3.1

6 0 0
                                    


"Peraturan tetaplah peraturan..." Teriakan Sam ketika aku baru bangun.

Matahari masih belum bersinar di luar sana. Jam alarmku juga masih belum berbunyi. Suara 'kukuruyuk' ayam yang biasanya menyambut kebangunanku, saat ini masih belum terdengar di telingaku. Laptopku yang semalam aku nyalakan, hingga saat ini masih menyala dan masih menunjukan ke akhir dari film yang ditanyangkan semalam.

Entah bagaimana kejadian aku bisa tertidur membiarkan laptop menyala. Tetapi yang jelas, semalam mataku terasa sangat lelah ketika memasuki pertengahan film. Saat ini, aku masihlah sangat mengantuk. Tubuhku malas bergerak. Rasanya mataku ingin kembali menutup dan kembali bermimpi indah –jika bisa. Anak kecil itu terus mengangguku ketika setiap kali mataku tertutup dalam waktu yang lumayan lama. Sebenarnya apa maksudnya membangunkan di pagi-pagi buta ini?

"Ada apa sih kamu bangunin aku? Ini masih terlalu pagi untuk bangun. Bahkan para pekerjapun masih belum bangun jam segini." Omelku.

"Bukankah kamu ada kewajiban hari ini jam tujuh."

"Hari ini sekolah libur. Lalu apa?" Jawabku sambil berpikir. Namun tak lama kemudian aku tertidur.

Sam menggoyangkan tubuhku hingga aku terbangun. "Rapat... Hari ini jam tujuh pagi. Di depan sekolah. Apakah kamu lupa?"

Kepalaku menggeleng hingga semakin lama gelenganku semakin pelan. Dan kembali tertidur lagi. Tubuhku tergoyang lagi hingga aku terbangun lagi. Lagi-lagi Sam, dia tidak mengizinkanku untuk kembali ke dunia mimpiku. Dalam tatapan matanya itu, dapat terbaca jelas yang dia maksud. "Berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk mandi. Lalu bersiap kebutuhan rapat nanti dan sarapan yang cukup. Karena sepedaku masih rusak, perjalanan ke sekolah akan lebih lama." Kurang lebih seperti itu. Jika disimpulkan, "Dia ingin aku tidak terlambat rapat." Walaupun begitu, aku masih ingin bertahan di tempat tidur hingga alarm benar-benar berbunyi. Karena satu hal yang belum dia ketahui.

"Kamu harus mengetahui satu hal penting ketika masuk SMA-ku. Yaitu, 'Terlambat sudah merupakan adat istiadat ketika rapat dan beberapa acara tertentu'. Mengerti?" Ucapku dengan mengantuk.

"Lalu???" Tanyanya dengan nada tegas.

Aku hanya diam tidak menjawab pertanyaannya. Tak lama kemudian, aku tertidur lagi. Dan lagi-lagi, Sam membangunkanku lagi. Kali ini dia menggoncangkan diriku lebih keras dari sebelumnya.

"Bisakah kamu tidak tidur lagi?"

Aku menolak dengan gelengan kepala. Jari telunjukku menunjuk ke jam dinding yang terpasang di atas pintu masuk kamarku. Jam 04.57. Tetapi Sam tetap 'masa bodoh' dengan hal itu, dia tetap ingin diriku beranjak dari tempat tidurku dan bersiap berangkat ke sekolah. Untuk kali aku tidak bisa melawannya lagi. Toh kalaupun aku tidur lagi, dia tidak akan mengizinkan tidur dan terus membangunkanku. Jangankan tidur, menutup mata sepuluh detikpun tidak diizinkan.

Dengan tubuhku yang masih lemas, aku berdiri dan berjalan ke kamar mandi. Sedangkan Sam hanya duduk di atas kasur sambil tersenyum kepadaku. Namun aku abaikan senyuman yang menjengkalkan itu.

"Sial... Dasar anak ini. Memang dia ini siapa, hah!" Ketusku dalam hati.

Lima menit selesai mandi, aku kembali ke kamarku. Kasur yang berantakan, sekarang sudah rapi dan bersih. Bungkus makanan dan minuman sudah di dalam tempat sampah. Lampu tidur sudah dalam posisi mati dan cahayanya sekarang telah diganti lampu kamar. Buku dan peralatan tulis sudah disiapkan menjadi satu di atas meja. Semua itulah yang membuatku hanya diam berdiri di depan pintu karena terkesan.

"Apakah kamu yang melakukan semua ini?"

Sam meringis menunjukkan gigi putihnya layaknya anak kecil. Tangan kanannya menggaruk bagian belakang kepalanya. "Bisa dikatakan ya."

Me & MyselfWhere stories live. Discover now