang selalu ayahnya bacakan setiap malam sebelum natal, juga karena setiap pagi natal dia mendapat sebuah hadiah di samping bantalnya.
Bukankah itu luar biasa? Ajaib, begitu pikiran polos anak-anak kecil. Termasuk Yoongi.
Namun agaknya, malam natal kali ini menjadi malam natal yang paling dibencinya, malam natal tanpa hadiah seperti biasanya, tapi malam natal tahun itu menjadi saksi perpisahan antara ia dan ibunya.
"Yoongi tidak mau di sini, Ibu." rengek Yoongi, air mata sudah membasahi pipi bulatnya. "Yoongi mau ikut Ibu." dia lalu memeluk Ah Reum erat-erat, membenamkan wajahnya di lekukan leher sang ibu yang berlutut guna membalas pelukannya. Dia sudah kehilangan ayahnya dalam kobaran api dahsyat yang meluluhlantakan semua tanpa sisa kecuali kenangan Yoongi akan suara permainan piano ayahnya malam sebelum kebakaran terjadi. Dia tidak ingin kehilangan lagi, dia takut ibu pergi jauh seperti ayah.
Ah Reum melepas pelukannya, Yoongi melihat sisa air mata di paras cantik sang ibu. Yoongi sedikit lega, ibu menangis, berarti ibu menyayanginya, ibu tidak bisa meninggalkannya. "Ibu harus pergi, Yoongi." Ah Reum mengusap rambut anaknya, "Kau tidak bisa ikut dengan ibu."
"Kenapa? Apa aku nakal,Ibu?" tanya Yoongi, desakan air mata itu kembali membuat tenggorokannya tercekat, "Aku janji tidak akan nakal lagi, aku tidak akan menyusahkan ibu, aku akan makan dan pakai baju sendiri."
Suara itu begitu terasa memohon, tangan kecil Yoongi tak hentinya menggenggam mantel merah maroon Ah Reum. Wanita itu sekuat tenaga menahan tangisannya yang juga hampir pecah, sungguh, dia juga tidak menginginkan perpisahan ini. Untuknya, hanya Yoongi yang dia punya sekarang, sudah tidak ada yang tersisa lagi, Yoongi teramat berharga untuknya. Tapi karena amat berharga itulah Ah Reum harus rela melepaskan Yoongi pada seorang lain yang bisa menjamin bahwa Yoongi akan selalu baik-baik saja. Karena Ah Reum bahkan tidak bisa mempercayai dirinya sendiri bahwa dia akan membuat Yoongi bahagia dan tetap aman bersamanya setelah ini.
"Ibu tahu Yoongi tidak akan nakal," Ah Reum mengusap air mata yang meninggalkan jejak di pipi anaknya. "Tapi ibu benar-benar harus pergi, Yoongi akan baik-baik saja di sini, bibi Hanna akan menjagamu dengan baik." Ah Reum mendongak, menatap perempuan yang sedari tadi berdiri di belakang Yoongi dengan tatapan sendu, hampir menangis juga.
Yoongi melirik ke belakang, menatap pada Kim Hanna, pemilik panti asuhan sekaligus seorang yang berstatus sebagai kawan lama Ah Reum. Yoongi menggeleng kuat-kuat, "Tidak mau! aku mau bersama Ibu!"
Hanna bergerak maju selangkah, mempersempit jaraknya dengan Yoongi kemudian berjongkok, menyamakan tinggi tubuhnya dengan anak berkulit putih pucat itu. "Yoongi-ya," Hanna memanggil nama Yoongi, begitu lembut, suara Hanna itu persis seperti suara pembawa acara di saluran radio yang kerap Yoongi dengar. Aneh,ya. Anak kecil gemar mendengar siaran radio, ini semua karena ayahnya yang selalu menyetel radio setiap pagi hingga siang hari. Yoongi jadi rindu, suara khas saat ayahnya menyalakan dan mencari siaran radio, "Ibumu harus pergi sebentar, sementara itu, Bibi yang akan menjaga Yoongi." lanjutnya.
Yoongi menggeleng lagi, berontak ketika Hanna ingin menyentuhnya. "Tidak mau! Ibu akan pergi seperti ayah, kan?! Ibu akan meninggalkan aku, kan?! Tidak! Ibu tidak boleh pergi!' Yoongi kembali menangis meraung-raung, dia tidak pernah seperti ini sebelumnya, Ah Reum tidak pernah melihat Yoongi yang seperti ini. Dia terbiasa melihat Yoongi kecil yang pendiam dan lebih menyukai melihat suaminya bermain piano. Ah Reum terbiasa dengan Yoongi yang tidak banyak bicara dari pada merengek seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tragically Beautiful
FanficTHE BEST OF US: Tragically Beautiful Ditulis oleh: Tomorrow Kafka| Ladyinmoonlight| Tersugakan| veraciouSri98| bangtanuniverseID| FULL VERSI HANYA TERSEDIA DALAM BENTUK BUKU Kan kubagi kesepianku pada daun-daun yang jatuh di musim itu, juga pada k...