So Lucky to Have You

1.3K 168 4
                                    

Cahaya lampu temaram, menyinari wajah pria tua yang terlelap dalam mimpi yang sepertinya mengasyikan. Didekatnya seorang pria menatap wajah orang yang sudah menjadi keluarganya lebih dari 10 tahun yang lalu. Suara nafas pria tertidur itu beriringan dengan suara mesin yang kini membantunya untuk bertahan hidup.

"Ayahmu baru saja tertidur... Tadi juga dokter sudah memeriksa kondisinya..."

Samar namun bisa terdengar hingga ke dalam kamar, percakapan yang ia yakin salah satunya adalah milik suami dan satu lagi perawat yang sudah lama mereka pekerjakan.

Beam...

Mata sekelam malam nya tak berpindah sedetik pun dari ayah mertua yang teramat ia sayangi. Hatinya hancur, menyadari betapa lemahnya pria yang ia anggap sebagai ayah kandungnya kini. Terlebih Beam adalah seorang dokter, namun ia tak pernah bisa menyisihkan waktunya untuk merawat orang yang paling membutuhkan bantuannya.

Ia menundukkan kepala menahan gejolak yang bergemuruh dalam batinnya. Rasa bersalah itu tetaplah melekat dalam dirinya, terlebih saat dada kirinya mulai sesak dan rasa nyeri menyerang. Beam mulai terengah-engah dan ia menyadari bahwa ini bukan karena suatu penyakit fisik melainkan... Jiwanya... Sesuatu dalam diri Beam merasa begitu sakit...

"Sayang..."

Tangan besar yang menyentuh pundaknya membuat Beam menoleh dan melihat pasangannya, ada di sampingnya. Menatapnya sedemikian dalam... Seolah... Mengatakan...

"Tidak apa-apa... Semuanya akan baik-baik saja... Kau harus istirahat..."

Beam memeluk erat Forth, berusaha mencari kekuatan dari balik pelukan itu. Ia tak menyangka bahwa ia akan menangis lagi... Namun berusaha untuk ia tahan sehingga tidak menganggu siapapun.

"Tidak, Nong... Aku tahu... Semuanya tidak akan baik-baik saja..."
.
.
.
Handuk yang ia gunakan untuk membasuh rambutnya masih bertengger pada pundaknya. Karena tidak membawa baju lain, Beam menggunakan baju milik Forth yang tersimpan rapih di lemari.

Untuk malam ini, setelah sekian tahun mereka memilih untuk tinggal terpisah dari ayah Forth. Mereka tidur di kamar yang dulu menjadi saksi bisu bagaorth nya itu tumbuh hingga akhirnya menjadi pendamping hidupnya.

Forth yang memang selesai mandi duluan terlihat lebih santai, kaos putih dan celana tidur. Bersandar pada tempat tidur dan buku yang ada dalam pangkuannya. Mahasiswa yang dulu mati-matian mengejarnya kini semakin tampan dan berkharisma. Meskipun usianya tidak muda lagi. Terlebih kacamata yang ia gunakan menjadi pertanda akan usianya yang semakin dewasa.

"Kalau Dokter Beam memandangi Forth seperti itu... Nanti kau bisa jatuh cinta lagi denganku..."

Ahh... Bahkan gombalannya pun tidak berubah.

"Kemarilah... Sayang. Kau harus istirahat,"

Forth menepuk sisi kosong di tempat tidurnya. Beam berjalan perlahan dan akhirnya tidur di samping Forth yang tak berapa lama memeluk pinggangnya dan mereka berdua tenggelam dalam dunia yang terasa jauh lebih indah dari kenyataan. Mimpi...

"Aku rasa... Aku perlu bersyukur dahulu memilih ranjang seukuran ini..."
.
.
.
Forth meraba tempat tidurnya yang kini telah kosong. Ia baru membuka matanya guna mencari keberadaan Beam. Mata onyx miliknya jatuh pada catatan kecil di meja nakas dekat tempat tidurnya.

Kau harus segera bersiap... Aku mensiapkan sarapan untukmu...❤

Senyum merekah dari bibirnya, seperti kebiasaannya dulu. Forth senantiasa merapihkan tempat tidurnya sebelum beranjak ke kamar mandi.

Sekitar 30 menit kemudian...

Forth sudah selesai dengan kemeja dan celana panjang yang sudah diseterika oleh Beam. Ia menuruni anak tangganya dan berjalan ke arah dapur.

The Precious Memory (Sequel Of God Give Me You) | Forth & Beam's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang